Dua Bocah Itu
foto: adly bara hanani
Aku hanya melihat kebahagiaan di wajah kedua bocah ini, suatu sore di Tugu Pensil, Tepi Laut, Tanjungpinang, Provinsi Kepri. Pasti tak pernah terpikir di benak mereka, jika ayunan itu terlalu kuat mereka bisa jauh dan luka. Yang mereka tahu itu permainan yang asyik, yang sebenarnya fasilitas olah raga di taman yang dibangun pemerintah setempat. Sesekali mereka tertawa, saling goda.
Waktu akan mengukir sejarah, apakah mereka nanti akan tetap menjadi sahabat sehati. Waktu bisa saja hanya sobekan-sobekan kalender di dinding. Waktu bisa saja hanya rambut di kepala yang memutih (kecuali memang mereka yang dari lahir rambutnya pirang atau putih). Tetapi waktu juga yang akan mengubah seseorang dari yang baik menjadi jahat, yang jahat menjadi baik, yang baik lebih baik, yang jahat lebih jahat atau berbagai kemungkinan.
Jika aku salah satu dari dua bocah itu, ada banyak yang ingin kuulangi. Aku ingin setiap dinasihati ibu, aku menurut. Aku akan rajin belajar sehingga orang tuaku senang. Aku akan menjaga petuahnya ketika jauh dari mereka. Aku ingin memilih apa yang aku suka tanpa harus menyesalinya di kemudian hari.
Post a Comment for "Dua Bocah Itu"