Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Jarimu Harimaumu

Jarimu bukan bibirmu. Foto - dhewe
Pepatah Mulutmu Harimaumu artinya segala perkataan yang diucapkan apabila tidak dipikirkan dahulu dapat merugikan diri sendiri. Nah, di zaman digital ini, mungkin peribahasa tersebut bisa dilengkapi dengan Jarimu Pribadimu sehingga akan berbunyi Mulutmu Harimaumu, Jarimu Pribadimu. Atau kalau dibuat singkatnya, Jarimu Harimaumu.

Mengapa? Sebab orang sekarang sudah memiliki penyakit malas. Ya, malas untuk bertemu seseorang. Berkat teknologi seperti ponsel, seseorang akan dengan mudah meminta maaf tak bisa ikut datang atau tak bisa menjumpai sahabatnya karena alasan alasan yang dengan mudah bisa dituliskannya di ponsel. Sementara yang menerima pesan maklum karena alasan ia tak jadi dijumpai karena sakit, yang mengaku sakit enak enakan membungkus tubuhnya dalam selimut.

Semuanya bermuara di jari tangan. Tangan kanan dan kiri. Sebab teknologi informasi berkembang pesat, hingga muncullah ponsel ponsel sejenis tablet dengan layar lebar sehingga untuk menuliskan sesuatu butuh 10 jari tangan, kanan dan kiri. Jika dahulu sebelum ada ponsel untuk menyampaikan sesuatu harus bertemu, lalu bertatap muka dan berbincang, sekarang segala ungkapan hati bisa diluahkan lewat jari dan terbitlah di media sosial. Keuntungan berbincang langsung ialah menunjukkan bagaimana pribadi dan itikad baik seseorang, apabila ada salah bisa langsung diselesaikan saat itu dengan berjabat tangan, misalnya.


Bertatap mata secara langsung juga akan menunjukkan bagaimana reaksi seseorang apabila ia merasa salah dan bertemu dengan orang yang menjadi korban. Juga gerakan gerakan tubuh lain, bagaimana jika resah telapak tangan dan jarinya ikut tak tenang. Bergerak gerak. Atau tak berani menatap mata lawan bicaranya. Iya, karena merasa salah. Kalau masih manusia biasa, normal, perasaan salah pasti muncul apabila ia memang telah melakukan kesalahan itu. Namun, bicara langsung juga bisa menjadikan suasana layaknya muncul kehadiran seekor harimau. Orang yang berkata seenaknya, menjelek jelekkan orang lain, saat kebusukannya terungkap maka harimau akan menerkamnya sendiri. Kalau tidak harimau, makian, cacian bahkan jotosan seseorang yang menjadi korban akan dialamatkan ke wajahnya. Tergantung tingkat kedalaman kebohongan yang sudah dilontarkannya.

Sementara kelebihan berkomunikasi lewat ponsel atau media sosial biayanya murah. Jika komunikasi antara dua orang, satu di Papua, satunya di Aceh, jika harus bertemu langsung untuk berbicara tentu butuh biaya tiket pesawat. Belum kebutuhan lain. Namun dengan ponsel, hanya butuh pulsa. ya kalau ingin video call cukup tambah kuota. Beres.

Kelemahannya, seseorang bisa menutupi kebohongannya tanpa harus diketahui bagaimana reaksi tubuhnya, mukanya dan sebagainya. Celakanya, kelemahan ini bagi segelintir orang justru dijadikan kelebihan. Kelompok ini adalah pribadi pribadi yang kerdil, yang tak berani menghadapi kenyataan. Orang dengan kepribadian seperti ini hanya akan senang berbisik di antara teman temannya, antar saudaranya, antar keluarganya. Penampilan gagahnya hanyalah kebohongan. Satu satunya bagian tubuh yang jujur adalah jari jari tangannya, yang menuliskan sesuatu lewat teknologi. Atas nama teknologi, ia berpikir segala sesuatu yang berhubungan dengan komunikasi bisa diselesaikan lewat teknologi. Lewat facebook, lewat line, lewat whatsapp, lewat email, lewat telegram, lewat twitter dan sebagainya.

Betapa gagal sosialnya seseorang yang ingin melamar gadis pujaannya lalu melamarnya lewat ponsel. Bisa digampar calon mertua, hehe. Betapa penakutnya seseorang yang ditagih utang oleh temannya kemudian panjang lebar mencari alasan lalu mengetikkannya di pesan instan dan mengirimkannya kepada orang yang dipinjam uangnya. Betapa menyedihkan kepribadian seseorang yang pamit dengan bosnya lewat pesan instan, seakan tak pernah ada banyak peristiwa yang sudah dijalani bersama. Mereka boleh bicara lantang kepada orang lain, namun sebenarnya merekalah para pecundang yang menyembunyikan sisi lemah pribadinya dengan kalimat yang panjang lebar di media sosial atau pesan instan. Apapun alasannya, entah karena takutlah, bukan kehendaknya sendirilah, menghemat waktulah, orang seperti ini mengurangi nilainya sebagai manusia yang berbudi.

Jari jari tangan mereka adalah harimau. Seperti mulut seserorang yang bicara seenaknya. Padahal, bisa jadi jika dalam suasana yang lebih baik bertemu langsung, akan terjadi perbincangan yang lebih hangat. Akan terjaga jalinan persahabatan dan persaudaraan yang sudah lama dibangun.

Ada saatnya mulut tak bisa digantikan whatsapp, line, facebook dan aplikasi lainnya. Ada waktunya juga aplikasi tersebut tak bisa digantikan mulut. Tuhan menciptakan sesuatu tak pernah menjadi usang. Telinga, mata, mulut, kaki lama lama menjadi usang. Sementara aplikasi tadi bisa usang jika tak mampu bersaing dengan kompetitornya.

Post a Comment for "Jarimu Harimaumu"