Salah Buang Sampah, Keluarlah Sumpah Serapah
Peringatan jangan buang sampah sembarang. F-dhewe |
Aku yakin di semua daerah di Indonesia pasti pernah ada papan peringatan yang dibuat untuk urusan sampah. Di Tanjungpinang saja, tempat aku tinggal sekarang, ada beberapa papan peringatan dilarang buang sampah sembarangan yang dibuat warga. Ada yang bunyinya: Ya Allah, Miskinkanlah Orang Orang yang Buang Sampah di Sini, dan yang baru saja kufoto dan kutampilkan di artikel ini adalah peringatan yang terkesan tantangan kalau ada yang berani buang sampah. Meski beberapa huruf sudah hilang karena tripleknya lapuk, namun maksudnya masih bisa dibaca.
Membuang sampah fisik yang bau, kotor, memang susah susah gampang bagi warga yang di dekatnya tak ada tempat pembuangan akhir sampah, atau tong penampungan sampah sementara sebelum diambil oleh petugas mobil kebersihan. Untuk tidak membuang sampah rasanya musthail, baunya akan menyebar ke mana mana. Jangan bicara dulu soal teknologi penghancur sampah dan mewujudkannya kembali dalam bentuk lain yang berguna. kenyataan yang ada di masyarakat saja.
Sampah plastik, kertas, kulit, makanan, bukanlah sampah hati. Jika Anda memiliki sampah hati, misalnya kenangan mantan pacar yang dengan cengengesan mengirimi Anda surat undangan pernikahannya; teman yang perkataannya kadang kadang seenaknya sendiri dan contoh lain yang bisa Anda cari sendiri (seperti ujian saja, suruh cari jawaban sendiri hehehe), membuangnya gampang. Tinggal lupakan, berusaha keras melupakan dan tidak memikirkannya, lambat laun juga hilang. Sampah hati pun ikut terbawa menguap. Sementara sampah plastik, jertas, bekas makanan, akan menjadi gunung jika dibiarkan.
Mungkin ada yang pernah membaca papan peringatan seperti ini: Yang Buang Sampah di Sini Binatang. Tapi tunggu dulu, kalau kalimatnya seperti itu bukannya bias? Artinya bisa binatanglah yang membuang sampah di tempat tersebut. Atau tambah dikit saja menjadi, Yang Buang Sampah di Sini Tak Beda dengan Binatang. Coba dipikirkan, kalau mahluk hidup bernama manusia sudah dianggap sebagai hewan, apa tidak dalam kemarahan itu? Binatang apa saja, meski indah bentuk bulunya, apa ya Sampeyan mau dikatakan binatang? Atau yang kekar tak terkalahkan semisal Singa dan Kuda Nil, tetap maukah Anda disebut dengan sebutan mereka?
Pertikaian karena sampah juga bukan hal yang mustahil. Karena sampah memang sesuatu yang dihindari semua orang. Satu sampah bisa menimbulkan banyak sumpah serapah. Sengaja membuang sampah di depan rumah seseorang, tidak membersihkan sampah setelah pekerjaan selesai, jika dilakukan bisa muncul gonggongan anjing. Atau suara teriakan keras, suara melengking yang diikuti dengan cacian. Awas, jangan sampai saling bacok.
Dan jangan sampai dicap sebagai sampah masyarakat. Sampah kok masyarakat, apa tidak satu kampung ingin menyapunya, membersihkannya? Lantas bagaimana membuang sampah yang benar. Dari sejumlah referensi, salah satunya organisasi.id, ada beberapa cara membuang sampah yang tidak benar alias salah. Diantaranya:
- Membuang sampah sembarangan tak peduli tempat sampah
- Membuang sampah di sungai / kali
- Meletakkan sampah di pinggir jalan dengan harapan diambil tukang sampah
- Mengumpulkan/mengoleksi sampah hingga banyak lalu dibakar
- Menumpang buang sampah di tempat sampah pribadi orang lain
- Menggali tanah lalu mengubur sampah
Buang sampah tidak boleh sembarangan dan punya aturan dan etika yang harus diikuti agar tidak menimbulkan masalah dengan lingkungan dan sosial kemasyarakatan sekitar. Berikut ini ada beberapa tips cara buang sampah yang baik dan benar, yaitu antara lain:
- Memisahkan antara sampah yang bisa didaur ulang dan yang tidak bisa didaurulang
- Memisahkan antara sampah organik (basah) dengan sampah non organik (kering)
- Membuang sampah pada tempatnya baik milik publik/umum maupun pribadi
- Memberikan sampah yang masih bernilai secara cuma-cuma (gratis) pada tukang beling/tukang loak barang bekas
- Sampah basah/sampah organik bisa dijadikan pupuk, olah sendiri atau serahkan kepada ahlinya
- Jika kita malas untuk melakukan apa-apa, kita tinggal bungkus saja sampah yang ada di kantong plastik dan buang di tempat yang benar yang nantinya akan diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Jangan biarkan sampah menjadi pemicu kerenggangan hubungan dengan tetangga kanan kiri, dan jangan sampai kita distempel sebagai sampah masyarakat.
Post a Comment for "Salah Buang Sampah, Keluarlah Sumpah Serapah"