Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Semangat Dewa, Bocah Ini Dihadiahi Beragam Keberuntungan (2)

Bocah dengan semangat dewa, usai operasi. F-dokpri 
Untuk itu ia pun mendaftar online, sama seperti yang dilakukannya di sekolah menengah musik pilihannya, yang akan segera diikuti tesnya. Keberangkatannya ke luar provinsi pun dengan tujuan mencabut pendaftaran di sekolah musik, selain karena orang tuanya sudah booking tiket beberapa hari sebelum tanggal 30 Juni.

Masih dengan tangan kiri dibebat perban dan gips, bocah ini terbang ke kota tempat sekolah musik berada. Rencana awal ingin menginap di hotel, namun rupanya ada teman orang tuanya yang kebetulan rumahnya kosong. Selama ini ayah ibunya tinggal di sini, namun saat itu sudah pulang kampung. Di rumah inilah akhirnya bocah ini tinggal sementara waktu.

Tanggal 2 Juli, bersama orangtuanya bocah ini ke sekolah yang diinginkannya. Hanya ingin menyampaikan kepada pihak sekolah tahun ini terpaksa mencabut pendaftaran karena harus memulihkan tangannya yang memang belum pulih. Namun pihak sekolah lewat seorang guru yang kini menjadi wali bocah tadi, justru menginginkan hal berbeda.

"Kan sudah jauh jauh datang. Kenapa tak dicoba ikut tes?" sarannya, saat itu.

Tentu saja bocah ini jadi bimbang. Apalagi saat melihat para peserta yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, satu per satu memasukii ruang ujian. Namun ia segera ingat, karena datangnya ke sekolah ini hanya untuk mencabut berkas untuk mendaftar kembali tahun depan, ia tak membawa gitar sebagai instrumen pilihannya.

Rupanya, menjelang berangkat dari daerah, orang tuanya membawa surat keterangan lulus dari SMP-nya, sebagai pengantar sebelumj ijazahnya keluar.

Semua ada waktunya Nak. F-dok
Akhirnya, bocah ini mengisi formulir pendaftaran dan hari itu juga ia menjalani tes. Ada 10 lebih guru bertindak sebagai dewan penguji, dalam satu ruangan. Ujiannya beragam, hingga ujian terakhir praktik instrumen.

Semangat itu kembali membakar jiwa bocah ini. Awalnya dewan penguji tak mengetahui jika jarinya bisa digerakkan meski belum sempurna. Maklum, perban itu masih membalut tangannya, dari siku sampai ujung jari. Gips memang dibuat dokter ahli tulang sampai ujung jari, karena di telapak tangannya dipasang wyer, semacam besi penyangga.

Salah satu guru penguji minta ditunjukkan kalau ada video rekaman saat bocah ini bermain. Sebenarnya ada satu video bagus, saat ia menjuarai lomba gitar klasik di tempat kursusnya. Tetapi oleh tempat kursusnya, hanya diberikan sertifikat. Pun harus diminta beberapa hari menjelang keberangkatannya, baru dicetak. Ditulis hanya sebagai peserta lagi, padahal bocah ini juara satu.

Didorong semangatnya, bocah ini kemudian mengatakan memang tulangnya belum pulih dari operasi. Wyer juga belum dibuka, bahkan perban pun belum dilepas.

Sakit sakit tak apalah, begitulah pikirnya. Inilah kesempatan ia harus menunjukkan semangat dan keinginannya kepada para penguji.

Ia tak hiraukan rasa ngilu itu. Diambilnya gitar di depan meje penguji, namun seorang guru penguji lebih dahulu mengambilkannya untuk dia. Footstep diaturnya agar sesuai dengan tinggi kakinya, lalu mainlah ia. Memainkan satu lagu klasik yang pernah diajarkan di kursus musik.

Belum sampai selesai, seorang penguji memintanya berhenti karena melihat tangan yang masih diperban itu.

Saatnya penantian. Bocah ini teringat sebelum ujian salat zuhur jamaah bersama ayahnya di masjid sekolah. Doanya hanya satu, jika diperkenankan menjadi siswa sekolah musik ini, ia bernazar. Nazarnya membaca Alquran setiap hari, minimal satu lembar halaman kitab suci tersebut.

Sementara orangtuanya sebenarnya dalam dilema. Jika diterima harus sigap mencari tempat kos, membayar sewa selama setahun, membeli gitar baru dan kebutuhan kamar kosnya. Karena ke kota ini hanya untuk mencabut berkas, tentu ia juga tak memikirkan untuk membawa serta gitarnya.

Tes bakat dan kemampuan tanggal 2 sampai 4 Juli 2018. Tanggal 5 adalah pengumuman. Tanggal 3 dan 4 Juli, bocah ini sedikit galau.

"Bismillah, jika Engkau kehendaki tak ada yang bisa menghalangi, Ya Allah....." doanya di ujung isya, tanggal 4 malam.

Tak lupa ia mendoakan teman kuliah orang tuanya yang memberikannya tempat menginap selama beberapa hari. Ia bersyukur masih banyak orang baik. Ia harus menjadi orang baik, seperti nasihat ayahnya yang selama di kota ini merawat lukanya. Membuka perbannya, membersihkan luka di ujung wyer ditancapkan, memberinya salep lalu membungkus lagi dengan perban panjang.

Beruntung ayahnya sudah mendapatkan kursus singkat dari perawat rumah sakit di mana ia menjalani operasi penyambungan tulang. Ya sebisa ayahnya.  (bersambung)

Post a Comment for "Semangat Dewa, Bocah Ini Dihadiahi Beragam Keberuntungan (2)"