Semangat Dewa, Bocah Ini Dihadiahi Beragam Keberuntungan (1)

Foto: dokumentasi pribadi

Dia bukan orang dewasa, masih remaja berusia 15 tahun. Bukan berasal dari kota besar, hanya tinggal di sebuah kota kepulauan. Berkat semangat yang membakar seluruh jiwa raganya serta keyakinan Tuhan tak pernah tidur, ia mendapatkan berbagai kemudahan.

Beberapa bulan lalu, remaja ini usai menyelesaikan rangkaian ujiannya di sebuah SMP negeri. Nilainya cukup bagus, dengan rata-rata 8 koma sekian. Untuk masuk ke sekolah favorit di kotanya, sebenarnya pintu itu terbuka lebar. Namun bukan di sana keinginannya.

Sejak kelas dua SMP, sejak dia dipinjamkan sebuah gitar oleh ayahnya, ia menyadari memiliki bakat musik. Ia kemudian masuk ke sebuah tempat kurus musik, mengambil instrumen gitar. Kecintaannya akan alat musik petik ini telah mengental di darahnya.

Ke sebuah SMK negeri di luar provinsi ia ingin mendaftar. Sekolah ini memang khusus musik.

Siangnya menyelesaikan ujian di sekolah, malamnya remaja ini jatuh. Sempat diurut hingga 20 hari namun pergelangan tangannya tak juga lurus. Segala proses pelurusan tulang secara tradisional di tempat urut dijalaninya. Bukan tanpa rasa sakit.

Karena bengkok pergelangan tangan kirinya tak juga normal, akhirnya dibawa ke rumah sakit untuk rontgen. Hasilnya, kedua tulang tangan, di atas pergelangan tangan kirinya patah. Patatak menempel lagi. Mengingat tes masuk sekolah menengah musik semakin mendekat, dalam keyakinan tertinggi bocah ini menyatakan kesiapannya untuk dioperasi.


Dua hari setelah mendaftarkan diri, tibalah saatnya operasi. hari keempat bulan puasa tahun 2018 lalu, tanggal tepat bocah ini dioperasi. Selama konsultasi dengan dokter bedah tulang atau ortopedi di sebuah rumah sakit di Tanjungpinang, operasi diperkirakan memakan waktu satu jam.

Namun ternyata harus berjalan tiga jam, karena dokter harus meluruskan tulang tulang yang sudah telanjur menghadap tak lurus. Alhamdulillah operasi berjalan lancar, tinggal menunggu pasca operasi. Ini juga waktu yang cukup membuat khawatir, karena ada kemungkinan pendarahan dan sebagainya.

Bocah ini tak pernah sekali pun mengeluh tentang bagaimana rasanya diurut, dioperasi, dimasuki obat lewat bagian telapak tangannya yang dipasang alat yang memudahkan dokter memasukkan obat.

Suatu malam, kepada ayahnya bocah ini berujar seperti ini: Ayah, mengapa saya yang harus jatuh?

"Karena kamu yang dipilih Tuhan untuk kuat menghadapi ujian, nak," kata sang ayah yang menunggunya di rumah sakit.

"Tetapi ada yang saya syukuri, Yah."

Sang ayah terdiam, menunggu kalimat selanjutnya dari bibir anaknya.

"Untung jatuhnya sudah selesai ujian sekolah, tulang-tulang jari tak patah, dokter masih mau mengoperasi, operasinya berjalan lancar, kondisi jahitan juga bagus," kata bocah tadi.

Lalu, atas permintaannya, terjadilah kegiatan salat lima waktu di ruang perawatan sang bocah. Tidak ada keraguan dalam hatinya, semuanya sudah dikehendaki Tuhan. Dan ia menyadari tak ada cara lain untuk berterima kasih kepada Tuhan, selain mencoba beribadah dan berdoa.

Waktu semakin mepet, ujian di sekolah menengah musik di luar provinsi tak bisa diundur. Bocah ini rajin kontrol ke rumah sakit. Tanggal 30 Juni ia harus terbang mengejar tes sekolah menengah musik, sementara dokter tulangnya mengatakan besi penyangga atay wyer di telapak tangannya baru bisa dilepas tanggal 19 Agustus.

Di rumah, bocah ini lebih menyadari bahwa ia harus mendekatkan diri kepada Tuhannya. Salatnya menjadi lebih rajin, tepat waktu. Malam sebelum paginya berangkat ke luar pulau, ia ingin mendaftar ke sekolah favorit di Tanjungpinang. Hal ini direncanakan mengingat kondisi tangannya yang masih membutuhkan perawatan secara intensif. (bersambung)

Share :