Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Semua Akan Indah Pada Masanya

Kalimat yang aku jadikan judul postingan ini tentu bukan asing bagi banyak orang. Nyatanya memang begitu. Bisa dipas-paskan untuk berbagai hal. Kalimat pengharapan ini tentu memberikan keyakinan bahwa dunia terus berputar, roda pedati juga demikian, kadang di atas, di bawah menggencet kotoran hewan di jalan, lalu kembali ke atas. Dan tulisanku ini bukan sekadar harapan bagi sosok yang akan menjadi objek utamanya, melainkan sudah terjadi.

Silakan diterjemahkan sendiri percakapanku
dengan Zepe dua jam lalu. F-screenshot WA.
Sebut saja namanya Zepe, usianya kepala empat, adalah lelaki kelahiran sebuah kota kabupaten di Karesidenan Pati, Jawa Tengah yang merantau ke Batam sejak puluhan tahun silam. Menurutku ia seniman serba bisa, patung, pahat, lukis, menyanyi. Dari kota kelahirannya yang memang kental dengan budaya ukirannya, bakat seni sudah mengalir kuat di darahnya.

Sejumlah daerah sudah disinggahi untuk berkarya. Namun di Batam, keinginan kuatnya membuat sebuah karya seni yang memuaskan hasratnya belum juga kesampaian. Ia butuh penyaluran berupa karya yang benar-benar buah ide dan "mengnentak" siapa saja yang melihatnya. Kalau sekadar pekerjaan kecil atau sederhana cukup banyak dibuatnya.

Perjuangannya di mataku adalah langkah kaki yang harus melintasi semak dengan tetumbuhan berduri. Sesekali dan suatu masa ia juga melenggang melewati padang bebungaan. Sejatinya, ia adalah artis yang bekerja di sebuah hotel di Batam. Di hotel, kreativitasnya bisa dilihat dan dinikmati tamu. Lokal maupun mancanegara. Dari gapura, eksterior dan interiornya khas gaya teman yang dulu hampir setiap hari kujumpai.

Bagi seniman, selalu ada keinginan untuk berkarya. Ia enggan mengulangi pekerjaan yang sudah sudah. Mungkin ia khawatir lama-lama menjadi perajin jika mengulang-ulang apa yang sudah dibuatnya hanya untuk alasan uang atau materi. Di Kepri ini, seniman seniman semacam temanku ini diakui kurang tempat. Berbeda dengan sastrawan atau penyair yang hampir setiap saat bisa muncul di panggung. Entah itu tarung penyair atau sekadar memperingati hari-hari besar.


Namun untuk pelulis, pemahat, pematung, masih agak susah diterima. Entah karena masih berpikiran seniman dari luar Kepri lebih bagus atau hal lain, kehidupan pelukis, pematung bisa dikatakan menunggu hujan turun kala gersang meretakkan tanah. Aku tahu ada persatuan pelukis batam, kelompok yang sama di Tanjungpinang. Namun untuk melihat karya karya mereka merupakan penantian yang belum juga terwujud. Coba kita hitung, ada berapa kali pameran lukisan dalam setahun di kepri? Tidak ada. Bahkan sebuah galleri seni yang dikelola bule di Batam akhirnya tutup dan pindah ke Bali.

Temanku ini selalu percaya semua akan indah pada waktunya. Bukan waktu yang singkat jika akhirnya ia mendapatkan buah dari apa yang sudah ditunggunya tadi. Zepe adalah tipe seniman yang tak ingin berubah profesi hanya karena tuntutan hidup. Darah seni itu seolah memerahkan cairan kehidupan di nadinya.

Barusan, sebuah pesan aku kirimkan kepadanya. Menanyakan kabarnya. Dari percakapan di sebuah pengirim pesan singkat ini akhirnya aku mendapatkan kabar yang menggembirakan. Dan ia sudah pasti bahagia. Dari sekadar mengunggah hasil hasil karyanya selama ini di sebuah media sosial, akhirnya Tuhan menunjukkan jalan.

Aku sempat meneleponnya. Zepe mengatakan, unggahan karyanya di sebuah media sosial bukan untuk mencari klien. Daripada memenuhi ruang di kartu memorinya, lebih baik disimpan di media sosial.

Seorang warga negara asing, lewat teman Zepe justru mengatakan ingin berjumpa. Kebetulan orang ini tengah mencari seniman yang menurutnya bisa mewujudkan apa yang diinginkannya. Bergerak di bidang teater, orang ini tengah menggarap pementasan teater ke berbagai negara. Negara pertama yang harus dibuatkan panggungnya adalah Kamboja. Setelah berbincang dengan bahasa yang sama-sama pas-pasan, akhirnya tenggat waktu yang diberikan oleh penggiatb teater ini bisa dikerjakan dalam waktu empat hari.

Sebuah dekorasi panggung teater yang ukurannya cukup luas akhirnya selesai. Semuanya dikerjakan di Batam, lalu diangkut ke Kamboja. Lantaran Zepe yang mendesain, membuat wujud nyatanya, orang yang memberinya kesempatan berkarya ini khawatir kalau pemasangannya di lokasi tak sesuai dengan blue print-nya. Zepe pun diminta untuk menyiapkan diri berangkat ke Kamboja dalam waktu dekat.

Selain Kamboja, ada beberapa negara yang juga akan disinggahi teater internasional ini. Dan Zepe harus kembali menuangkan kreativitasnya dalam karya seni yang tentu saja memberikan kehidupan pada alur cerita teater yang akan dipentaskan. Kata Zepe, apa yang sudah dikerjakannya dan akan dibuat merupakan tantangan tersendiri. Ini panggung teater, bukan lukisan atau sekadar patung dan taman.

Karena Zepe seniman yang memang selalu diam diam berkarya, ia memang tak ingin apa yang dikerjakannya diketahui banyak orang. Bukan berarti akan disimpan sendiri sebagai sebuah anugerah. Ia janji akan mengirimkan foto saat ia memberikan arahan pemasangan material panggung teater di Kamboja. Proses pengerjaannya juga akan dikirimkan nanti. Dan pihak yang memberinya pekerjaan pasti juga akan mengirimkan foto-fotonya.

Di akhir percakapnnya denganku di ponsel, Zepe menyebut Tuhan tak akan salah memberikan kebaikan-Nya. Selama ini ia tak henti berdoa. Ia yakini bahwa semua akan indah pada masanya. Ia percaya Tuhan tidak tidur. Ia percaya Tuhan tidak akan salah membagi rezeki kepada umat-Nya. yang akan dilakukannya adalah menjaga kepercayaan orang lain.

Yakinlah, Tuhan mendengar apa yang kita minta..... begitu kata Zepe, temanku tadi.

Catatan:
Postingan ini akan aku lanjutkan saat Zepe berada di lokasi atau mendapatkan foto yang bagus. Aku berharapan temanku ini tersenyum di tengah-tengah hasil karyanya. Dan Anda bisa melihat lebih dekat siapa dia.

Post a Comment for "Semua Akan Indah Pada Masanya"