Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ini Belasungkawa dari Kami, Bawa Saja...

Ahad, 3 Desember kemarin, jam 07 lewat belasan menit, grup Whatsapp perumahan tempatku tinggal memberitahukan ada salah satu warga perumahan yang meninggal dunia. Sebagai perantau yang kadang jauh dari sanak saudara, saat saat sepertyi inilah biasanya kami warga perumahan selalu berkumpul untuk saling membantu.

Jika menatap malam hanya dari sisi gelapnya, tak akan ada
perpaduan warna seperti ini di tubuh Jembatan Seicarang,
Tanjungpinang. Foto - awangbing@l
Jenazah diantarkan ambulans dari rumah sakit, disemayamkan sejenak di ruang tamu rumah duka yang ada di tepi jalan utama perumahan. Satu per satu warga datang. Kematian adalah sesuatu yang tak terduga, sehingga dibutuhkan persiapan cepat untuk melakukan prosesi pemakaman sesuai ajaran Islam, agama yang dianut almarhum selama ini. Ada yang menyiapkan gentong air untuk memandikan jenazah, menghubungi petugas penggali kubur untuk menyiapkan liang kubur, ada yang membeli kain kafan untuk dipakaikan kepada jenazah saat menghadap Allah Yang Maha Memiliki, ada yang menghubungi petugas yang akan memandikan, dan kebutuhan lain bagi jenazah.

Kursi kursi tamu sudah diatur, di teras rumah almarhum, di teras rumah tetangga sebelah rumah, di sepertiga badan jalan. Untuk memberikan tanda kepada pengguna jalan, dua bendera putih ditancapkan pada tiang semen yang bisa dipindah-pindahkan. Semoga pengguna jalan memakluminya. Empat lembar kertas yang sudah dicetak nama almarhum, tempat lahir dan jam wafat ditempelkan di dinding ruang tamu, dinding teras dan pagar depan untuk memudahkan tamu menemukan lokasi rumah almarhum.

Beberapa karangan bunga sudah diantarkan para pelaku usaha jasa pembuatan karangan bunga. Ditaruh di sisi jalan, menghadap rumah almarhum.

Tersembunyi oleh semak dan belukar, ada indah
di hutan Resun, Kabupaten Lingga ini. Tampilan luar
yang biasa belum tentu tak menghanyutkan hati
jika menyelami dalamnya. Foto-awangbing@l
Oleh ketua perumahan, aku dan beberapa warga dimintai tolong mengambil papan kayu yang nanti dipakai sebagai penutup lubang kubur sebagai penahan tanah yang akan ditimbunkan. Toko bangunannya kebetulan hanya berjarak 300 an meter dari rumah duka. Dan kami bergerak beriringan. Sesampai di toko, kami sampaikan maksud mengambil papan kayu.

"Butuh berapa lembar, Bang?" tanya seorang anak muda yang keluar dari dalam toko. Kulit putihnya, mata sipitnya segera beradu dengan mata mata kami.

"Kira-kira tiga batang cukup," jawab salah satu dari kami.

"Kami ke sini tadi dapat arahan ketua perumahan dan mantan ketua RT," timpal warga lain sambil menyebutkan nama orang yang kami maksud.

"Ya, sudah. Abang-Abang pilih saja mana papannya, bawa sajalah," kata pemilik toko bangunan itu lagi.


Lalu saya dan warga menggotong tiga papan tadi melewati tepi jalan. Selanjutnya papan papan ini akan diketam, dihaluskan setelah berkoordinasi dengan petugas peggali kubur serta dipotong sesuai dengan ukuran jasad.

Waktu terus berjalan, saatnya prosesi memandikan jenazah segera dilakukan. Kami masih menunggu kedatangan imam masjid perumahan yang hari itu juga ternyata mendapatkan panggilan memandikan jenazah di wilayah lain dalam satu kota. Namun sebelum imam datang, paling tidak persiapan tempat dan airnya sudah harus siap.

Meski berguna untuk manusia, air terjun
ini menyembunyikan pesonanya. Ada kebaikan
di banyak tempat, kalau kita mau menyadari.
Foto-awangbing@l
Setelah berbincang dengan pihak keluarga, diputuskan jenazah akan dimandikan di teras sebelah kiri. Untuk bisa digunakan sebagai kamar mandi temporer atau tidak permanen, dibutuhkan penutup yang akan digunakan sebagai penghalang dari pandangan umum. Aku dimintai tolong membeli terpal sepanjang 10 meter ke toko bangunan yang letaknya di atas perumahan, kira-kira 400 meter dari rumah duka. Bergegas aku nyalakan mesin motor dan menuju toko dimaksud.

Dua karyawan sedang menyiapkan dan merapikan toko yang baru buka. Terpal yang kami inginkan ada. Aku tanyakan berapa per meternya. Oleh pemilik toko, seorang pria yang usianya 30-an menanyakan untuk apa terpal itu.

"Untuk penutup lokasi memandikan jenazah," jawabku.

Lalu aku dan lelaki bermata sipit berkulit putih ini terlibat perbincangan singkat. Ia tanyakan siapa yang meninggal, aku jelaskan dan tunjukkan rumahnya. Karena posisi toko di jalan yang menanjak, ia bisa melihat kerumunan warga di rumah duka. Ia juga menanyakan almarhum sakit atau karena apa. Lalu aku pun katakan yang aku ketahui.

Dua karyawannya sibuk mengukur terpal sepanjang 10 meter. Kurang lebih 10 menit kemudian, terpal sudah dilipat dan bisa dibawa. Aku berniat membayarnya, namun oleh pemilik toko justru dia katakan, "Bang ini bentuk belasungkawa kami, bawa sajalah semoga bermanfaat."

Uang iuran warga yang ada dalam kantong celanaku tak jadi kukeluarkan. Aku mengucapkan terima kasih dan kembali ke rumah duka. Oh, ya, kebetulan aku bendahara perumahan jadi kalau ada kegiatan dan acara yang melibatkan perumahan aku harus selalu siap membeli atau membayar ini dan itu.

Sehari, di tanggal yang sama, aku hanya sempat berpikir, jika Allah menggerakkan hati setiap manusia, sangat mudahnya. Kebaikan datang bukan hanya datang dari orang-orang yang satu warna kulit denganku, yang sama bentuk matanya denganku. Dan aku harus membenarkannya lagi, jangan pernah menilai buku dari sampulnya. Aku bukan lagi bicara soal harga papan kayu atau terpalnya, namun kepedulian penjualnya.

Gelap tak selalu pekat seutuhnya, benderang tak selalu
menawan sejatinya. Foto-awangbing@l
Seperti foto foto ilustrasi yang dikirimkan temanku, Awang Bing@l yang aku sertakan di tulisan sederhana ini. Foto Jembatan Seicarang yang diambil malam hari. Secara umum, malam identik dengan gelap. Dan justru di gelap itulah muncul keindahan yang tak tampak oleh mata biasa. Atau kalau tampak lebih sering dianggap sebagai sesuatu yang biasa, tidak menarik. Berbeda ketika sudah hadir di lensa kamera.

Ada juga Air Terjun Resun di Kabupaten Lingga. Umumnya, air terjun yang basah ada di tempat yang tersembunyi. Bahkan ada yang tak pernah diketahui manusia sebelumnya. Setelah dieksplore, barulah warga datang untuk merasakan keindahannya. Untuk berguna, sebagai tempat wisata, menenangkan pikiran, memberi kontribusi pendapatan daerah dari sektor wisata, air terjun menyembunyikan dirinya jauh di hutan. Dari luar, dari tepi jalan, hanya ada semak perdu yang di kepala digambarkan sebagai tempat yang tak nyaman, duri tumbuhan di mana-mana. Namun saat semak disibak, jalan setapak dibuat, air terjun adalah keindahan alam.

Dalam hutan pun ada keindahan. Dalam gelap pun ada warna menakjubkan, apalagi dalam diri manusia. Tak peduli siapa pun dia, pasti memiliki sisi kebaikannya sendiri.

Post a Comment for "Ini Belasungkawa dari Kami, Bawa Saja..."