Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Saat Fotografer Membidik Sang Perawan

Masih ingat tulisanku tentang Tanjung Siambang dan Tanjung Setumu, keduanya adalah gugusan pantai di Pulau Dompak, Tanjungpinang, beberapa waktu lalu? Jujurlah, foto yang kujadikan pelengkap tulisan sebenarnya adalah foto apa adanya.

Dan air laut pun bercengkerama dengan bebatuan.
Foto - awang bing@l
Apa adanya karena hanya menggunakan kampera ponsel; apa adanya karena mengambilnya tanpa menunggu momen, kebetulan waktu ke kedua lokasi itu alam menemani kami dengan gerimis kecil; apa adanya karena ya aku nggak pandai mengambil foto. Jangan sindir aku lantaran bekas wartawan kok tak bisa foto, hehe. Kujawab saja, aku lebih suka menulis.

Namun demikian, pada dashboard blogspotku kulihat banyak warganet yang membaca tulisan tersebut. Bahkan tulisan yang dishare oleh beberapa teman di media sosial pun mendapatkan tanggapan yang bagus. Artinya, warganet membaca tulisan dan terkesan dengan foto-fotonya. Dan setelah beberapa hari artikel tadi menyebar, datanglah tawaran dari seseorang yang menggunakan nama awang bing@l. Ia adalah anak manusia yang sangat doyan foto.

Bertemu di sebuah kedai kopi di Batu 9, Bintan Centre, Awang segera mentransfer foto-foto koleksinya yang diambil di Tanjung Siambang dan Tanjung Setumu. Mohon untuk tidak membandingkan fotonya dengan fotoku. Bukan karena Awang menggunakan kamera DSLR sementara aku kamera ponsel, namun karena kodrat saja ia dilahirkan hobi foto sementara aku hobi nulis. Ah, ngelesdotcom hehehehe.

Hanya gemericik air dan bahasa dedaunan di sore itu.
Foto - abang bing@l
Salah satu foto Awang adalah batu belubang. Batu ini berada beberapa langkah dari tepi pantai yang juga bebatuan. Dibutuhkan kehati-hatian mendekati batu dengan bagian tengah berlubang itu. Di tangan Awang, lubang itu seolah melahirkan aliran air laut, menciptakan dimensi tersendiri. Bebatuan berwarna gelap, juga pepohonan di Pantai Tanjung Setumu, dibiarkan satu frame dengan semburat warna cahaya matahari senja. Ada sebongkah warna kuning seolah terbuang, namun justru menimbulkan pesona pemandangan pantai yang masih belum banyak dikunjungi warga Tanjungpinang ini. Pertemuan arus air laut dan lempengan bebatuan menghadirkan riak dan pusaran air kecil, terlihat di bagian bawah batu berlubang.

Memancing di atas perahu bebatuan Tanjung Setumu.
Foto- awang bing@l
Foto lain yang dikirimkan Awang adalah gugusan bebatuan yang tampak mengambang di tengah lautan. Sengaja dipilih warna gelap untuk menggambarkan bebatuan dan manusia yang tengah mengendarai bebatuan tadi. Ada yang duduk menatap cakrawala senja, berdiri saja, mengayunkan joran pancingnya, serta beberapa orang duduk berdekatan. Terlihat kedekatan antara manusia dan alam, mereka saling membutuhkan. Membaca foto ini, alangkah sedih ada pengrusakan lingkungan, manusia menjadi buruan hewan hutan yang habitatnya punah karena keserakahan dan pembangunan. Alam dan manusia adalah keseimbangan, pesan inilah yang disiratkan dalam foto sang fotografer. Ia mengabadikan Tanjung Setumu yang masih perawan dengan gaya bahasa simbol.


Menggairahkan pesona pasir putih di antara kaki belia.
Foto - awang bing@l
Dunia bocah adalah polos, sederhana, sesuka hati, kekanakan dan lucu. Semuanya terpapar di foto yang diambil di Tanjung Siambang pada sebuah siang oleh Awang Bing@l. Begitu menyenangkan bagi bocah ini, bertelanjang dada, membawa cangkir kuning di salah satu tangannya. Berantakan di bawahnya adalah arena permainan yang bisa dibentuk dan ditata kemudian dirusak sesuka hatinya. Ya, mainan pasir laut. Hamparan pasir laut berwarna putih menjadi semacam email yang dikirimkan secara berantai kepada kita untuk menyadari betapa luasnya pasir putih di Tanjung Siambang. Landai sekitar 300 meter ke laut, membuat orang tua tidak perlu khawatir melepas anak anaknya bermain di butiran halusanya.

Keasyikan si bocah dilanjutkan lagi pada foto berikutnya. Kesendirian rupanya tak membuat si bocah merasa kesepian. Pasir putih yang melimpah, bergenggam genggam ia tuang, tiada habis permainan itu. Ia seakan tak peduli, hanya peduli pada gerak tangan, mata dan perasaannya ke permainan pasirnya.

Meski lumayan terkenal, sejak Komunitas Sadar Wisata Dompak yang digagas Dodi Igor mulai memperkenalkan Sang Perawan bernama Tanjung Siambang dan Tanjung Setumu, namun masih belum banyak yang mengenal luas keberadaannya. Bahkan oleh warga Tanjungpinang sendiri. Untuk itu, upaya berbagai pihak untuk

menggeliatkan perawan yang belum sepenuhnya terbangun ini menjadi kunci pembuka kotak pandora. Kita tentu cukup gembira saat perhelatan Fetival Bahari Kepri beberapa waktu lalu Tanjung Siambang mendapatkan kesempatan sebagai lokasi lomba perahu jong. Peserta lomba yang berasal dari berbagai wilayah di Kepri, penonton warga lokal dan pengunjung yang sengaja datang pun tahu ada pantai yang layak dikunjungi di Tanjungpinang.

Rasanya jariku sudah penat memberikan deskripsi asal njeplak untuk setiap foto yang dikirimkan Awang Bing@l, namun kalau aku biarkan narasinya kosong jangan-jangan lain kali ia enggan

mengirimkan foto-fotonya lagi yang sesuai untuk tulisanku yang asal ketik ini. Sedikit yang bisa aku tangkap dari Awang saat berbincang di kedai adalah, ia akan betah berlama-lama menunggu momen bagus untuk membidik. Aku hanya melontarkan gurauan kepadanya, untung zaman sudah digital. Hasil foto tak harus dicuci lalu dicetak. Kalau itu yang terjadi aku yakin ia kebingungan akan menaruh hasil hasil fotonya di mana.

"Hardisk komputerku sudah satu terra byte, Bang. tetapi jebol juga," akunya sembari tersenyum. Kegilannya dengan dunia fotografi sama gilanya dengan prinsipnya, ia hanya ingin mengambil foto, terserah penilaian orang lain. Dan ia akan terus melakukannya sampai tidak mampu lagi melakukan itu.

Mas Bro Awang, terima kasih ya atas keihlasannya memberikan foto-foto ini untuk dibagikan kepada warganet dan warga nyata. Semoga bermanfaat dan selamat berburu foto selanjutnya.


2 comments for "Saat Fotografer Membidik Sang Perawan"

  1. Bingaaaaaal ....kat mane dikau ni??
    Mantaaap laa awak punye kenen tu 😀

    Kereeeen mas nung👍👍👍

    ReplyDelete