Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tanjung Setumu, Pantai Menawan yang Tersembunyi

Di Pulau Bintan, jika bicara soal pantai yang lazim disebutkan ialah Pantai Trikora dan Lagoi. Semuanya berada di Kabupaten Bintan. Sementara di Tanjungpinang, paling banyak diketahui hanya Tepi Laut. Padahal, kota berjulukan Kota Gurindam ini menyimpan keindahan wisata pantainya. Salah satunya ialah Tanjung Setumu.

Singgasana bebatuan seperti ini tersebar di Pantai Tanjung
Setumu, Dompak. F-dhewe.
Tanjung Setumu bak perawan yang cantik meski belum bergincu. Keindahannya masih alami. Hanya butuh polesan sedikit, tempat ini tak mustahil menjadi favorit warga Tanjungpinang pada khususnya. Perjalananku bersama penggagas Kelompok Sadar Wisata Dompak, Dodi, dan wartawan senior, Sigit Rahmat, Rabu (14/11) pagi akhirnya menemukan pantai yang layak untuk aku referensikan untuk dikunjungi.

Hanya butuh perjalanan kurang lebih 20 menit dari Jembatan Satu Dompak, depan Ramayana sampai Tanjung Setumu. Rentang waktu 20 menit menurutku masih terlalu lama karena kondisi jalan yang masih mirip jalan setapak di perkampungan. Memang ada jalur jalan beton, namun lebarnya lebih cocok untuk kendaraan roda dua. Sementara kami menggunakan kendaraan roda empat. Beberapa kali dedaunan pepohonan di kanan kiri jalan, menjelang memasuki Tanjung Setumu, menerobos ke dalam mobil melalui celah kaca yang kami buka separo untuk menikmati segarnya udara.

Pantai pasir putih selalu menggoda kaki untuk turun
dan bermain. F-dhewe.
Sebelum Tanjung Setumu, sebenarnya ada pantai yang mulai tersohor yakni Pantai Tanjung Siambang. Dari Tanjungpinang ke Tanjung Siambang hanya butuh 8 menit. Jalan aspal yang nyaris tanpa cacat membuat perjalanan terasa nyaman. Tak ada guncangan berarti. Nah, dari Tanjung Siambang ke Tanjung Setumu ini yang harus melintasi jalan kampung. Separo roda mobil yang kami tumpangi harus mencari celah di luar jalur jalan beton yang di beberapa bagiannya sudah rusak. Kami berguncang, menerobos rindangnya daun, melibas genangan air.

Namun itu sepadan dengan apa yang kami lihat. Memasuki Tanjung Setumu kita akan disambut padang rumput yang luas. Dan banyak pohon kemunting yang mulai kembang. Kabarnya buah pohon yang menjadi ciri khas kota ini jika masak terasa manis dengan butiran-butiran halus pada dagingnya. Kami bukan yang pertama datang, karena pada rerumputan jelas terlihat warna cokelat terang tanah berpasirnya. Seakan ada jejak kaki roda kendaraan bermotor. Sebaiknya mengajak teman yang tahu atau paling tidak pernah ke sini, sebab di hamparan padang rumput ada beberapa cabang jalan. Jika salah memilih bisa terjebak pada genangan air yang cukup lebar.

Mau duduk, silakan cari ukuran batu sesuai keinginanmu.
Tanjung Setumu menantimu. F-dhewe.
Pohon cemara, yang oleh penduduk setempat disebut setu, menyambut kaki kami begitu turun dari mobil. Pantainya berpasir putih. Sayang sampah rerumputan laut hampir merata di atasnya. Sampah plastik yang dibawa pengunjung tampak dibuang seenaknya. Hanya soal sampah yang menjadi pesona Tanjung Setumu sedikit terusik. Jika bersih, Tanjung Setumu adalah perawan yang menggeliat di sebuah tempat yang jauh dari hiruk kota. Pemandangan utama di sini adalah bebatuan alami yang jumlahnya ratusan. Ada yang berhimpitan, atau teronggok satu satu. Ada juga lempeng bebatuan yang sangat besar.

Uniknya, bebatuan di sini didominasi bentuk yang rata permukaannya. Nyaman untuk diduduki. Pantai yang landai membuat tonjolan bebatuan tempat yang pas untuk berfoto. Aneka jenis pohon bisa menjadi payung yang meneduhkan. Bagi yang ingin menikmati deburan ombak, ada bebatuan yang posisinya lebih tinggi. Dari sini terlihat betapa indahnya bebatuan bertebaran di bagian bawah. Buih ombak yang menepi bermain-main di sela bebatuan berwarna hitam dan cokelat tua.

Bongkahan batu nan besar dengan permukaan rata,
oh nyamannya duduk di atasnya sambil memandang
laut lepas. F-dodi.
Kumpulan bebatuan ini tak hanya terdapat pada satu sudut pantai. Melainkan hampir menghiasi pantainya yang memutar, mengitari bukit. Ada jalan setapak untuk menuruni lokasi bebatuan di beberapa sudut. Hanya perlu berjalan kaki, melewati jalan tanah di antara padang luas rerumputan. Dari sini Pulau Sore hanya tampak sepelemparan batu.

Bagi yang ingin merasakan kedamaian alam, udara yang segar dan hembusan angin laut, bisa memilih menggelar alas duduk di bawah pepohonan cemara dan jenis pohon lain. Pepohonan rindang ini mampu menampung banyak wisatawan yang datang. Konon, nama Setumu diambil dari dua batang pohon cemara yang letaknya berdekatan.

"Orang sini menyebut cemara dengan setu," kata Dodi. Namun dua huruf di akhir, yakni mu, aku belum menemukan jawabannya. 


Dataran luas yang ditutupi permadani rerumputan adalah tempat yang pas untuk kemping. Tanah yang rata bisa dijadikan tempat mendirikan tenda. Sementara ini sumber air bersih belum ada, namun menurut Dodi ia dan teman-temannya dari Komunitas Sadar Wisata Dompak akan mencari sumber air agar wisatawan tak kesulitan jika membutuhkan air bersih.


Jika saja pesona Tanjung Setumu dimunculkan, warga Tanjungpinang memiliki pantai yang bisa dijadikan pilihan saat ingin melepas penat karena kesibukan kerja atau aktivitas lain. Dari jarak yang harus ditempuh, lebih dekat ke sini ketimbang harus ke Trikora apalagi Lagoi. Kaki-kaki kecil anak-anak akan bersuka menginjak pasir yang bersih, tanpa sampah rerumputan laut dan bekas bungkus makanan. Batang kayu lapuk disingkirkan, ada bangunan penunjang seperti gazebo dan semacamnya. Lalu kita semua menikmati sang perawan yang tersenyum manjad dengan rona merah di kedua pipinya.

Akulah Tanjung Setumu, bisiknya mesra. Dan kita pun terpesona oleh karya agung Yang Maha Kuasa.

Post a Comment for "Tanjung Setumu, Pantai Menawan yang Tersembunyi"