Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengkhianati Kesetiaan

Ilustrasi: nurali mahmudi/lambenjeplak
Ini tentang permintaan seseorang yang ingin menjaga prinsip dirinya untuk tidak berkhianat. Padahal bisa saja seseorang itu berkhianat dengan berdalih pembelaan, menyelamatkan diri, mendapatkan pujian, biar dianggap atau sebagainya.

Petikan kalimat itu saya ambil dari sambutan Menteri Kelautan RI, Susi Pudjiastuti saat menghadiri Lustrum XII SMA 1 Yogyakarta tanggal 15 Desember 2017 di Jogja Expo Center. Tentang berkhianat ini, sebelumnya Susi mempersilahkan mantan teman-teman sekolahnya atau gurunya untuk menyapanya atau bercuit di twitternya.

"Asal saya tidak diminta mengkhianati kesetiaan, integritas saya sebagai pejabat pemerintah dan seorang pribadi yang merdeka," tutur Susi di penutup sambutannya.

Mengapa saya ambil contoh Susi? Pertama karena ia adalah seorang menteri. Bagi saya jabatan menteri itu tinggi. Orang-orang pilihan. Butuh pertimbangan banyak untuk menjadikan seseorang sebagai menteri. Kedua, yang bicara seperti itu masih hidup. Jadi kalau nanti di kemudian hari ternyata berkhianat, ya tinggal diingatkan pernah bicara sebaliknya.


Ketiga, saat saya mencari definini khianat di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online artinya adalah adalah perbuatan tidak setia, tipu daya, perbuatan yang bertentangan dengan janji.

Saya sendiri sampai lupa entah berapa sepanjang hidup ini berkhianat. Paling gampang contohnya ketika saya sore harinya menyanggupi ajakan teman untuk ngopi. Dan bodohnya saya iyakan. Dan benar, malamnya saya lebih memilih tidur-tiduran di depan televisi menyaksikan tayangan National Geographic, membiarkan dering ponsel dari teman saya yang mencoba menghubungi belasan kali. Pagi harinya baru menjawab: maaf, ketiduran kemarin sore capek sekali.

Maaf, begitu gampangnya untuk mencoba menyingkirkan dosa dari berkhianat. Padahal banyak sekali contoh hancurnya seseorang karena berkhianat. Ada yang berkhianat kepada bangsanya sendiri, ada yang berkhianat kepada kekasihnya sendiri, ada yang berkhianat kepada saudaranya, temannya, orang tuanya dan lain-lainnya.

Saya punya teman, yang sepertinya masih belum bisa melupakan sakitnya dikhianati. Saat lulus SMA teman saya ini diterima kuliah di sebuah perguruan tinggi negeri di luar provinsi. Sang pacar mengantarkannya bersama orang tuanya. Dan sekian tahun kemudian, ternyata pacarnya menikah dengan orang lain. Tentu saja dengan alasan-alasan tertentu.

Hingga teman saya ini begitu pilu setiap kali mendengarkan lagu Menjemput Impian-nya KLa Project yang dinyanyikan Katon Bagaskara yang saat ini tengah mencalonkan diri sebagai wakil rakyat.

Saya percaya berkhianat akan turut menyumbang peran kesulitan hidup. Bagi yang sering berkhianat kepada banyak orang, mungkin saja ada doa-doa dari para "korban" kepada pelakunya. Didoakan nggak enak tentu sebagai manusia normal merasa jengah juga. Kecuali memang ada orang yang cuek bebek saja ketika berkhianat. Lalu dalil klisenya: yah kita tidak ditakdirkan untuk berjodoh. Misalnya soal percintaan.

Bukan cuma soal hati dan cinta. Pengkhianatan pada hal lain juga menimbulkan kebencian, hujatan bahkan bisa diingat selama sekian generasi. Wang Jingwei, tokoh pengkhianat yang berasal dari China. Anggota suatu partai Nasionalis China yang menjabat sebagai sayap kiri Kuomintang. Wang menjadi simbol pengkhianat di negaranya sendiri pada masa awal China menjadi sebuah negara Republik. Ia bersekongkol dengan Jepang. Hasilnya? Jepang menyerah kalah saat negaranya dibom atom oleh Amerika, niat Wang Jingwei gagal total.

Post a Comment for "Mengkhianati Kesetiaan"