Postinganku kali ini agak serius nih, hehe. Meski tetap dengan gaya lambenjeplak, namun karena ini berhubungan dengan produk yang sudah memiliki nama, ya harus agak soft. Apa yang akan aku tuliskan adalah tentang Dapoer Melayoe.
|
Makanan tempo doeloe dalam kemasan modern. Batang Buruk dan Bilis Gulung namanya. F-dok pribadi |
Jangan dibayangkan tempat ini seperti dapur umum pada zaman perang atau saat terjadi bencana sehingga suatu daerah menetapkannya sebagai darurat. Banyak sukarelawan memasak untuk banyak orang. Yang sama mungkin soal ada manusia yang memasak. Itu saja. Lainnya, jauh berbeda. Karena Dapoer Melayoe sejatinya adalah toko oleh-oleh khas makanan tradisional yang ada di Tanjungpinang. Catat nih yang mau travelling ke Tanjungpinang.
Di Jalan Sultan Machmud no 11 Tanjungpinang adalah peta lokasi Dapoer Melayoe. Kebetulan pemiliknya adalah penyair panggung yang disebut dengan Teja Alhabd. Kadang di belakang namanya dipakai Sang Kejora atau mungkin entah apa lagi. Haha, terserah karena kita tahu ya begitulah penyair punya banyak kata. Dan ini adalah Tanjungpinang, negeri kata-kata.
|
Yang mana Teja Alhabd? Kirimkan jawabannya di kolom komentar. Yang benar berarti orang sabar hehe. F-dokpri. |
Yang aku suka itu dari Bang Teja adalah promosinya lewat kata-kata. Bukan sembarang kata, namun ia sengaja memilih diksi yang tepat. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya. dan Bang Teja salah satu kampiunnya, tentu saja terkait mem-branding sebuah produk.
Dapoer Melayoe dan Bang Teja itu pas banget. Klop. Tentu aku mengapresiasi keberaniannya menggali kembali kejayaan kue asli Melayu yang sudah berusia 450 tahun. Tak semua orang Tanjungpinang atau Kepri tahu kue ini. Hanya sebagian masih mempertahankannya, itu pun saat lebaran tiba. Kue ini disebut batang buruk. Di Dapoer Melayoe, inilah jajanan utama yang dijual selain Bilis Gulung.
|
Namanya buruk, rasanya tak seburuk namanya. F-dokpri. |
Slogan batang buruknya agak menyeramkan: Biar Pecah di Mulut, Jangan Pecah di Tangan. Mengada-ada? Bukan sama sekali. Suatu masa, seingatku lebaran, aku mendapatkan kiriman Batang Buruk dan Bilis Gulung. Nah, Batang Buruk ini memang bahan kuenya bagian luar gampang sekali pecah. Pelan-pelan pegangnya, masukkan mulut, biarkan cita rasanya meledak di dalam mulut. Kalau masih pecah di tangan, hehe, silakan belajar ke Dapoer Melayoe.
Mau tahu cara Bang Teja menjual produknya lewat kata-kata? Aku kutipkan beberapa pantunnya. Lebah ada madunya, Manusia ada malunya, Batang Buruk sedap rasanya, Bilis Gulung gurih rasanya. Ada juga: kain buruk dalam semak, mari letak atas gunung, batang buruk kuenye enak, dimakan satu terase tanggung. mau lebih? Ini lagi: kain buruk dalam semak, batang buruk makanan enak, alis lengkung macam parang, bilis gulung cemilan terpandang.
|
Pantunnya, Mak..... F-dokpri. |
Jangan terlalu pedulikan namanya, khususnya Batang Buruk. Biarlah buruk di nama, namun lezat di rasa. Dan di Dapoer Melayoe telah dikembangkan dalam berbagai rasa. Ada original, pandan, keju dan cokelat.
Menjual produk dengan gaya sendiri tentu tak bisa dilakukan semua orang. Saat Bang Teja menyadari ia adalah pabrik pantun, hal itulah yang selalu dipertahankan. Di blog, di madia sosial, selain hanya kata-kata, kadang ia melengkapinya dengan gambar. Bagiku, Bang Teja mampu menggali sesuatu yang berharga dalam dirinya.
Mungkin para host terkenal yang setiap hari nampang di televisi dulunya nggak pernah menyangka bakal menjadikan mulutnya sebagai mata pencaharian. Cerewet, suka ngocol, lucu, itu mungkin dianggap biasa di zaman kanak-kanak. Atau pelukis legenda sekelas Vincent van Gogh, yang hingga akhir hayatnya tak mampu menjual lukisan-lukisannya karena dianggap tidak menarik. Namun setelah itu, gaya lukisannya menginspirasi generasi berikutnya. Lukisannya nilainya fantastis.
|
Pantun yang menggelitik, cara jitu berpromosi. F-dokpri. |
Cara yang jitu dari Dapoer Melayoe. Pantun-pantunnya adalah sebuah upaya cerdas untuk melariskan produk, Batang Buruk dan Bilis Gulung. Sebagai pantun penutup, aku kutipkan yang satu ini: Batang Buruk cemilan terbilang, Di Dapoer Melayoe terhidang sudah, Kalau tuan ke Tanjungpinang, Pastikan diri untuklah singgah.
Kalau ada yang tertarik dengan Batang Buruk atau Bilis Gulung, pesan di lambenjeplak juga boleh hehehe. Asalkan jangan minta dibuatkan pantunnya. Dari semua kalimat yang aku tulis, sebenarnya hanya secuil maknanya: jadikan apa yang kita miliki sebagai modal untuk membuat hidup kita lebih baik. Seperti apa bentuk bakat itu, jika tidak dimunculkan akan tetap tersembunyi.
Post a Comment for "Pantun Pelaris Si Penjual Bilis"