Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ngopi Bareng Pak Sekda: Tegur Saya

Sekda Bintan, Drs. Adi Prihantara, MM menjawab
pertanyaan kami. Foto - Mas Sigit.

Mendadak ia mendekati tempat aku dan dua sahabat lamaku duduk, di sebuah kedai kopi di bilangan Bintan Centre, Selasa (17/10) pagi menjelang siang. Lelaki berkulit cokelat, berkumis tebal, mengenakan setelan baju melayu warna oranye dan kopiah hitam itu lantas menempati kursi yang masih kosong. Dan obrolan pagi pun mengalir begitu saja.

Meski tahu aku hanyalah warga biasa, belakangan di akhir obrolan baru aku sampaikan aku blogger, namun ia seakan tak pernah mengalihkan tema obrolan atau pertanyaan yang secara bergantian kami tanyakan. Ia pun memberikan jawaban secara berimbang, tak mengabaikan pertanyaan itu dari siapa. Pertanyaanku, pertanyaan sahabatku Mas Sigit dan Yendi, semuanya dituntaskan. Ada kepuasan tatkala apa yang kita tanyakan mendapatkan jawaban utuh.

Kalau aku orang kampung, bertanya tanpa mendapatkan jawaban tuntas serasa membakar ubi ke dalam bara namun belum sempat daging ubinya matang, hujan turun dan acara bakar bakar ubi pun gatot alias gagal total. Kalau dipaksa dimakan ya magel (matang nggak, mentah nggak). Empuk-empuk mrengkel (baca keras) gitulah. Apalagi jika pertanyaan yang kita ajukan justru dibalas dengan pertanyaan. Dan ada orang seperti itu. Kalau itu yang terjadi, perasaan yang ada di hati mungkin seperti apa yang dinyanyikan Manfred Mann's Earth Band berjudul Question.


Liriknya seperti ini: They answered my questions with questions, And pointed me into the night, The power that bore me had left me alone, To figure out which way was right. Arti suka-sukanya seperti ini: jika pertanyaan kita dijawab dengan pertanyaan, seolah-olah kita tertuding, hingga kekuatan pun tak ada bahkan untuk mengetahui mana yang benar dan salah. Pernah kan kita ngobrol, bertanya ke seseorang lalu dijawab dengan tanya. Misalnya: eh, semalam kok pulang telat dari mana? Nggak dijawab malah nanya balik: lha kamu sendiri juga larut balik, dari mana saja? Huh, hehehe. Dan lelaki yang aku ceritakan di sini agaknya lebih suka terbuka, menghargai setiap pertanyaan dan periang.

Selalu ramah kepada orang lain. Fotoku dhewe.
Mungkin ada yang nanya, memang siapa sih yang aku maksud? Aku yakin tak semua warga, bahkan yang tinggal di kabupaten tempat sosok satu ini mengabdi dan melayani, mengenalnya. Kondisi geografis, teknologi informasi yang tersebar tak merata dan faktor lain memang kadang membuat orang populer tak dikenali dengan baik hehe. Tetapi, untuk yang berkecimpung di pemerintahan lingkup Provinsi Kepri, atau orang lama pasti mengenalnya.

Ia adalah Sekda Bintan, Drs. Adi Prihantara, MM yang diambil sumpahnya oleh Bupati Bintan Apri Sujadi, S.Sos di Aula Kantor Bupati Bintan, Bandar Seri Bentan, Selasa pagi (10/10). Dalam forum kedai kopi kemarin, Sekda menjelaskan banyak hal tentang Kabupaten Bintan. Salah satunya mengenai potensi wisata yang ada di daerah tersebut. Untuk kawasan wisata internasional, Lagoi, tak menjadi masalah. Namub potensi lain harus diperkenalkan.

"Gunung Bintan itu menurut saya bisa menjadi potensi wisata yang menarik," sebutnya. Dan untuk menjadikannya sebagai destinasi wisata unggulan, saat ini tak perlu susah-susah harus belajar dari mancanegara. Cukup di Indonesia, ada beberapa daerah yang berhasil meng-hire gunung sebagai kawasan wisata yang digandrungi wisatawan dan berujung pada peningkatan pendapatan daerah. Tinggal studi banding ke daerah tersebut, setelah dikaji segala aspeknya baru diaplikasikan di Gunung Bintan.

Secara pribadi ini aku suka. Sekelas Sekda masih mau belajar, bukan karena hanya ingin dianggap pencetus, yang pertama, mengejar rekor atau penghargaan, namun hasilnya kurang maksimal. Alih-alih mendatangkan wisatawan mancanegara, wisatan domestik saja ogah datang. Paling datang sebentar, keluarkan tongsis lalu klak klik kluk selfie atau kalau datang rombongan dan semua pingin nampang wefie.

Pesona Gunung Bintan, bidadari yang belum memancarkan
ayu dan auranya. Foto- brctoursdotcom.
Juga soal e yang dicontohkan di pusat. E atau elektronik adalah teknologi informasi yang menurut Sekda harus diikuti. Persoalannya, untuk mewujudkannya dibutuhkan biaya dan sumber daya manusia. Dari dua hal tersebut, kebanyakan kendalanya ada pada anggaran. Karena pemerintah daerah harus mengupayakannya sendiri. Belum jika wilayahnya terbagi atas banyak pulau seperti Kabupaten Bintan.

Ngopi bareng Sekda Bintan harus rela terputus-putus obrolannya. Lantaran Sekda memiliki banyak kawan. Jangan heran jika tiba-tiba tangannya melambai ke seseorang yang baru masuk kedai kopi, atau tiba-tiba ada yang datang menjabat tangannya, atau orang yang pmit keluar kedai kopi dahulu, atau orang orang lain.

Selama ngobrol, sedikitnya dua kali ia mengingatkan, "Kalau saya salah, khilaf, mohon ditegur." Bagi aku lagi, bagus lho ada Pak Pejabat yang mau bilang seperti ini. Kan ya banyak pejabat yang lupa dari mana mereka berasal. Kesalahan diri tak pernah tampak, sementara kesalahan orang lain tampak menggunung. Ya memang begitulah aku, Anda, kita, selama masih disebut manusia hehe.

Selamat bekerja Pak Sekda, bakti dan pengabdianmu dibutuhkan masyarakat. Kalau ada sumur di ladang, boleh kita menumpang mandi, kalau ada umur panjang, boleh kita ngopi lagi.

2 comments for "Ngopi Bareng Pak Sekda: Tegur Saya"