Tiba-tiba saja aku membaca status seseorang yang menggunakan nama Selo Romo di Facebook. Dia sahabatku. Bukan hanya menerima permintaan pertemanan yang dikirimkan olehnya kepadaku beberapa tahun lalu. Padahal yang ditulisnya hanya seputar lebah dan lalat.
|
Foto: maduqueenbedotcom |
Meski sahabat, satu kampung, tetapi tidak pernah bertemu entah sudah berapa belas kalender diganti. Mungkin juga masih ada ikatan saudara denganku, kalau memang iya dan kelupaan mohon dimaafkan Mas Bro hehe. Yang jelas, nama Facebook yang digunakannya sangat berbau daerah kami berasal. Selo Romo adalah sebuah waduk di Kecamatan Gembong yang menjadi tempat bermainku sewaktu kecil.
Selo menuliskan statusnya lebih kurang seperti ini: mata lebah selalu melihat madu, sementara mata lalat selalu memelototi kotoran. Mungkin ada jenis lebah yang suka kotoran atau lalat yang suka madu, namun secara garis besar lazimnya kalau lebah itu identik dengan madu sementara lalat itu dikaitkan dengan kotoran.
|
Foto: 4blblogspotdotcom |
Karena perilakunya yang spesifik tadi, pada ujungnya lebah akan menghasilkan madu. Siapa yang tak kenal madu. Atau pertanyaannya, siapa yang belum pernah mencicipi rasanya madu? Kok aku nggak yakin kalau dari 10 orang ditanya tahu madu, lima menjawab tidak. Paling mungkin adalah ke-10 orang tadi menjawab, paling tidak tahu, kalau pun ada yang menjawab belum pernah mencicipi rasanya. Madu itu manis. Dan madu itu menjadi salah satu bahan obat-obatan, baik herbal maupun obat modern.
Madu juga dijual di tempat yang biasanya bersih. Kok aku nggak pernah lihat ada penjual madu botolan kiosnya berdampingan dengan kotak sampah atau tempat pembuangan akhir. Madu dengan mudah Anda dapatkan di kios obat kakilima maupun dalam supermarket yang modern.
Merek madu botolnya pun beragam. Semuanya dengan tagline yang berbeda-beda, namun intinya pasti satu: madu membuat sehat. Coba, apa ada penjual madu yang menuliskan kalimat seperti ini misalnya: yang minum madu ini cepat tua, atau madu asli cocok untuk menumbuhkan uban. Lha ya nggak laku madunya.
|
Mata lebah. Foto: norbertwudotcom. |
Anak-anak, remaja, orang tua, lelaki, perempuan, yang kulitnya hitam, cokelat, kuning sampai putih biasanya tertarik dengan kemasan madu obat. Nggak tahu ya kalau ada yang berteriak histeris aduuh, maduuu, nggak mau nggak mau, jijiiiiik dan sebagainya. Malah dianggap kurang penuh otaknya. Madu ditempatkan pada posisi berkelas.
Dan lalat dengan matanya yang besar, si penyuka kotoran ini akan menghasilkan penyakit. Jangan kita bicara dahulu soal penyakit, kehadiran lalat di sekitar kita juga seolah tamu nggak diundang. Rasa tenang saat berdua dengan seseorang yang istimewa, saat menenangkan diri pasti terusik ketika tiba-tiba lalat masuk dan ingin mendekat. Kalau soal penyakit diantaranya diare, disentri dan sebagainya.
Orang melihat lalat juga pandangannya tidak mengenakkan. Rasanya ingin mengusirnya kalau bisa. Sebab lalat itu gerakannya lincah. Pintar berkelit. Lalat juga seperti maling, mengendap-endap mendekati makanan. Begitu lolos dari pengawasan manusia, sukses deh ia bertelur di makanan tadi. Dimakan, lalu menimbulkan sakit.
|
Mata lalat. Foto: bagi-indotcom |
Kata temanku Selo, kalau meniru sifat hidup lebah yang ada dalam jiwa dan raga kita adalah hal-hal yang manis. Kalau diperluas, madu maknai saja sebagai sesuatu yang baik. Menolong orang yang kehabisan bensin baik, membantu nenek menyeberang jalan baik, membuat status di media sosial yang menyejukkan itu baik, dan nggak akan habis kalau aku nulis contoh kebaikan yang bisa dilakukan manusia untuk sesama. Kebaikan juga bisa ditunjukkan manusia terhadap pencipta-Nya, lingkungan, tumbuhan, hewan.
Orang-orang yang terbiasa dengan kebaikan tanpa menghitung kebaikannya akan mendapatkan kebaikan juga. Bahkan kebaikan saat ini bisa dibalas dengan kebaikan pada generasi berikutnya. Dengan berpedoman pada mata lebah, manusia akan berpikir terlebih dahulu untuk melakukan tindakan. Tidak hanya jangka pendek, namun buntutnya nanti bagaimana. Dan lebah juga istimewa, sengatnya saja dijadikan cara pengobatan.
Dan orang-orang yang terbiasa menatap hidup dari kacamata lalat hidupnya dipenuhi ketidaktenangan. Kotoran adalah hal yang tidak baik. Bau, sumber penyakit, tempatnya jorok dan cenderung dijauhi manusia.
|
Nah ini sahabatku Selo Romo. Foto: fb |
Untuk mengikuti cara pandang lebah dan lalat manusia juga nggak perlu mengubah bentuk matanya seperti kedua hewan tadi. Anda lho pasti marah kalau ada yang bilang: matamu indah kayak lebah. Wow, lempar sandal. Apalagi: dik, matamu mengagumkan seperti mata lalat. Sudah takdir mata lebah dan lalat bentuknya gede gede, sementara manusia pasti sesuai porsinya masing-masing. Ada yang bulat, oval, sipit, tetapi semuanya pantas karena sudah diciptakan oleh Yang Maha Hebat. Nggak usah pingin punya mata lebah atau lalat menempel di bawah dahi kita, kata Selo, cukup memperdalam maknanya dalam hati saat melihat kebaikan dan ketidakbaikan di hadapan kita.
Terima kasih sahabatku Selo, semoga Anda, Aku, yang baca blog ini diberikan cara pandang sebagai seekor lebah madu. Yang nggak sempat baca dan belum tahu ya silakan bagikan link artikel ini biar baca sendiri hehehe.
Post a Comment for "Mata Lebah atau Mata Lalat yang Anda Inginkan?"