Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Jangan Bilang ke Tanjungpinang Tanpa Mengencaninya

Setiap kali ada teman dari luar kota datang, ada satu tempat yang selalu ditanyakan mereka. Tepi Laut. Seolah pertanyaan itu menjadi sesuatu yang disimpan selama perjalanan dan ditanyakan begitu tiba di Kota Gurindam. Dan biasanya aku mengantarkan mereka mengencani Tepi Laut yang menurut mereka indah.

Salah satu sudut Tepi Laut sebelum didandani seperti
saat ini, yang jauh lebih menawan. F-bappedatanjungpinang
Siapa tahu postingankalu kali ini berguna bagi traveller atau blogger yang kebetulan punya niat datang ke Kepri dan menyambangi Tanjungpinang. Sebagai gambaran awal, semoga tulisanku bisa membantu. Tetapi percayalah, menikmati Tepi Laut secara nyata jelas lebih menggairahkan dibandingkan membaca ulasanku. Jadi, setelah membacanya alangkah baiknya datang sendiri, melihat sendiri, foto-foto sendiri,l selfie sendiri, wefie nggak sendiri.

Bagi yang naik kapal dari Batam atau Singapura/Malaysia, Tepi Laut dapat ditempuh hanya dengan jalan kaki. Begitu keluar kawasan Pelabuhan Sri Bintanpura, Tanjungpinang, akan berhadapan dengan jalan raya. Ke kiri adalah kota dan pusat ekonomis bisnis Bintan Centre, sementara yang ke kanan menuju Tepi Laut. Jika ingin mencari hotel, sebaiknya ambil jalan ke kiri. 

Gedung Daerah, sarat sejarah di zaman kemerdekaan.
Fotoku dhewe
Di Jalan Pos, Jalan Merdeka, Jalan Bintan Anda bisa menemukan sejumlah hotel dengan harga dan kelas berbeda. Datang tengah hari menjelang jam check in hotel menurutku lebih bagus, karena begitu datang Anda bisa istirahat sejenak melepaskan penat perjalanan. Hotel-hotel yang ada tidak jauh dari Tepi Laut, masih bisa ditempuh dengan berjalan kaki.

Sore hari adalah waktu yang pas untuk memulai mengencani Tepi Laut. Dari hotel, ingat-ingat arah Tepi Laut dan arahkan langkah kaki ke sana. Usai pintu keluar Pelabuhan Sri Bintanpura, di sebelah kanan akan dijumpai Tugu Proklamasi. Nah, ternyata bukan hanya di Jakarta ada Tugu Proklamasi. Boleh foto-foto di sini, berlatar belakang diorama perjuangan serta tembok dengan lukisan lautan biru dan riak ombak kecil. Jalan lagi, tak sampai 50 meter, Anda akan berada di Ocean Corner yang merupakan foodcourt.

Palingkan wajah ke kiri, di depan Ocean Corner akan terlihat Gedung Daerah, bangunan megah peninggalan residen Belanda yang dibangun pada awal tahun 1880. Gedung Daerah merupakan kantor pusat pemerintahan Gubernur Riau yang pertama, S.M. Amin Nasution sebelum akhirnya pindagh ke Pekanbaru. Setelah Provinsi Kepri pisah dari Riau, kini Tanjungpinang kembali menjadi ibu kota provinsi. Saat ini Gedung Daerah digunakan sebagai kediaman Gubernur Kepri serta menerima tamu dan berbagai acara.

Buat kencan Anda dengan Tepi Laut menyenangkan.
Fotoku dhewe.
Jika mengambil sisi jalan sebelah kiri, kebanyakan memang bangunan atau instansi, seperti Batalyon Marinir, rumah makan, bright and shine, Graha BP3KR, musala dan hotel lama. Susuri saja jalan lurus, menapaki trotoar yang cukup lebar. Namun akan terasa sempit jika ada acara seni di kawasan ini, bahkan berdesakan. Setelah Ocean Corner, ada tempat parkir disambung dengan Taman Tepi Laut. Di taman ini ada jalan setapak sepanjang pantai, namun tidak bersentuhan dengan air laut. Sudah dibangun tembok pembatas. Tembok ini sebagian tertutup bebungaan sehingga tidak mengesankan kegersangan.

Jika mengajak anak kecil, perlu digendong agar bisa menikmati hamparan laut luas. Juga melihat Pulau Penyengat yang bersejarah. Kapal-kapal dari dan ke Batam, Malaysia, Singapura memecah laut menimbulkan riak kecil. Taman juga dilengkapi tempat duduk dan arena bermain dan sarana olahraga. Sarana olahraga untuk dewasa, sementara taman bermain untuk anak-anak. Perlu pengawasan orang tua saat anak-anak bermain. Beragam bunga ditanam untuk memberikan keindahan dan kenyamanan pengunjung.

Selalu ramai di Sabtu dan Minggu pagi. Men sana
in corpore sano. Fotoku dhewe.
Di taman ini juga akan Anda jumpai Taman Laman Bunda, yang berada di sekitar ikon baru Tanjungpinang yaitu Gedung Gonggong. Di sini biasanya pengunjung memanfaatkan momen dengan berfoto di depan pelang nama berbentuk hati dengan tulisan Tanjungpinang Kampong Kite dan I Love Tanjungpinang. Bila kunjungan wisatawan tengah memasuki musimnya, turis mancanegara yang belakangan didominasi Korea dan China akan meramaikan tempat ini. Bus bus wisata diparkir di bawah masjid Graha BP3KR, di seberang jalan Gedung Gonggong.

Bagian dalam Gedung Gonggong sendiri merupakan ilmu pengetahuan yang sayang jika Anda lewatkan. Ada lukisan bernuansa Tanjungpinang, di lantai dua ada tayangan sejarah Tanjungpinang serta potensi wisatanya dalam televisi layar lebar. Semuanya bisa digunakan untuk latar belakang berfoto. Sekadar informasi tambahan, mengapa Gedung Gonggong? Karena Kepri dikenal dengan salah satu binatang lautnya berkeluarga kerang yang lezat, yaitu gonggong. Jadi selalu ingat, gonggong di sini tak memiliki dua arti.

Ini dia Gedung Gonggongnya. Manusia bisa masuk
ke dalamnya, lho. Fotoku dhewe.
Selanjutnya, silakan mengencani Tepi Laut sampai puas. Selanjutnya ada jembatan yang membentang di atas jalan raya. Ujung satunya dimulai di depan bekas Monumen Raja Haji fi Sabilillah, dan ujung satunya menjorok ke tengah laut, seakan menusuk bangunan berbentuk bulat. Jembatan yang lumayan panjang ini dilengkapi pengaman di sisi kanan dan kirinya. Ketika berada di atas jembatan, panorama Tepi Laut terlihat dengan jelas di bawah kita.

Semakin petang, dan semakin menjelang malam, ujung Tepi Laut adalah tempat kencan sesungguhnya. Anda bisa duduk di kursi para pedagang aneka makanan dan minuman, langsung di atas bebatuan pemecah ombak. Jika laut pasang, suara ombak yang berkejaran pelan meninggalkan suara mendamaikan. Hampir semua sudut adalah lapak penjual kakilima. Karena memang di Anjung Cahaya tidak dipernekankan mendirikan tenda permanen.

Di jembatan itu terasa terbang di atas taman dan laut lepas.
Fotoku dhewe.
Selain Anjung Cahaya, Melayu Square adalah gudangnya kuliner. Dari yang tradisional, sampai yang agak kekinian bisa dipesan di tempat ini. Pesonanya diakui atau tidak karena ada di tepi Laut. Sayang, tempat ini akan berakhir seketika saat hujan turun. Memang ada sejumlah pondok makan, namun tak mampu menampung banyaknya pengunjung yang datang setiap malam. Mengencani tepi Laut adalah malam tanpa hujan.

Datang bersama anggota keluarga, teman sekerja, akan lebih terasa nikmatnya bersantap di sini. Harga makanan yang tersedia masih sangat terjangkau kantong warga. Sementara bersantap, biarkan anak-anak bermain di arena permainan yang sederhana. Yang agak ribet mungkin tempat parkirnya. Namun jangan khawatir, petugas parkir akan mencoba mencarikan tempat untuk kendaraan Anda.

Pilih saja mana sajian khas berselera bagi Anda. F-dhewe.
Sepanjang trotoar, dari Taman Laman Bunda hingga Anjung Cahaya bisa menjadi tempat nongkrong yang mengasyikkan. Lampu-lampu jalan yang temaram menyumbangkan kesan mendalam. Juga angin laut yang tak merasa lelah mengalir. Di kejauhan, lampu kelap-kelip permukiman warga di Pulau Penyengat terlihat. Di sana juga ada Masjid Sultan Riau yang fenomenal karena dibangun dari adukan putih telur. Masjid Penyengat merupakan destinasi wisata religi yang tak pernah sepi. Apalagi menjelang Ramadan, wisatawan non lokal akan hilir mudik menggunakan sampan dari pelantar ke pelantar.

Tanjungpinang? Mengapa tidak? Yuk berburu kenangan dan tempat indah di kota yang dijuluki Kota Gurindam ini.

Post a Comment for "Jangan Bilang ke Tanjungpinang Tanpa Mengencaninya"