Zaman Susah, Terus Cuma Ngobrolin Kesusahan, Gitu?
Semoga aku tidak salah, kalau diajukan pertanyaan ke manusia Indonesia soal bagaimana kehidupan yang terkait perekonomian dewasa ini, jawabnya tak jauh dari kata ini: susah, parah, bangkrut dan kata lain yang maknanya hampir sama.
Iya, perekonomian agaknya memang lagi ngantuk, lesu. Yang pasti dan aku tahu, teman-teman yang selama ini aktif berjualan, baik online maupun non online, merasakan benar kondisi belakangan ini. Beberapa teman yang dahulu pernah jaya sebagai tukang teralis, kini lebih baik membuka usahanya di teras rumahnya yang sebenarnya kurang layak untuk bengkel. Mau apalagi, menyewa ruko sudah ngos-ngosan.
"Selain semakin banyak yang buka las teralis, tak ada pelanggan baru yang masuk," kata Narto, pemilik Bengkel teralis Sigro Karyo, Tanjungpinang, beberapa malam lalu.
"Saya harus mengurangi potongan ayamnya, Mas. Sudah dua bulan belakangan jualan saya jarang habis," ujar Pak Sunardi, penjual ayam crispy, kemarin siang. Bapak dua anak ini pun sejak dua hari lalu memindahkan gerobak jualannya. Semula menyewa di dekat STIE Pembangunan ke samping rumahnya di Jalan Sidorejo, Tanjungpinang.
"Sekarang jauh berkurang, Mas. Saya juga tak berani membuat bakpao banyak-banyak, apalagi bahannya juga terus naik," ungkap Pak Ali, penjual bakpao keliling yang kutemui di Masjid Agung Al Hikmah, Tanjungpinang, empat hari lewat.
Tetapi aku suka dengan semangat mereka. Susah diartikan sebagai masa yang dipercaya suatu saat nanti akan berganti. Mereka tak lantas berhenti dan nganggur. Mereka masih tetap berusaha meski hasilnya kadang tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka sadar, perut masih tetap butuh nasi. Anak masih tetap butuh uang jajan dan ongkos angkutan kota.
Semakin susah zaman, bukan berarti semua pintu rezeki tertutup. Lihat saja Khalid Mustofa, warga Desa Plosorejo, Blitar, Jawa Timur yang gagal berbisnis ayam. Bangkrut, namun ia tak patah semangat. Ia melirik usaha biji kakao. Tertatih-tatih ia menekuni usaha barunya. Kini kita tahu Kampung Cokelat. Baru 10 bulan berdiri omzetnya Rp60 juta per hari.
Lalu ada Anton Setiawan yang gagal total bisnis pulsa sistem online. Padahal uang modal Rp10 juta merupakan patungan dengan dua temannya. Itu tahun 2002 lalu. Kini, berkat mentalnya yang kuat ia sukses membangun bisnis babyshop berlabel BebeLove. Pria asal Purwokerto, Jawa tengah ini sukses menjual perlengkapan bayinya secara online ke seluruh pelosok Nusantara. Pelanggannya belasan ribu gaes.
Lantas tengok Achmad Zaky, pendiri Bukapalak yang sering Anda buka kalau mau beli sesuatu atau menjual sesuatu. Untuk bisa seperti sekarang ini Zaky pernah ngerasain gimana rasanya bangkrut bro. Saat kuliah ia pernah jualan mie dengan harga terjangkau, maksudnya biar teman-teman kampusnya bisa beli. Eh, karena gak nutup terus terusan akhirnya ya tutup lapak saja. Nggak mau terus mikirin kesusahan, ia pun buka lapak lagi namun bidangnya berbeda, yaitu start up yang diberi nama Bukalapak. Omzetnya? Ratusan juta perhari coy!
Mending kesenangan yang dibagi Mas Bro dan Mba Sist. Coba saja pikir, kalau aku yang tengah mengalami penurunan omzet usaha lantas bercerita kepada semua orang yang kutemui dengan berkisah susahnya begini, mau bayar karyawan saja begini, kusalahkan semuanya. Pak RT, RW, lurah, camat, bupati, gubernur, presiden. Kasihan mereka yang kuajak berkeluh kesah. Padahal siapa tahu diantara mereka ada yang baru semangat-semangatnya ingin buka usaha. Mendengar ceritaku kalau zaman lagi susah, usaha apapun susah, ia jadi loyo dan nggak jadi buka usaha, kan nggak hebat jadinya. Siapa tahu temanku tadi memiliki rezeki dan ceruk bisnis yang bisa booming di masa mendatang, seandainya ia tak terpengaruh oleh lembe njeplakku?
Setiap orang pasti memiliki kisah susah. Apalagi yang buka usaha. Kecuali memang dari lahir sudah tajir. Bapak mamaknya duitnya segudang. Yang merintis dari nol besar rata-rata sudah tahulah gimana orang usaha itu. tergantung semangat dan mental serta daya kreasi. yang hebat hebat lagi tuh yang buat hal hal berbau mini. Ada molen pisang mini, pizza mini, kue unyil dan sebagainya. Mereka ngerti, kalau terjadi penurunan daya beli. Tapi makanan-makanan itu kan punya pangsa pasar tersendiri, ya udah akhirnya bentuknya dikerdilin. Dan lihat, laku juga, kan? Mungkin hasilnya nggak sebesar waktu masih jualan ukuran gedhe. Tetapi daripada putus asa terus nganggur, nggak ada pemasukan, mumet, pecas endahe (baca pecah endhase atau pecah kepalanya).
Ini nggak. Di kantor, di kedai kopi, di terminal, yang diomongin kesusahan melulu. Satu cerita susah, satu lebih susah, satu susah banget, satu suusaah bingits. Tahu nggak pren, motivator motivator itu kalau diundang bayarannya gedhe, lho. Padahal mereka cuma ngasih spirit, dorongan, semangat agar sukses. Lha mbok mending kalau ngobrol itu ya dibagilah. Jika awalnya sudah soal susah, belakangan coba soal bahagia. Kan bahannya banyak yang bisa dijadikan topik. Tinggal buka smartphone, cari di Mbah Google soal orang-orang kaya yang dulu susah. Pasti gayeng.
Susah boleh, tetapi ya jangan menyesali kesusahan. Apalagi sampai mikir, ah susah terlahir dari orang tua yang susah. Lha wong Anda itu didoakan orangtua agar sukses, kok malah nyalahin mereka yang sudah berjasa membesarkan Anda. Terus baca garis tangan, nanya orang pintar apakah ada peluang untuk sukses kelak. Kalau saja Willie Nelson, Mickey Rooney, Henry Ford, Burt Reynolds, Walt Disney saat susahnya, saat bangkrutnya sibuk meramal garis tangan mungkin tak bangkit lagi dan kembali sukses.
Kalau masih belum yakin susah itu tak selamanya, ini pesan ibuku yang cuma mantan guru agama SD, kepadaku ketika aku curhat soal kondisi usaha yang pernah sempat melorot. Aku Islam jadi ibuku ngasih ayat ini:
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا yang artinya karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5). Dan diulang lagi إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا yang artinya sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 6).
Tentu saja bukan dengan cuma ngobrol di kedai kopi soal susah dan susah, nggak mau kreatif, ogah mikir lagi, males menghadapi situasi yang membuat kemudahan itu datang. Mosok mau bim salabim lalu kesusahan berubah menjadi kemudahan. Itu sih dalam film film para sahabatku.
Semoga memberi sedikit semangat untuk tidak pantang menyerah. Banyak jalan menuju Roma, kalau kejauhan ya ganti saja banyak jalan menuju bakul sate sukses, penjahit sukses, penjual terasi sukses, blogger sukses bahkan sukses sebagai tim sukses.
Minta doa biar sukses yo pren. Foto rupaku dhewe |
"Selain semakin banyak yang buka las teralis, tak ada pelanggan baru yang masuk," kata Narto, pemilik Bengkel teralis Sigro Karyo, Tanjungpinang, beberapa malam lalu.
"Saya harus mengurangi potongan ayamnya, Mas. Sudah dua bulan belakangan jualan saya jarang habis," ujar Pak Sunardi, penjual ayam crispy, kemarin siang. Bapak dua anak ini pun sejak dua hari lalu memindahkan gerobak jualannya. Semula menyewa di dekat STIE Pembangunan ke samping rumahnya di Jalan Sidorejo, Tanjungpinang.
"Sekarang jauh berkurang, Mas. Saya juga tak berani membuat bakpao banyak-banyak, apalagi bahannya juga terus naik," ungkap Pak Ali, penjual bakpao keliling yang kutemui di Masjid Agung Al Hikmah, Tanjungpinang, empat hari lewat.
Tetapi aku suka dengan semangat mereka. Susah diartikan sebagai masa yang dipercaya suatu saat nanti akan berganti. Mereka tak lantas berhenti dan nganggur. Mereka masih tetap berusaha meski hasilnya kadang tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka sadar, perut masih tetap butuh nasi. Anak masih tetap butuh uang jajan dan ongkos angkutan kota.
Semakin susah zaman, bukan berarti semua pintu rezeki tertutup. Lihat saja Khalid Mustofa, warga Desa Plosorejo, Blitar, Jawa Timur yang gagal berbisnis ayam. Bangkrut, namun ia tak patah semangat. Ia melirik usaha biji kakao. Tertatih-tatih ia menekuni usaha barunya. Kini kita tahu Kampung Cokelat. Baru 10 bulan berdiri omzetnya Rp60 juta per hari.
Lalu ada Anton Setiawan yang gagal total bisnis pulsa sistem online. Padahal uang modal Rp10 juta merupakan patungan dengan dua temannya. Itu tahun 2002 lalu. Kini, berkat mentalnya yang kuat ia sukses membangun bisnis babyshop berlabel BebeLove. Pria asal Purwokerto, Jawa tengah ini sukses menjual perlengkapan bayinya secara online ke seluruh pelosok Nusantara. Pelanggannya belasan ribu gaes.
Lantas tengok Achmad Zaky, pendiri Bukapalak yang sering Anda buka kalau mau beli sesuatu atau menjual sesuatu. Untuk bisa seperti sekarang ini Zaky pernah ngerasain gimana rasanya bangkrut bro. Saat kuliah ia pernah jualan mie dengan harga terjangkau, maksudnya biar teman-teman kampusnya bisa beli. Eh, karena gak nutup terus terusan akhirnya ya tutup lapak saja. Nggak mau terus mikirin kesusahan, ia pun buka lapak lagi namun bidangnya berbeda, yaitu start up yang diberi nama Bukalapak. Omzetnya? Ratusan juta perhari coy!
Mending kesenangan yang dibagi Mas Bro dan Mba Sist. Coba saja pikir, kalau aku yang tengah mengalami penurunan omzet usaha lantas bercerita kepada semua orang yang kutemui dengan berkisah susahnya begini, mau bayar karyawan saja begini, kusalahkan semuanya. Pak RT, RW, lurah, camat, bupati, gubernur, presiden. Kasihan mereka yang kuajak berkeluh kesah. Padahal siapa tahu diantara mereka ada yang baru semangat-semangatnya ingin buka usaha. Mendengar ceritaku kalau zaman lagi susah, usaha apapun susah, ia jadi loyo dan nggak jadi buka usaha, kan nggak hebat jadinya. Siapa tahu temanku tadi memiliki rezeki dan ceruk bisnis yang bisa booming di masa mendatang, seandainya ia tak terpengaruh oleh lembe njeplakku?
Kayak anakku ini lho semangat belajar gitar. Fotoku dhewe |
Ini nggak. Di kantor, di kedai kopi, di terminal, yang diomongin kesusahan melulu. Satu cerita susah, satu lebih susah, satu susah banget, satu suusaah bingits. Tahu nggak pren, motivator motivator itu kalau diundang bayarannya gedhe, lho. Padahal mereka cuma ngasih spirit, dorongan, semangat agar sukses. Lha mbok mending kalau ngobrol itu ya dibagilah. Jika awalnya sudah soal susah, belakangan coba soal bahagia. Kan bahannya banyak yang bisa dijadikan topik. Tinggal buka smartphone, cari di Mbah Google soal orang-orang kaya yang dulu susah. Pasti gayeng.
Susah boleh, tetapi ya jangan menyesali kesusahan. Apalagi sampai mikir, ah susah terlahir dari orang tua yang susah. Lha wong Anda itu didoakan orangtua agar sukses, kok malah nyalahin mereka yang sudah berjasa membesarkan Anda. Terus baca garis tangan, nanya orang pintar apakah ada peluang untuk sukses kelak. Kalau saja Willie Nelson, Mickey Rooney, Henry Ford, Burt Reynolds, Walt Disney saat susahnya, saat bangkrutnya sibuk meramal garis tangan mungkin tak bangkit lagi dan kembali sukses.
Kalau masih belum yakin susah itu tak selamanya, ini pesan ibuku yang cuma mantan guru agama SD, kepadaku ketika aku curhat soal kondisi usaha yang pernah sempat melorot. Aku Islam jadi ibuku ngasih ayat ini:
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا yang artinya karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5). Dan diulang lagi إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا yang artinya sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 6).
Tentu saja bukan dengan cuma ngobrol di kedai kopi soal susah dan susah, nggak mau kreatif, ogah mikir lagi, males menghadapi situasi yang membuat kemudahan itu datang. Mosok mau bim salabim lalu kesusahan berubah menjadi kemudahan. Itu sih dalam film film para sahabatku.
Semoga memberi sedikit semangat untuk tidak pantang menyerah. Banyak jalan menuju Roma, kalau kejauhan ya ganti saja banyak jalan menuju bakul sate sukses, penjahit sukses, penjual terasi sukses, blogger sukses bahkan sukses sebagai tim sukses.
Post a Comment for "Zaman Susah, Terus Cuma Ngobrolin Kesusahan, Gitu?"