Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Gotong Royong Kok Kalau Ada Maunya Saja

Jalan Bintan, termasuk kawasan lama di Kota Tanjungpinang. Dahulu kala, kawasan ini termasuk bibir pantai. Tak heran saat hujan turun air dari bawah selokan meluap sekuat-kuatnya, menggenangi jalan dan ruko. Dan tiap hujan, warga atau penyewa kios di tempat ini memiliki acara dadakan, yakni bersih-bersih bersama.

Sulitnya mendapatkan tempat parkir di sini. Fotoku dhewe.
Jika kita menikmati Jalan Bintan saat cuaca mendung tipis, alangkah senangnya. Kiri kanan jalan tinggal pilih mau kemana tujuannya. Hotel ada, wisma ada, rumah makan banyak, toko pulsa apalagi, toko kelontong tersedia, agensi koran ada juga, tour and travel semoga masih ada. Jalan yang sempit bertambah sempit karena di salah satu bahu jalan dijadikan tempat parkir.

Begitulah pemandangan sehari-hari, khususnya siang hari, di jalan-jalan Kota Lama di Tanjungpinang. Jalan Bintan, Jalan Pos, Jalan Merdeka, Jalan Pasar Ikan, Jalan Gambir adalah nama-nama jalan yang disesaki kendaraan di salah satu bahu jalnnya. Karena jumlah kendaraan semakin banyak, sementara areal parkir khusus sangat tidak memadai. Ada beberapa tempat parkir, seperti di basement Bestari Mall atau lapangan terbuka di Jalan Pos. Namun tetap saja tak mampu menampung kendaraan yang ada.


Tukang parkir pun bingung kalau banjir. Fotoku dhewe.
Tetapi monggo mengunjungi Jalan Bintan saat hujan tiba. Hujan deras satu jam saja.  Badan jalan dari perempatan Jalan Merdeka hingga ujung jalan, depan Kantor Pegadaian, tergenag air. Selain air yang mengalir dari permukaan jalan, ada juga air yang masuk ke gorong-gorong bawah tanah. Pasti banjir. Coba tengok, banyak toko yang lantainya dinaikkan lebih tinggi dari jalan berharap air kotor tak masuk saat banjir.

Lumpur mengendap di dasar gorong-gorong. Sampah plastik dan benda lain yang tak cepat terurai oleh bakteri menyumbat lubang air yang menutupi selokan. Warga butuh gotong royong untuk membersihkan lumpur agar gorong-gorong tak tersumbat.

Beruntunglah ada orang orang yang baik hati menggagas gotong royong di kawasan ini. Mereka adalah tokoh yang akan maju, biasanya sebagai wakil rakyat. Namanya juga mau mencalonkan diri, butuh suara, butuh mengedepankan kerja nyata, butuh dukungan. Pantas jika Jalan Bintan dan wilayah kota lama lainnya menjadi incaran kantong suara. Jangan kira meski mereka tokoh masyarakat, ada yang memang sudah ditokohkan, tetapi ada juga yang menjadi tokoh dadakan, akan malu-malu menyapu atau mengambil sampah bersama warga.

Anggara, yang pernah punya advertising di Jalan ini mengatakan, selalu ada gotong royong yang diprakarsai calon wakil rakyat. "Seingat saya seperti itu. Ramai gotong royong menjelang coblosan, kalau nggak musim pemilihan anggota dewan ya nggak ada," ungkap bapak tiga anak ini, saat bertemu di sebuah kedai kopi di Jalan Bintan, minggu lalu.

Gang antar toko pun menjadi genangan air hujan. Foto dhewe
Menurutnya, gotong royong membersihkan parit dan gotong royong di Jalan Bintan dan kawasan lain Kota Lama mutlak diperlukan. Kalau musim pilihan legislatif lima tahun sekali, dalam rentang waktu lima tahun dasar gorong-gorong sudah lebih dulu diendapi tanah dan pasir. Ia menambahkan, "Kalau berhasil menang dengan dukungan suara banyak dari wilayah ini, jangan lupakan gotong royong seperti waktu mau maju dulu."

Senada dengan Angga, Ray pun menceritakan mendadak gotong royong di Jalan Bintan. Meski ia tinggal di Jalan Tugu Pahlawan, Jalan Bintan adalah rute yang nyaris setiap hari dilaluinya. Pernah ia melihat gotong royong  yang dipimpin oleh calon wakil rakyat.

"Biasa itu, Bang hahaha. Kalau ada maunya saja gotong royong, kalau dah naik lupa," katanya sambil tertawa lepas.

Dijelaskan oleh Bude Sri, penjual Soto Ayam di Jalan Bintan, banjir datang Jalan Bintan lengang. Kendaraan tak berani melintas. Mobil dan motor yang pengemudinya belum pernah mengetahui kondisinya, misalnya orang luar yang sedang jalan-jalan, lalu nekat menerobos genangan air hanya akan menjadi sorakan warga.

Bukan showroom motor bro, kejebak banjir hehe. Foto dhewe
Meski banjir sudah langganan, namun tetap ada kegembi9raan warga dan pemilik toko di kawasan ini saat air menggenang. Saat surut, biasanya ada yang mendapatkan lele besar keluar dari pintu gorong-gorong. Entah lele siapa. Terjebaknya pengendara motor atau mobiol di tengah jalan juga menjadi tontonan tersendiri. Biasanya sekelompok orang yang ada di ujung jalan mengingatkan untuk tidak menyeberang, tetapi karena ingin mencoba dan terus melaju, inilah objek yang akan menjadi tontonan warga.

"Iya, gotong royong kalau ada maunya saja," kata Bude Sri.

Atau ada yang berpikir, daripada nggak ada gotong royong sama sekali? Gubrak!!

Post a Comment for "Gotong Royong Kok Kalau Ada Maunya Saja"