Semuanya kok Dilarang, Lalu Apa yang Boleh?
Lagi, ini pengalamanku naik kapal RoRo. Entah mengapa, sarana transportasi laut ini menjadi satu-satunya pilihanku ketika bepergian ke Batam. Alasannya satu, hanya RoRo yang memfasilitasi warga yang ingin bepergian membawa kendaraannya menyeberangi laut. Tak heran jika RoRo yang menghubungkan PUlau Batam dan Pulau Bintan ini selalu ramai.
Apalagi hari libur dan lebaran. Jangan beranggapan datang tepat waktu berangkatnya juga tepat waktu. Meski jumlah trip ditambah, saat lebaran kita harus datang ke pelabuhan lebih awal untuk mengantre kendaraan. Meski sudah masuk ke antrean kadang belum tentu berangkat bersama dengan kendaraan yang antre di barisan depan, karena memang penuh. Namun jika hari-hari biasa meski penuh masih tertampung.
Tak sengaja aku berjalan berkeliling. Hari itu aku bepergian dari Pelabuhan RoRo Tanjunguban ke Batam, yang akan sandar di Pelabuhan RoRo Tanjungpunggur. Lama perjalanan kurang lebih satu jam. Duduk di kursi, apa saja kucermati. Mungkin karena pikiran ini selalu usil, ya, jadi hal-hal yang bagi orang lain bukan sesuatu bagiku bisa menjadi ide postingan ngeblog. Dan akhirnya ketemu.
Ternyata, dalam kehidupan kita sejujurnya dipagari oleh begitu banyak aturan. Aturan yang aku lihat di RoRo ini menurut aku sih seharusnya tak perlu dipasang. Nambah-nambahin biaya saja. Karena apa yang ditulis sebenarnya sesuatu yang secara akal sehat juga memang tak boleh dilakukan.
Ini berbeda dengan aturan yang peringkatnya lebih tinggi, Peraturan Lalulintas misalnya, atau Undang-Undang Perkawinan. Di sana dicantumkan banyak poin yang bisa jadi banyak orang yang memang belum tahu. Kalau tidak dibuat aturannya nanti malah kacau. Lalulintas yang tak diatur, semuanya bisa seenaknya di jalan raya. Rambu-rambu pun tak akan dianggap ada. Juga demikian adanya jika pernikahan nggak diatur. Manusia bisa seenaknya saja memperlakukan perkawinan.
Lha sudah jelas diatur saja masih saja banyak pelanggaran. Apalagi tidak ada satu pun koridor hukumnya.
Terus larangan apa yang ada di Kapal RoRo? Pertama aku menemukan tulisan begini: Matikan Air Setelah Dipakai. Peringatan ini kutemukan di dinding ruang toilet lelaki. Seharusnya juga begitu, kan? Sehabis cuci tangan, sehabis buang air, sehabis cuci muka, atau sekadar membasahi rambut, meski nggak ada aturan dan peringatan kan seharusnya harus ditutup. Atau karena berpikir ah kan ini bukan di rumah sendiri, nggak perlu bayar tagihan air? Kalau ada yang berpikiran seperti itu alangkah picik pikirannya. Yang jelas air bersih di atas kapal pasti terbatas. Apa ya tega kalau ada orang yang sakit perut terus buru-buru ke toilet. Begitu selesai ia kebingungan harus membersihkan kotorannya dengan apa. Airnya habis. Nah, dosa kan jadinya kalau suka habis habisin air tanpa dipikir buntutnya?
Di lantai atas, di sekeliling kursi dan meja kafe sederhana, di salah satu dindingnya dengan jelas ditempelkan peringatan: Dilarang Buang Sampah ke Laut. Kalau bicara orang waras, dari nenek moyang kita sepertinya kalau membuang sampah di laut itu bukan pekerjaan yang bijaksana. Artinya, tanpa dibuatkan peringatannya pun seharusnya manusia itu paham. Buang sampah ya di tempatnya. Kecuali tidak ada tempat sampah yang disediakan, sampahnya ya dimasukkan tas lalu di daratan baru dibuang ke tong sampah. Hahahaha, boro-boro masukin ke tas, lihat laut maha luas dengan gerakan refleks bungkus makanan pun lempar.
Di kapal sudah disediakan tempat sampah yang bisa ditemukan dengan mudah, baik di lantai penumpang maupun lantai tiga. Juga nggak perlu jalan jauh untuk menemukan tempat sampah tadi. Lha wong luas kapal RoRo juga nggak selebar lapangan bola, kok.
Di bawah peringatan itu ada lagi: Dilarang Corat Coret di Dinding Kapal. Sederhananya seperti ini, kalau benda yang bukan milik Anda sendiri dicorat-coret itu boleh nggak? Anda pinjam mobil tetangga, berhubung Anda suka tokoh Doraemon langsung saja Anda ambil cat lalu semprot itu mobil dengan karakter kartun tadi? Bisa dibacok tetangga kalau ngawurnya seperti itu. Nggak usahlah mobil, pinjam saja gelas atau piring, lalu corat-coret. Ada sih tetangga yang diam dengan ulah Anda, tetapi pasti tidak semua diam.
Ah, jangan-jangan Anda berpikir ah ini kapal kan bukan punya tetangga, punya pengusaha atau pemerintah. Memang kalau punya pemerintah atau pengusaha boleh seenaknya kita coreti?
Ada lagi peringatan begini: Dilarang Duduk di Reling Kapal. Kalau yang ini sih sudah jelas banget. Nggak perlu diperingatkan pun kalau duduk kok di reling kapal yang merupakan pagar pembatas pengaman adalah tindakan nggak benar. Kecuali Anda ingin bunuh diri melompat ke air laut saat kapal berjalan. tetapi bunuh diri kan nggak baik Mas Bro?
Yang diperingatkan itu sebenarnya hal-hal yang secara normatif memang ngggak boleh dilakukan. Di lantai penumpang, yaitu lantai dua, ada peringatan Dilarang Merokok. Lha yo jelas, lha ruangannya saja dilengkapi alat pendingin alias AC. Bagi yang berpikiran positif, asap rokok di dalam ruangan ber-AC adalah sumber penyakit. Selain itu kasihan tetangga kursi kanan kiri yang menghindari asap rokok. Lalu ada juga peringatan: Dilarang Menaikkan Kaki di Kursi. Kalau di warung kopi yang lagi nggak banyak pembeli, monggo saja Anda mau naikkan satu atau dua kursi di bangku. Atau Anda di dangau tengah menjaga tanaman padi dari serbuan burung dan belalalang?
Ini di atas kapal umum lho Gaes. Lagian coba cek dahulu apakah kakimu berbau apa nggak? Soalnya orang yang kakinya bau kalau diingatkan temannya biasanya ngeyel dan membantah. Mana bau kakiku, kakimu tuh yang bauk! Enak saja bilangin kakiku bau, begitulah jawaban si kaki bau. Apa ya tega Anda kalau gadis cantik atau jejaka ganteng yang duduk di samping Anda berulang kali mengempiskan batang hidungnya lantaran lubang hidungnya mencium sesuatu yang aduhai? Kebangetan deh hehe.
Masih ada lagi peringatan untuk membersihkan lubang toliet. Jangan memasukkan sesuatu ke lubang toilet kalau nggak mau membersihkannya. Sudah jelas kok. Di rumah pun kalau Anda buang air besar pasti menyiramnya kembali agar ranjau tadi masuk ke septik tank. Coba saja biarkan ranjau itu menumpuk di lubangnya, pasti anggota keluarga lain akan berteriak marah. Bahkan ada yang begitu masuk toilet langsung muntah muntah. Huok, huok, gara -gara melihat ranjau di lubang kloset dan baunya byuh-byuh.
Ah, aku membayangkan fasilitas umum seperti Kapal RoRo itu dindingnya bersih tanpa begitu banyak papan peringatan. Kalau dirasa-rasa, peringatan itu mengurangi kebersihan lingkungan kok. Bahkan kalau dipasang asal tempel kok ya gimana rasanya. Apalagi sekarang lagi zaman wefie atau selfie, masak cantik dan ganteng foto diri di atas Roro kok dibelakangnya ada tulisan Toilet, Kloset hahahaha. Yah, memang begitulah kita, harus diperingatkan. Soalnya ya, kita itu suka nyalahin orang lain. Seandainya ada yang jatuh gara-gara jatuh dari reling kapal, bisa saja nggak mau disalahkan.
"Kenapa nggak dikasih tulisan bahaya kalau nggak boleh duduk?" begitu jawabnya. Lalu minta ganti rugi biaya pengobatan.
Ini baru ruang lingkup kapal RoRo. Dalam lingkup yang lebih luas ada negara. Sama, banyak aturan yang belakangan dibuat. Contohnya larangan bercuit ujaran kebencian di media sosial. Kalau dipikir bersama dengan kepala dingin, hati tenang, kaki duduk nyaman, ada minuman di meja, mengajak atau menyebarkan kebencian itu pasti salah. Mau nanya orang pinter sekali pun, salah. Itu saja harus dibuatkan aturan hukumnya, kok.
Sudah dibuat aturan hukumnya saja masih ada yang mbludhus, diam-diam menyebarkan kebencian. Apa yang menurut dirinya nggak benar ditulis, dijabarkan seenak isi kepalanya, diambilkan foto peristiwa lain, yang penting terlihat berhubungan, judulnya dibuat bombastis. Waduh.
Sebenarnya nggak semuanya harus dilarang, kalau aku, Anda, kita mengedepankan pikiran waras saat bertindak. Otak waras masih bisa lah membedakan mana yang boleh dan tidak.
Berhubungan dengan hemat air. Fotoku dhewe. |
Tak sengaja aku berjalan berkeliling. Hari itu aku bepergian dari Pelabuhan RoRo Tanjunguban ke Batam, yang akan sandar di Pelabuhan RoRo Tanjungpunggur. Lama perjalanan kurang lebih satu jam. Duduk di kursi, apa saja kucermati. Mungkin karena pikiran ini selalu usil, ya, jadi hal-hal yang bagi orang lain bukan sesuatu bagiku bisa menjadi ide postingan ngeblog. Dan akhirnya ketemu.
Ternyata, dalam kehidupan kita sejujurnya dipagari oleh begitu banyak aturan. Aturan yang aku lihat di RoRo ini menurut aku sih seharusnya tak perlu dipasang. Nambah-nambahin biaya saja. Karena apa yang ditulis sebenarnya sesuatu yang secara akal sehat juga memang tak boleh dilakukan.
Ini bukan soal hobi gambar. Fotoku dhewe |
Lha sudah jelas diatur saja masih saja banyak pelanggaran. Apalagi tidak ada satu pun koridor hukumnya.
Terus larangan apa yang ada di Kapal RoRo? Pertama aku menemukan tulisan begini: Matikan Air Setelah Dipakai. Peringatan ini kutemukan di dinding ruang toilet lelaki. Seharusnya juga begitu, kan? Sehabis cuci tangan, sehabis buang air, sehabis cuci muka, atau sekadar membasahi rambut, meski nggak ada aturan dan peringatan kan seharusnya harus ditutup. Atau karena berpikir ah kan ini bukan di rumah sendiri, nggak perlu bayar tagihan air? Kalau ada yang berpikiran seperti itu alangkah picik pikirannya. Yang jelas air bersih di atas kapal pasti terbatas. Apa ya tega kalau ada orang yang sakit perut terus buru-buru ke toilet. Begitu selesai ia kebingungan harus membersihkan kotorannya dengan apa. Airnya habis. Nah, dosa kan jadinya kalau suka habis habisin air tanpa dipikir buntutnya?
Ini soal nyawa, jangan sembarang duduk. Fotoku dhewe. |
Di kapal sudah disediakan tempat sampah yang bisa ditemukan dengan mudah, baik di lantai penumpang maupun lantai tiga. Juga nggak perlu jalan jauh untuk menemukan tempat sampah tadi. Lha wong luas kapal RoRo juga nggak selebar lapangan bola, kok.
Di bawah peringatan itu ada lagi: Dilarang Corat Coret di Dinding Kapal. Sederhananya seperti ini, kalau benda yang bukan milik Anda sendiri dicorat-coret itu boleh nggak? Anda pinjam mobil tetangga, berhubung Anda suka tokoh Doraemon langsung saja Anda ambil cat lalu semprot itu mobil dengan karakter kartun tadi? Bisa dibacok tetangga kalau ngawurnya seperti itu. Nggak usahlah mobil, pinjam saja gelas atau piring, lalu corat-coret. Ada sih tetangga yang diam dengan ulah Anda, tetapi pasti tidak semua diam.
Ah, jangan-jangan Anda berpikir ah ini kapal kan bukan punya tetangga, punya pengusaha atau pemerintah. Memang kalau punya pemerintah atau pengusaha boleh seenaknya kita coreti?
Ada lagi peringatan begini: Dilarang Duduk di Reling Kapal. Kalau yang ini sih sudah jelas banget. Nggak perlu diperingatkan pun kalau duduk kok di reling kapal yang merupakan pagar pembatas pengaman adalah tindakan nggak benar. Kecuali Anda ingin bunuh diri melompat ke air laut saat kapal berjalan. tetapi bunuh diri kan nggak baik Mas Bro?
Sejatinya kaki itu diciptakan untuk dipakai di bawah. Fotoku dhewe juga. |
Ini di atas kapal umum lho Gaes. Lagian coba cek dahulu apakah kakimu berbau apa nggak? Soalnya orang yang kakinya bau kalau diingatkan temannya biasanya ngeyel dan membantah. Mana bau kakiku, kakimu tuh yang bauk! Enak saja bilangin kakiku bau, begitulah jawaban si kaki bau. Apa ya tega Anda kalau gadis cantik atau jejaka ganteng yang duduk di samping Anda berulang kali mengempiskan batang hidungnya lantaran lubang hidungnya mencium sesuatu yang aduhai? Kebangetan deh hehe.
Masih ada lagi peringatan untuk membersihkan lubang toliet. Jangan memasukkan sesuatu ke lubang toilet kalau nggak mau membersihkannya. Sudah jelas kok. Di rumah pun kalau Anda buang air besar pasti menyiramnya kembali agar ranjau tadi masuk ke septik tank. Coba saja biarkan ranjau itu menumpuk di lubangnya, pasti anggota keluarga lain akan berteriak marah. Bahkan ada yang begitu masuk toilet langsung muntah muntah. Huok, huok, gara -gara melihat ranjau di lubang kloset dan baunya byuh-byuh.
Soal "ranjau" saja peringatannya sesopan ini. Foto dhewe. |
"Kenapa nggak dikasih tulisan bahaya kalau nggak boleh duduk?" begitu jawabnya. Lalu minta ganti rugi biaya pengobatan.
Ini baru ruang lingkup kapal RoRo. Dalam lingkup yang lebih luas ada negara. Sama, banyak aturan yang belakangan dibuat. Contohnya larangan bercuit ujaran kebencian di media sosial. Kalau dipikir bersama dengan kepala dingin, hati tenang, kaki duduk nyaman, ada minuman di meja, mengajak atau menyebarkan kebencian itu pasti salah. Mau nanya orang pinter sekali pun, salah. Itu saja harus dibuatkan aturan hukumnya, kok.
Sudah dibuat aturan hukumnya saja masih ada yang mbludhus, diam-diam menyebarkan kebencian. Apa yang menurut dirinya nggak benar ditulis, dijabarkan seenak isi kepalanya, diambilkan foto peristiwa lain, yang penting terlihat berhubungan, judulnya dibuat bombastis. Waduh.
Sebenarnya nggak semuanya harus dilarang, kalau aku, Anda, kita mengedepankan pikiran waras saat bertindak. Otak waras masih bisa lah membedakan mana yang boleh dan tidak.
Post a Comment for "Semuanya kok Dilarang, Lalu Apa yang Boleh?"