Sabar Memancing, Hasilnya Sungguh Luar Biasa
Kesabaran bukan selamanya datang dari langit. Memang ada orang yang lahir sudah dilekati sifat penyabar. Namun kadang sabar adalah pilihan. Tergantung seseorang yang menjalaninya, bisa saja ia sabar karena memiliki maksud dan tujuan.
Hari itu, jam 10.00 lebih sekian menit, pelabuhan RoRo Tanjunguban, Bintan, Kepri sudah panas. Meski masih bisa dibilang pagi, namun terik matahari terasa menyengat. Aku sudah berada di atas kapal RoRo, sedang dalam persiapan menuju Batam. Karena termasuk calon penumpang yang datang lebih awal, jadi bisa antre kendaraan di barisan depan. Kelebihannya, bisa keluar lebih cepat namun kelemahannya harus ikhlas menunggu hingga kapasitas kapal penuh.
Sejak masuk ke lantai dua tempat para penumpang menikmati perjalanan, aku memilih di deretan kursi bagian belakang. Bisa melihat keramaian kendaraan dan penumpang yang memasuki kapal. Siapa tahu terlihat teman dan bisa menjadi partner obrolan dalam perjalanan yang menempuh waktu rata-rata satu jam untuk sampai ke Pelabuhan RoRo Tanjungpunggur, Batam.
Namun sejak menit pertama di deretan kursi kosong, pandanganku tertuju ke seorang lelaki yang dari tadi duduk di atas beton. Lokasinya di sebelah kanan bawah tempatku duduk, sehingga tampak jelas apa yang dilakukannya. Sebagai manusia biasa, biasanya banyak bergerak. tetapi mungkin seperti itulah memancing. Harus sabar. Bahkan pernah aku mendengar temanku yang hobi memancing, untuk belajar sabar cobalah memancing.
Terus terang saja, baru kali ini aku betah berlama-lama melihat seseorang yang perilakunya membosankan. Paling hanya menggerakkan tangannya menarik tali pancing, mengisi mata pancing dengan umpan baru karena umpan lama lepas atau dijahili ikan nakal. Sudahlah dimakan, mata pancing dibiarkan kosong saat ditarik ke atas permukaan air. Gerakan lainnya, pindah dari tepi beton kiri ke kanan. Ia tak memedulikan ramainya manusia yang menaiki kapal. Suara deru kendaraan tak pernah berhenti, dari suara sepeda motor yang knalpotnya standar hingga knalpot truk besar.
Sama sekali selama hampir 15 menit lelaki yang mengenakan kaos lengan pendek warna ungu dengan garis garis hitam dan celana pendek biru itu terganggu. Panas seperti itu, tanpa mengenakan penutup kepala sudah pasti terasa panas. Belum lagi celana pendek dan kaos lengan pendek. Saat itu kupikir ada benarnya apa yang disampaikan temanku, memancinglah untuk belajar sabar.
Lima menit berlalu, sudah 20 menit lelaki itu asyik dengan kegiatannya. Dan selama itu pula aku belum melihat ada ikan yang nyangkut di mata pancingnya. Kalau mengganti umpan beberapa kali. Ada sekali mata pancingnya mengenai ikan, namun saat diangkat ikannya lepas. Sekali melepaskan ikan kecil. Dalam hatiku memuji cara memancing si lelaki itu, tidak asal pancing. Kalau yang terkena mata pancing ikan kecil dilepaskan kembali.
Sepuluh menit kemudian kapal yang aku tumpangi harus berangkat. Sampai lelaki itu hilang dari pandanganku, aku masih duduk di kursi yang sama. bedanya, kali ini deretan kuri sebelah kiri dan belakang penuh penumpang. Aku tidak tahu, apakah lelaki tadi memancing hanya sekadar mengisi waktu luang karena bosan di rumah. Jadi dapat ikan apapun bisa saja dilepaskan. Namun mengurangi kebosanan kan bisa dengan banyak cara, bukan hanya memancing.
Atau ia memang memancing untuk mencari lauk. Justru kalau tujuannya adalah mencari pendamping nasi, ia harus pulang membawa ikan. Jika selama setengah jam yang kulihat belum ada ikan yang ditangkap, yang layak untuk dijadikan lauk, masih butuh berapa menit lagi ia harus bertahan. Kulihat beberapa penumpang yang kursinya terkena cahaya matahari langsung pun memilih pindah. Intinya hanya untuk mencari tempat berteduh. Sementara bagi pemancing tadi, tak ada sama sekali perelatan untuk berteduh.
Hingga artikel asal njeplak tentang lelaki yang tengah memancing ini kubuat, aku tidak tahu apakah ia berhasil mendapatkan ikan atau pulang dengan tangan kosong. Namun kesabarannya telah membuahkan hasil yang luar biasa menurut saya, yaitu kesabaran itu sendiri. Bagaimana ia bisa menahan diri untuk tidak terpengaruh keramaian pelabuhan RoRo. Saat kapal meninggalkan pelabuhan, ada gelombang yang ditimbulkan mesinnya. Lelaki itu mengangkat tali pancingnya, mempersiapkan umpan baru.
Dari atas kapal yang berlalu kulihat ia menunggu kapal dari Batam giliran merapat. Mungkin ia akan kembali menjatuhkan mata pancingnya saat kapal yang merapat tadi menambatkan diri sehingga air laut kembali tenang. Aku percaya, entah kapan saat ia memancing pasti Tuhan memberinya tangkapan yang luar biasa. Dan alangkah bahagia seandainya ia bisa menerapkan kesabaran itu dalam kehidupannya. tentu saja untuk sesuatu yang membutuhkan kesabaran.
Paling tidak selama 30 menitan melihatnya dengan mata kepala sendiri, ia berhasil mengelakkan beberapa cobaan. Suara penumpang, suara mesin kendaraan, gelombang air karena baling-baling kapal, terik matahari yang menyengat. Dia berhasil untuk sabar. Belum tentu aku bisa seperti dia.
Selamat malam, semoga diberikan sedikit kesabaran menyelesaikan membaca artikel asal njeplak ini.
Serorang diri dengan harapan dapat ikan. Fotoku dhewe. |
Sejak masuk ke lantai dua tempat para penumpang menikmati perjalanan, aku memilih di deretan kursi bagian belakang. Bisa melihat keramaian kendaraan dan penumpang yang memasuki kapal. Siapa tahu terlihat teman dan bisa menjadi partner obrolan dalam perjalanan yang menempuh waktu rata-rata satu jam untuk sampai ke Pelabuhan RoRo Tanjungpunggur, Batam.
Namun sejak menit pertama di deretan kursi kosong, pandanganku tertuju ke seorang lelaki yang dari tadi duduk di atas beton. Lokasinya di sebelah kanan bawah tempatku duduk, sehingga tampak jelas apa yang dilakukannya. Sebagai manusia biasa, biasanya banyak bergerak. tetapi mungkin seperti itulah memancing. Harus sabar. Bahkan pernah aku mendengar temanku yang hobi memancing, untuk belajar sabar cobalah memancing.
Terus terang saja, baru kali ini aku betah berlama-lama melihat seseorang yang perilakunya membosankan. Paling hanya menggerakkan tangannya menarik tali pancing, mengisi mata pancing dengan umpan baru karena umpan lama lepas atau dijahili ikan nakal. Sudahlah dimakan, mata pancing dibiarkan kosong saat ditarik ke atas permukaan air. Gerakan lainnya, pindah dari tepi beton kiri ke kanan. Ia tak memedulikan ramainya manusia yang menaiki kapal. Suara deru kendaraan tak pernah berhenti, dari suara sepeda motor yang knalpotnya standar hingga knalpot truk besar.
Sama sekali selama hampir 15 menit lelaki yang mengenakan kaos lengan pendek warna ungu dengan garis garis hitam dan celana pendek biru itu terganggu. Panas seperti itu, tanpa mengenakan penutup kepala sudah pasti terasa panas. Belum lagi celana pendek dan kaos lengan pendek. Saat itu kupikir ada benarnya apa yang disampaikan temanku, memancinglah untuk belajar sabar.
Lima menit berlalu, sudah 20 menit lelaki itu asyik dengan kegiatannya. Dan selama itu pula aku belum melihat ada ikan yang nyangkut di mata pancingnya. Kalau mengganti umpan beberapa kali. Ada sekali mata pancingnya mengenai ikan, namun saat diangkat ikannya lepas. Sekali melepaskan ikan kecil. Dalam hatiku memuji cara memancing si lelaki itu, tidak asal pancing. Kalau yang terkena mata pancing ikan kecil dilepaskan kembali.
Sepuluh menit kemudian kapal yang aku tumpangi harus berangkat. Sampai lelaki itu hilang dari pandanganku, aku masih duduk di kursi yang sama. bedanya, kali ini deretan kuri sebelah kiri dan belakang penuh penumpang. Aku tidak tahu, apakah lelaki tadi memancing hanya sekadar mengisi waktu luang karena bosan di rumah. Jadi dapat ikan apapun bisa saja dilepaskan. Namun mengurangi kebosanan kan bisa dengan banyak cara, bukan hanya memancing.
Atau ia memang memancing untuk mencari lauk. Justru kalau tujuannya adalah mencari pendamping nasi, ia harus pulang membawa ikan. Jika selama setengah jam yang kulihat belum ada ikan yang ditangkap, yang layak untuk dijadikan lauk, masih butuh berapa menit lagi ia harus bertahan. Kulihat beberapa penumpang yang kursinya terkena cahaya matahari langsung pun memilih pindah. Intinya hanya untuk mencari tempat berteduh. Sementara bagi pemancing tadi, tak ada sama sekali perelatan untuk berteduh.
Hingga artikel asal njeplak tentang lelaki yang tengah memancing ini kubuat, aku tidak tahu apakah ia berhasil mendapatkan ikan atau pulang dengan tangan kosong. Namun kesabarannya telah membuahkan hasil yang luar biasa menurut saya, yaitu kesabaran itu sendiri. Bagaimana ia bisa menahan diri untuk tidak terpengaruh keramaian pelabuhan RoRo. Saat kapal meninggalkan pelabuhan, ada gelombang yang ditimbulkan mesinnya. Lelaki itu mengangkat tali pancingnya, mempersiapkan umpan baru.
Dari atas kapal yang berlalu kulihat ia menunggu kapal dari Batam giliran merapat. Mungkin ia akan kembali menjatuhkan mata pancingnya saat kapal yang merapat tadi menambatkan diri sehingga air laut kembali tenang. Aku percaya, entah kapan saat ia memancing pasti Tuhan memberinya tangkapan yang luar biasa. Dan alangkah bahagia seandainya ia bisa menerapkan kesabaran itu dalam kehidupannya. tentu saja untuk sesuatu yang membutuhkan kesabaran.
Paling tidak selama 30 menitan melihatnya dengan mata kepala sendiri, ia berhasil mengelakkan beberapa cobaan. Suara penumpang, suara mesin kendaraan, gelombang air karena baling-baling kapal, terik matahari yang menyengat. Dia berhasil untuk sabar. Belum tentu aku bisa seperti dia.
Selamat malam, semoga diberikan sedikit kesabaran menyelesaikan membaca artikel asal njeplak ini.
Post a Comment for "Sabar Memancing, Hasilnya Sungguh Luar Biasa"