Coba Mas Lihat Bokong Sapi Itu...
Tahukah Anda seberapa montok bokong sapi ini? F-dhewe |
Aku diajak Pakdhe ke sebuah tempat di Dompak. Rupanya ia memiliki teman di tempat ini. Ada puluhan sapi ditambatkan di kandangnya. Ukurannya beragam, tentu saja begitu pula harganya. Tujuanku ke sini dengan Pakdhe adalah survei kira kira sapi seukuran apa yang bisa dibeli dengan jumlah uang yang terkumpul dari peserta kurban sapi di perumahanku.
Ke arah dua ekor sapi yang diikat berdekatan, Pakdhe langsung menunjuk dengan jari tangan kanannya. Aku mengikuti arah telunjuk tadi. Kulihat dua ekor sapi dengan warna kulit cokelat muda, putih dan ada sedikit belang hitam sedang berdiri membelakangi. Kemudian Pakdhe memintaku memperhatikan dengan seksama bokong sapi tersebut.
Hyuh, kalau bokong sapi bagaimana mengategorikannya sebagai seksi, semok, bahenol, semlohay, montok? Bagiku bokong sapi ya begitu semua. Pakdhe kemudian mengajakku mendekat lalu memberikan penjelasan mendetil tentang bokong sapi. Mengapa ia harus menjelaskannya panjang lebar, sementara ia pasti tahu aku tak akan mencari sapi betina yang seksi hehehehe. Sebab, ini berkaitan dengan jumlah daging yang ada di dalam balutan kulit hewan tersebut.
Jika pangkal paha seekor sapi tampak membentuk lekukan keluar, lalu bokongnya tampak berisi biasanya dagingnya banyak. Kalau kuperhatikan dengan lebih teliti, memang ada perbedaan antara sapi satu dengan lainnya. Berbeda bokongnya maksudku. Meski pada harga yang sama, akan terlihat bedanya. Namun ini juga harus mengingat ingat sapi yang dijadikan pembanding, sebab jumlah sapi di tempat ini banyak. Banyak juga yang warnanya sama.
"Coba Mas lihat bokong sapi itu," tiba tiba Pakdhe memecah kesunyian hatiku.
Kulihat sapi itu, hitam, tinggi, dengan bokong indah. Bokong aduhai tampaknya. Wah, ini nih mantap kalau dijadikan hewan kurban. Lantas kutanyakan harganya kepada pengelola tempat itu. Waduh, jauh lebih mahal dibandingkan jumlah uang yang terkumpul dari peserta kurban di perumahanku. Oalah, bokong besar harga mahal haiyaaa.
Satu jam aku dan Pakdhe berkeliaran dari satu sapi ke sapi lain untuk melakukan perbandingan. Pakdhe tampak senang melihat sapi sapi itu. Mungkin ia teringat bagaimana di kampungnya, sejak kecil sudah diajarkan orang tuanya bagaimana merawat sapi. Dari membersihkan kotorannya di kandang, memberikannya makanan serta cara menariknya dari kandang untuk diajak jalan jalan dengan seutas tali di lehernya.
Sementara aku masih belum tertarik mempelajari ukuran ukuran bokong sapi. Mending aku melihat lihat bokong yang lain sajalah, asal bukan bokong sapi, pakdhe.
Post a Comment for "Coba Mas Lihat Bokong Sapi Itu..."