Saat Guru dan Kakak Itu Harus Pergi
Tiga bulan sudah anakku, Ilalang, les gitar klasik di Sekolah Musik Yamaha Tanjungpinang. Aku ingat benar, saat hendak mendaftarkan diri tiba tiba seorang pria masuk ke ruangan sekolah musik yang ada di Jalan DI Panjaitan itu. Rupanya ialah guru musik yang selanjutnya akan menangani Ilalang. Namanya Sandi, asal Semarang, Jawa Tengah.
Lewat lIlalang, akhirnya aku dan Sandi bertemanbaik. Bahkan layaknya saudara. Ada pengumuman apa di Yamaha Music Sandi akan mengabarkannya kepadaku. Kedekatan itu tak hanya antara aku dan Sandi, melainkan juga Ilalang dengan Sandi. Di mataku, Sandi seperti kakak bagi Ilalang. Kedekatan keduanya bertambah kaetika Ilalang juga minta les privat di rumah Sandi. Jika jadwal reguler les musik pada hari minggu, untuk les privat jadwal diatur sendiri oleh keduanya. Yang penting pelajaran dan kegiatan sekolah Ilalang tidak bentrok atau terganggu.
Jam les privat yang seharusnya hanya satu jam lebih sering molor. Selain mendapatkan wawasan dan ilmu tentang gitar klasik, Ilalang juga sering mendapatkan tambahan. Bentuknya bisa kacang ijo atau makanan lain yang dibuat Wiwit, istri Sandi yang juga kelahiran Semarang. Ilalang pun semangat mengikuti les gitar klasik, Apalagi tujuannya ingin melanjutkan sekolah ke Sekolah Menengah Musik di Yogyakarta. Soal musik juga kerap menjadi topik antara Ilalang dan Sandi. Begitulah, musik menyatukan dua usia, dua zaman.
Namun rencana harus dijalankan. Surat pengajuan pindah yang dikirimkan Sandi ke Yamaha Music Pusat akhirnya disetujui. Dan 19 Junilalu akhirnya Sandi dan keluarganya harus meninggalkan Tanjungpinang. Aku dan Ilalang, usai sahur mengantarkan kepulangan mereka ke Bandara. Kulihat Ilalang hanya terdiam. Foto bersama di bagian teras Bandara Raja Haji Fisabilillah menjadi kenangan kenangan.
Kini sudah sekian waktu Ilalang tak lagi mendapatkan pelajaran dari Sandi. Sebelum pulang, Sandi berpesan agar Ilalang tetap meneruskan les musiknya. Karena dasar dasar yang cukup penting sudah diajarkannya. Jika nanti Ilalang sekolah di Yogyakarta, Sandi akan tetap berhubungan dengan Ilalang.
"Kalau main ke Semarang, nanti Om Sandi ajarkan yang lebih banyak,"' kata Sandi kala itu.
Yang berharap harap cemas justru Ilalang. Ia membayangkan seperti apa guru barunya di Yamaha Music nanti. Kabar yang didapatkan dari Sandi, penggantinya dari Jakarta. Dan ia minta dengan sangat agar Ilalang sungguh sungguh belajar siapa pun nanti gurunya.
Dan seperti itulah hidup. Bagiku, aku mendapatkan lagi sebuah pelajaran. Apapun yang tengah indah, mesra, bisa dengan tiba tiba dipisahkan. Baik oleh rencana yang tertunda atau Tuhan sudah menghendakinya demikian.
Saat kutulis catatan ini, Ilalang tengah memainkan lagu dengan gaya klasik. Lagu sendu.
Lewat lIlalang, akhirnya aku dan Sandi bertemanbaik. Bahkan layaknya saudara. Ada pengumuman apa di Yamaha Music Sandi akan mengabarkannya kepadaku. Kedekatan itu tak hanya antara aku dan Sandi, melainkan juga Ilalang dengan Sandi. Di mataku, Sandi seperti kakak bagi Ilalang. Kedekatan keduanya bertambah kaetika Ilalang juga minta les privat di rumah Sandi. Jika jadwal reguler les musik pada hari minggu, untuk les privat jadwal diatur sendiri oleh keduanya. Yang penting pelajaran dan kegiatan sekolah Ilalang tidak bentrok atau terganggu.
Jam les privat yang seharusnya hanya satu jam lebih sering molor. Selain mendapatkan wawasan dan ilmu tentang gitar klasik, Ilalang juga sering mendapatkan tambahan. Bentuknya bisa kacang ijo atau makanan lain yang dibuat Wiwit, istri Sandi yang juga kelahiran Semarang. Ilalang pun semangat mengikuti les gitar klasik, Apalagi tujuannya ingin melanjutkan sekolah ke Sekolah Menengah Musik di Yogyakarta. Soal musik juga kerap menjadi topik antara Ilalang dan Sandi. Begitulah, musik menyatukan dua usia, dua zaman.
Namun rencana harus dijalankan. Surat pengajuan pindah yang dikirimkan Sandi ke Yamaha Music Pusat akhirnya disetujui. Dan 19 Junilalu akhirnya Sandi dan keluarganya harus meninggalkan Tanjungpinang. Aku dan Ilalang, usai sahur mengantarkan kepulangan mereka ke Bandara. Kulihat Ilalang hanya terdiam. Foto bersama di bagian teras Bandara Raja Haji Fisabilillah menjadi kenangan kenangan.
Kini sudah sekian waktu Ilalang tak lagi mendapatkan pelajaran dari Sandi. Sebelum pulang, Sandi berpesan agar Ilalang tetap meneruskan les musiknya. Karena dasar dasar yang cukup penting sudah diajarkannya. Jika nanti Ilalang sekolah di Yogyakarta, Sandi akan tetap berhubungan dengan Ilalang.
"Kalau main ke Semarang, nanti Om Sandi ajarkan yang lebih banyak,"' kata Sandi kala itu.
Yang berharap harap cemas justru Ilalang. Ia membayangkan seperti apa guru barunya di Yamaha Music nanti. Kabar yang didapatkan dari Sandi, penggantinya dari Jakarta. Dan ia minta dengan sangat agar Ilalang sungguh sungguh belajar siapa pun nanti gurunya.
Dan seperti itulah hidup. Bagiku, aku mendapatkan lagi sebuah pelajaran. Apapun yang tengah indah, mesra, bisa dengan tiba tiba dipisahkan. Baik oleh rencana yang tertunda atau Tuhan sudah menghendakinya demikian.
Saat kutulis catatan ini, Ilalang tengah memainkan lagu dengan gaya klasik. Lagu sendu.
Post a Comment for "Saat Guru dan Kakak Itu Harus Pergi"