Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ketika Kesal Melanda, Akibatnya...

Antrean taksi di Bandara Hang Nadim, Jumat (14/7) sore.
Siang itu, Jumat, 14 Juli 2017, atau tepatnya sudeh sore. Terminal kedatangan Bandara Hang Nadim, Batam, disesaki penumpang yang baru saja landing dengan berbagai maskapai, juga kedatangan penjemput. Aku sama seperti penjemput lain, menunggu. Yang aku tunggu adalah teman baru yang belum pernah ketemu muka sebelumnya. Ia naik Lion Air pukul 11.55 dan seharusnya tiba pukul 14.00-an. Namun terjadi keterlambatan dan itu sudah kuanggap biasa hehe.

Menunggu adalah pekerjaan yang berat berat ringan. Ringannya dahulu aku tulis, jika yang ditunggu memang tepat waktu. Yang menunggu baru saja menunggu, yang ditunggu pun langsung tiba. Wah, sedapnya. Yang agak berat atau sama saja dengan agak ringan, yang nunggu sudah agak lama, yang ditunggu baru datang belakangan. Nah yang berat itu yang ditunggu nggak nongol nongol. Aku perhatikan banyak wajah kesal setelah turun dari pesawat, mengambil barang di bagasi atau yang tak ada bagasi langsung ke pintu keluar, sesampai di luar yang diharapkan menunggu tak ada.


Maklum, begitu banyak orang tentu begitu banyak urusannya. Kalau aku sih santai saja. Lha wong cuma bakul stiker (baca http://metrosticker.wordpress.com atau http://cuttingastickerupdate.blogspot.com) kenapa hanya menunggu pesawat yang terlambat datang harus kebakaran jenggot? Seorang lelaki berkacamata tampak bolak balik menelepon. Setiap kali tak bisa menyambung, terlihat sekali kecawanya. Parasnya seperti meringis, antara marah dan capek. Ada hampir 10 kali ia coba menghubungi entah siapa. Setelah tersambung ia minta agar cepat dijemput. Marah sedikit dari nada suaranya.

Seorang perempuan berdiri di belakangku. Aku duduk di bangku depan pintu keluar terminal kedatangan, namun yang ada di seberang jalan. Di seberang atau di belakangku adalah kawasan parkir yang sore itu sangat sesak. Seorang perempuan dengan rambut masih menyisakan warna cat berdiri. Namun ia terlihat tidak tenang. Ia berjalan mondar mandir di satu tempat. Tak sampai lima meter ia melangkah, lalu balik lagi. Tas besar yang menjadi bawaannya dibiarkan tergeletak di depan tiang penyangga teras atas terminal kedatangan bandara.

Tangannya tak pernah lepas dari ponsel. Apakah sehari hari perempuan berkulit bersih dengan rambut diikat ini seorang pemarah aku tidak tahu. Hanya saja sore itu suaranya tak hanya terdengar oleh kupingnya sendiri. Aku yang berjarak empat meter darinya pun bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakannya. Jika kulihat dari tanda tanda ponsel yang dihubunginya, sebenarnya nomor di seberang terhubung cuma tidak dijawab. Persoalan tidak dijawab karena apa ya aku tak tahu hehe.

Saat memencet nama yang diuhubungi dan menunggu, ada waktu atau saat terhubung. Jadi ia terlihat mendengarkan nada deringnya sendiri. Suatu ketika ada jawaban dari seberang. Dan seperti menemukan pelampiasan, keluarlah kata kata berikut: babi kau, tahu sudah berapa lama aku nunggu kamu? Babi kau.

Beberapa orang yang berada di dekat si perempuan hanya terdiam. Dari pemilihan nama hewan yang harus disebutnya, mereka tahu betapa kesalnya perempuan tersebut. Ada yang tersenyum senyum melihat peristiwa yang sungguh biasa tadi, ada yang mengernyitkan dahinya, ada yang geleng geleng kepala.

Sore itu memang sangat sesak. Yang nasibnya seperti perempuan tadi banyak. Yang menunggu lebih lama juga banyak. Dari penampilannya, perempuan separoh baya itu bukan warga biasa. Paling tidak wanita karir, atau paling tidak orang mampu. Merek pakaian dan tasnya mencerminkan simbol kemapanan itu.

Saat perempuan itu dijemput sebuah mobil, ia masih menyisakan kekesalannya kepada seseorang yang ada di balik sertir atau kemudi. Sementara aku masih menunggu. Komunikasi lebih banyak kami lakukan dengan SMS. Aku sudah menuliskan ciri ciriku dan lokasi di mana aku menunggu. Toh tetap saja orang yang kutunggu kesulitan mencariku. Banyak orang lalu lalang, orang yang mungkin mengenakan pakaian sewarna denganku, atau juga kebetulan duduk di dekatku.

Benar saja, orang yang kutunggu pun ternyata mencariku. Memang tidak mudah menemukan seseorang diantara sekian ratus orang yang sebagian besar bergerak.Untungnya tidak semua yang kesal menunggu mengeluarkan nama nama hewan lain. Karena kuingat benar, untuk membuat namaku saja orang tuaku merayakan acara ditingkah berbait bait doa.

Post a Comment for "Ketika Kesal Melanda, Akibatnya..."