Saya Lebih Suka Minta ke Tuhan
Namanya Mugiono, biasa dipanggil Yono. Perantau muda yang masih lajang ini meninggalkan kampung halamannya di Kebumen, Jawa Tengah sekitar lima tahun silam. Ia berangkat ke Tanjungpinang berniat menyusul kakak lelakinya yang sudah lebih dulu merantau. Ijazah SMA-nya cukup sulit untuknya bersaing dengan para pendatang lain. Sebagai ibukota Provinsi Kepri, Tanjungpinang adalah kota kepulauan yang terus bergairah dan menggeliat.
Sempat bekerja sebagai buruh gali tanah di kawasan pusat pemerintahan provinsi di Dompak, akhirnya Yono membantu kakaknya di toko. Aku tak bisa menceritakan mengapa pada akhirnya Yono dan kakaknya harus berpisah. Jika Anda memutar video klip di bawah ini, adalah suara Hari Mukti yang sekarang memilih dakwah dan meninggalkan dunia keartisan. Judul lagunya Tantangan, aku pilih karena kisah hidup Yono hampir seperti alur dalam lagu tersebut.
Yono bukan tipe perantau yang manja, malas. Dengan bekal sedikit sisa uang di sakunya, ia membuka kios kecil yang disewa ratusan ribu per bulan. Kios kayu berukuran 2,5 x 2 meter di tepi jalan raya. Ia kemudian berjualan stiker. Dipilih usaha ini lantaran modalnya kecil. Tentu saja keuntungannya juga kecil. Namun hidup di rantau telah menempa Yono menjadi pribadi yang tangguh. Ia benar benar harus pandai mengatur keuangannya agar bisa bertahan. dengan telaten ia melayani pembelinya.
Satu hal yang selalu diyakini Yono, sejak dalam kandungan rezeki, jodoh dan matinya sudah digariskan. Yang dilakukannya adalah berdoa dan berusaha. Soal hasilnya diserahkan seutuhnya kepada Tuhan. Setelah berbulan bulan mengumpulkan uang hasil penjualan, ia membeli mesin pelengkap usahanya. Ia belajar program grafis di laptop jadul yang dibelinya murah dari teman. Dari nol soap komputer dan stiker, Yono pelahan lahan bisa membuat pesanan sendiri.
Untuk mengurangi beban biaya hidup, ia bekerja sebagai office boy di sebuah perusahaan swasta. Siangnya bekerja, malam buka toko stiker.
Dua hari lalu aku bertemu dengannya di rumah, ia berlebaran. Rupanya ia sudah mencicil rumah lewat bank, kuliah dan membeli sepeda motor yang juga dibeli secara cicilan. Kepadaku Yono mengatakan tak pernah berpikir bisa kuliah dan membeli rumah, karena dari hitung hitungan gaji dan penghasilannya dari kios stiker sungguh tak masuk.
Setiap Senin Kamis Yono berpuasa. Kewajibannya sebagai umat Muslim senantiasa dilakukannya di tengah kesibukannya sehari hari. Ia tak pernah mengeluh, itulah yang aku lihat selama bertahun tahun mengenalnya. Dan ia juga lebih suka meminta kepada Tuhan ketimbang orang lain. Alasan yang dikemukannya kepadaku sangat sederhana, kalau minta tolong kepada teman belum tentu yang dimintai tolong bisa mengusahakan apa yang dibutuhkannya. Selain itu kematian orang tak ada yang tahu.
"Jika saya pinjam uang ke teman belum sempat membayar sudah meninggal, apatidak berat, Mas, akibat yang harus saya tanggung di sana nanti," tuturnya santun.
Minta tolong ke Tuhan, kata dia, terbukti lebih aman. Yono percaya Tuhan lebih kaya dari siapapun, apapun. Jika Ia berkehendak, tak ada yang sulit. Begitulah Yono menjalani hidupnya yang tak pernah dibuat berlebihan. Ia menjalaninya dengan ikhlas. Bersyukur menjadi ucapan sehari harinya.
Semoga bermanfaat...
Sempat bekerja sebagai buruh gali tanah di kawasan pusat pemerintahan provinsi di Dompak, akhirnya Yono membantu kakaknya di toko. Aku tak bisa menceritakan mengapa pada akhirnya Yono dan kakaknya harus berpisah. Jika Anda memutar video klip di bawah ini, adalah suara Hari Mukti yang sekarang memilih dakwah dan meninggalkan dunia keartisan. Judul lagunya Tantangan, aku pilih karena kisah hidup Yono hampir seperti alur dalam lagu tersebut.
Yono bukan tipe perantau yang manja, malas. Dengan bekal sedikit sisa uang di sakunya, ia membuka kios kecil yang disewa ratusan ribu per bulan. Kios kayu berukuran 2,5 x 2 meter di tepi jalan raya. Ia kemudian berjualan stiker. Dipilih usaha ini lantaran modalnya kecil. Tentu saja keuntungannya juga kecil. Namun hidup di rantau telah menempa Yono menjadi pribadi yang tangguh. Ia benar benar harus pandai mengatur keuangannya agar bisa bertahan. dengan telaten ia melayani pembelinya.
Satu hal yang selalu diyakini Yono, sejak dalam kandungan rezeki, jodoh dan matinya sudah digariskan. Yang dilakukannya adalah berdoa dan berusaha. Soal hasilnya diserahkan seutuhnya kepada Tuhan. Setelah berbulan bulan mengumpulkan uang hasil penjualan, ia membeli mesin pelengkap usahanya. Ia belajar program grafis di laptop jadul yang dibelinya murah dari teman. Dari nol soap komputer dan stiker, Yono pelahan lahan bisa membuat pesanan sendiri.
Untuk mengurangi beban biaya hidup, ia bekerja sebagai office boy di sebuah perusahaan swasta. Siangnya bekerja, malam buka toko stiker.
Dua hari lalu aku bertemu dengannya di rumah, ia berlebaran. Rupanya ia sudah mencicil rumah lewat bank, kuliah dan membeli sepeda motor yang juga dibeli secara cicilan. Kepadaku Yono mengatakan tak pernah berpikir bisa kuliah dan membeli rumah, karena dari hitung hitungan gaji dan penghasilannya dari kios stiker sungguh tak masuk.
Setiap Senin Kamis Yono berpuasa. Kewajibannya sebagai umat Muslim senantiasa dilakukannya di tengah kesibukannya sehari hari. Ia tak pernah mengeluh, itulah yang aku lihat selama bertahun tahun mengenalnya. Dan ia juga lebih suka meminta kepada Tuhan ketimbang orang lain. Alasan yang dikemukannya kepadaku sangat sederhana, kalau minta tolong kepada teman belum tentu yang dimintai tolong bisa mengusahakan apa yang dibutuhkannya. Selain itu kematian orang tak ada yang tahu.
"Jika saya pinjam uang ke teman belum sempat membayar sudah meninggal, apatidak berat, Mas, akibat yang harus saya tanggung di sana nanti," tuturnya santun.
Minta tolong ke Tuhan, kata dia, terbukti lebih aman. Yono percaya Tuhan lebih kaya dari siapapun, apapun. Jika Ia berkehendak, tak ada yang sulit. Begitulah Yono menjalani hidupnya yang tak pernah dibuat berlebihan. Ia menjalaninya dengan ikhlas. Bersyukur menjadi ucapan sehari harinya.
Semoga bermanfaat...
Post a Comment for "Saya Lebih Suka Minta ke Tuhan"