Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Menahan Anu Saat Ramadan

Aku sadar, aku tahu, aku paham, aku adalah manusia biasa. Biasa seperti manusia pada umumnya. Sebagai manusia dan muslim, tentu bukan hal aneh jika ada moment tertentu yang dianggap saatnya tepat untuk mengurangi dosa. Biasanya itu di Ramadan. Pun demikian dengan Ramadan kali ini, muncul niat dalam hati. Bismillah, salat wajibnya gak ada yang bolong, salat tarawihnya bisa full 30 hari, sedekah diperbanyak, menjaga pandangan dari pemandangan yang tak senonoh, menjaga mulut dari perbincangan yang mengundang pergunjingan.

Meski Ramadan, pekerjaan dan bekerja di kios stiker tetap harus jalan. Sebab kehidupan tetap berjalan normal. Secara mudah yang membedakan puasa dan hari biasa adalah aktivitas siang hari. Biasanya pagi sarapan, siang makan  siang, sore makan sore, sekarang makan hanya menjelang sahur dan kembali bertemu nasi begitu azan maghrib berkumandang. Kebetulan kios stikerku berada di tepi jalan pintas. Lumayan ramai. Berniat menjalankan Ramadan penuh keikhlasan dan khusuk, saat bekerja aku lebih banyak di depan meja komputer.


Kalau tidak mengerjakan pesanan konsumen, yah membuat desain desain baru. Padahal biasanya kalau sedang tidak mengerjakan pesanan aku lebih banyak duduk di kios samping, yang disewa tuntuk bengkel motor. Atau di rumah belakang, rumah pemilik kios sewa, di sudut yang banyak mendapatkan hembusan angin. Lalu ngobrol ngalor ngidul.

Beberapa hari lalu, seorang konsumen datang ingin dibuatkan salah satu logo yang menempel di helm Valentino Rossi. Karena harus mendesain ulang, maka yang bersangkutan berniat menunggu. Sambil menunggu waktu zuhur, katanya. Sambil duduk di kursi di sampingku, lelaki yang usianya tak lebih dari 35 tahun tersebut seksama memerhatikan bagaimana tanganku menggunakan tool tool software grafis di dekstop program. Sesekali ia mengajak ngobrol.

Rupanya ia termasuk orang yang suka ngobrol. Awalnya memang hanya satu dua patah kata, namun 10 menit kemudian ia yang lebih banyak bicara ketimbang aku. Setiap gerakan mouse yang terwujud di layar ditanyakan. Iajuga bertanya program apa yang aku pakai, susah atau tidak belajarnya. Kok aku bisa dulu siapa yang ngajari, berapa lama belajar dan bla bla bla. Alhamdulillah lagi puasa, sebisa mungkin kulayani pertanyaannya.

Tak lama berselang, seorang polisi masuk. Ia minta dibuatkan stiker cutting logo kesatuannya untuk ditempelkan di salah satu bagian sepeda motor kantornya. Sebenarnya untuk logo yang dimaksud tinggal cutting, namun karena aturan antre harus diterapkan, mau tak mau ia menunggu konsumen yang sudah lebih dahulu masuk. Polisi yang masih muda ini kemudian duduk di depan etalase, lalu membuka layar ponselnya. sesekali ia menoleh kearas konsumen yang sedang duduk disampingku.

Merasa bahwa stikernya masih lumayan lama, konsumen ini minta izin untuk membeli sesuatu di swalayan terdekat. Baru saja punggungnya hilang di tikungan, polisi yang memang sudah biasa memesan stiker kepadaku itu ganti duduk di sampingku.

"Siapa itu, Mas? Pingin buka cutting stiker juga?" tanyanya serius.

Aku jawab yang kutahu, ia konsumen biasa yang minta dibuatkan stiker cutting.

"Kok semua ditanyakan, apa Mas gak merasa gimana?" timpal temanku lagi.

Aku menggeleng.

Lantas temanku ini bicara agak banyak. Ada nada sedikit mendesak agar stikernya didahulukan. Namun aku harus menjaga usahaku. Kalau tiba tiba konsumen pertama datang dari swalayan dan melihat mesin cutting memotong stiker milik orang yang belakangan datang, apa yang harus aku sampaikan?

Mungkin lantaran kami seperti teman dekat, sedikit sedikit aku timpali omongannya. Dan pada suatu waktu, usai jeda yang lama, aku tiba tiba membicarakan konsumen yang minta izin ke swalayan tadi.

"Harusnya dia tahu bahwa saya bekerja kan, Mas? Masa dari pertama buka komputer sampai ia minta izin ke swalayan semua hal ditanyakan," kataku.

Sekarang giliran temanku tak mampu menahan senyum. Lalu ia bertanya, "Mas gak puasa, ya?"

Astaghfirullahaladziim..... memang berat menahan anu saat Ramadan. Anu itu bisa banyak hal, namun dalam konteks ini adalah mulut.

Post a Comment for "Menahan Anu Saat Ramadan"