Biar Kubeli Tanahmu, Sombong Sekali
![]() |
foto: kuambil sendiri bro hehe |
Aku ingat, beberapa bulan lalu tanah ini memang dibersihkan. Ada beberapa orang yang bekerja, membakar semak, membabat rerumputan dan menebang habis pohon pisang yang sudah kerap berbuah. Kupikir mau dijadikan apa, rupanya hanya dibersihkan. Setelah itu dibiarkan seperti semula. Hujan yang bisa tutun tiba tiba di daerah kepulauan seperti Tanjungpinang ini membuat benih pisang tumbuh kembali.
Aku ingin membeli tanah itu. Bukan untuk kubuat pujasera atau swalayan, karena Matahari dan Ramayana sudah ada di kota ini. Jelas modal mereka lebih besar. Tujuanku membeli tanah itu untuk fasilitas umum bagi warga perkampungan di mana aku sekarang menyewa sebuah kios. Seorang warga pernah bercerita, ia dan tetangga pernah meminta izin kepada pemilik tanah untuk menjadikannya lapangan olahraga. Untuk remaja yang ada sekitarnya.
Bukan diminta, bukan diambil sedikit. Hanya meminjam pakai, daripada menyemak tak karuan. Kalau sudah semak, pasti mengundang hewan hewan seperti ular untuk mendiaminya. Untuk bermain sepak bola saja, anak anak kampung ini harus menyewa lapangan. Bukan lapangan bola, melainkan futsal. Sombong sekali pemilik tanah ini, pikirku. Aku membayangkan betapa ramainya anak anak muda bermain atau sekadar ngumpul ditanah tersebut. Mungkin bisa berolahraga atau aktivitas lain. Sementara kios stikerku pasti tampak oleh mereka. Siapa tahu satu dua ada yang butuh stiker hehe.
Kata orang orang, tanah itu masih bagian dari sebuah kantor pemerintah yang ada di sebelahnya. Namun tekatku sudah bulat, mau siapa pun pemiliknya akan aku coba beli. Siapa tahu keberuntungan itu ada padaku. Toh tujuanku baik, untuk fasilitas umum bagi warga. Kapan lagi ahru harus berbuat baik jika tidak mulai memikirkannya. Sementara usia juga terus menua.
Sendirian, aku mendatangi kantor yang dikatakan orang orang sebagai pemilik tanah tersebut. Kalau pegawai rendahannya tak bisa memberikan penjelasan, aku akan menghadap pimpinannya. Kalau pimpinannyatak ada hari ini, besok aku datangi lagi. Kalau besok juga tak ada, aku datangi lagi lusa. Kecuali pimpinannya naik haji atau dinas luar berhari hari, ya aku datang saat sudah balik ke kota ini saja. Kulihat sejumlah pegawai tersenum melihat kedatanganku.
Kulihat banyak orang lalulalang untuk mengurus keperluannya di kantor ini. Ada yang sangat sibuk atau sok sibuk, serius, santai dan sebagainya. Kantor pemerintah seluas ini, sebanyak ini pegawainya, pantas punya tanah kosong ditelantarkan. Saat sedang menunggu dan melihat lihat suasana kantor, seorang lelaki berseragam dinas tiba tiba berdiri di hadapanku.
Belum sempat saya menyapa, ia sudah menyerahkan selembar uang Rp20 ribuan.
"Maaf, Mas, baru sempat ngantar sekarang. Ini uang untuk stiker yang kemarin itu, waktu itu kan Mas tak ada kembalian," katanya sejurus kemudian.
Aku mengucapkan terima kasih sambil memasukkan uang itu ke dompet. Kuhitung, alhamdulillah ada Rp30.000, yang Rp10.000 penghasilan dari pagi, yang Rp20.000 ya pembelian orang barusan. Aku kembali menatap tanah kosong di hadapanku sesaat setelah konsumen tadi beranjak. Bayanganku buyar seketika.
Kutanya dalam diri, apakah Rp30.000 cukup untuk membeli lahan tidur itu, ya?
Post a Comment for "Biar Kubeli Tanahmu, Sombong Sekali"