Biarlah Tuhan yang Membagi Rezeki, Mas
![]() |
| foto: justkeepingitreal |
Niat pertama hanya ingin menanyakan apakah ada grosir kaos polos yang sekiranya harga masih masuk untuk diproduksi lagi dengan tambahan sablon. Pemiliknya adalah seorang perempuan berkerudung yang usianya berkisar 35 tahun. Dia tak memiliki banyak kaos polos, hanya ada dua warna hitam dan putih. Itu pun hanya ada beberapa. Dia bertanya mau saya jual lagi atau dipakai. Kujawab untuk disablon dan dijual kembali.
Tak lama, Mbak yang sampai tulisan ini aku buat tak kutahu namanya itu memasang telepon rumahnya. Sepertinya telepon itu jarang dipakai karena ia harus mencolokkan kabel dan memberihkannya dengan selembar tisu. Tak kusangka, rupanya Si Mbak ini menelepon temannya menanyakan apakah stok kaos polosnya masih ada. Dia hanya katakan kepada temannya itu ada orang Tanjungpinang yang ingin berbelanja.
"Mas saya kasih nomor telepon teman saya yang selama ini juga menjadi tempat saya ambil kaos," tuturnya.
Aku tertegun. Kemudian ia menuliskan nomor ponsel temannya yang disebutnya sebagai pemilik usaha grosir kaos polos di Batam. Ia juga menyebutnya kawasan rumah temannya itu, namun untuk lebih lengkapnya ia meminta aku sendiri yang meneleponnya.
Aku sempat bertanya, mengapa tidak ditangani saja sendiri. Si Mbak tersenyum dan bercerita singkat. Beberapa tahun silam ia adalah pedagang kaos generasi pertama di kawasan Nagoya. Kios kecil yang dijadikannya sebagai tempat berjualan hingga sekarang dulu hanya dipajang satu lusin kaos.
"Saya bisa merasakan bagaimana rasanya mengawali. Kalau Mas juga mau berbelanja aksesoris seperti gntungan kunci, saya juga ada nomor handphonenya," ia menawari.
Dalam perjalanan di atas kapal roro antara Tanjunguban, Bintan menuju Punggur, Batam, yang aku pikirkan adalah berkeliling beberapa toko untuk mencari informasi grosir kaos polos tentu saja dengan hanra yang masih bisa dijangkau. Harga wajar. Dan kios Mbak ini adalah tempat pertama yang aku datang setelah perjalanan dari Punggur ke Jodoh - Nagoya. Betapa mudahnya mendapatkan informasi.
Sebelum beranjak, aku mengucapkan terima kasih. Si Mbak kembali tersenyum sambil berkata, biarlah Tuhan yang membagi rezeki, Mas, kepadaku. Sebuah sikap yang aku yakin tidak dimiliki banyak pedagang kecil. Jika ia mau, bisa saja ia menjadi reseller kaos polos temannya tadi dan menjualnya kembali ke aku.
Dan ketika saya menghubung nomor ponsel yang dberikan Si Mbak, ada suar perempuan di ujung sana. Karena sebelumny sudah diberitahu Si Mbak mengenai maksudku, perempuan yang kemudian memperkenalkan namanya sebagai Rina ini memberikan alamat lengkapnya di kawasan Melcem, Batuampar.
Alhamdulllah Tuhan memudahkan jalanku, dengan menitipkan kebaikan melalui Si Mbak tadi.

Post a Comment for "Biarlah Tuhan yang Membagi Rezeki, Mas"