Sulitnya Mengatakan Kebenaran Hati
![]() |
foto: www.winmentalhealth.com |
Sebagai contoh, ada tetangga yang berpesan kepada Saya agar jika nanti ada tukang kredit datang mencarinya saya diminta mengatakan yang bersangkutan sedang pergi ke rumah saudaranya. Lalu saya lihat si tetangga memang mengendarai sepeda motornya meninggalkan rumah beserta istrinya. Mau ke mana mereka, karena sudah mengatakan ke rumah saudaranya, ya itulah yang nanti akan saya sampaikan. Andikata tetangga saya itu ternyata malah jajan di pusat jajan atau nonton bioskop, itu urusan mereka. Saya dititipi pesan ya saya sampaikan.
Tetapi, komunikasi dengan hati sendiri akan lebih sulit dilakukan. Contoh yang paling mudah. Saya umpamakan Anda seoranh jejaka yang baru saja memiliki penghasilan lumayan. Lumayan dibandingkan hasil dari pekerjaan Anda yang lama. Saat Anda pergi merantau, bayangan yang ada dalam benak Anda adalah bisa membantu meringankan beban ekonomi keluarga. Mengirimi uang ibu atau bapak serta adik adik untuk kebutuhannya masing masing. Awalnya seperti itu, namun seiring perbaikan penghasilan, tiba tiba Anda jatuh cinta kepada seorang gadis. Jika Anda seorang gadis, jatuh cintanya kepada jejaka, dan sebaliknya. Kalau Anda gadis dan jatuh cinta kepada gadis, atau jejaka jatuh cinta kepada jejaka... wah ya silakan dibayangkan sendiri.
Percayalah, cinta akan membutakan rasionalitas Anda. Apalagi dengan hubungan yang seolah olah sudah Anda gariskan bahwa dialah nanti pendamping hidup Anda. Anda memberikan banyak hal yang menurut Anda bentuk perhatian dan cinta kasih. Barang yang diminta, Anda kasih. Uang yang dia minta, Anda kasih. Secara tidak langsung, Andalah pencetak sifat manja pada diri pasangan Anda. Andalah pembentuk karakternya yang selalu mengandalkan sesuatu dengan mudah. Dan ini akan menyakitkan hati Anda ketika suatu masa perekonomian keluarga tak lagi di atas, karena rezeki bagaikan roda pedati. Orang yang Anda bentuk sekian lama dengan cara gampang tak akan pernah peduli Anda tengah ada dalam kesulitan.
Saya punya banyak teman. Satu atau dua selalu curhat soal perangai istrinya atau pasangannya yang belum resmi dinikahi. Bahkan ada yang sempat bercerita, jika diputuskan cintanya, pacar teman saya mengancam akan bunuh diri. Lah, saya sih enteng saja menanggapinya, kalau pacarannya wajar dan menjalaninya tanpa janji janji yang setinggi langit, saya rasa bunuh diri adalah jalan pikiran yang picik untuk seorang gadis yang berusia remaja. Ternyata pacar teman saya tadi memang dimanja habis habisan sama teman saya. Dan akhirnya teman saya ini bingung dengan apa yang sudah dipilihnya. Maju salah, mundur ah tak ada nyali hahahaha.
Di sinilah kebohongan kebohongan bibir akan gampang dilakukan. Meski Anda harus memikirkan kondisi ibu yang butuh uang, sementara pacar yang sudah salah Anda didik merepet, bisa saja bagian ibu Anda terlupakan. Dan percayalah, namanya orang tua jika Anda katakan maaf Bu, Pak, kondisi saya sedang bla bla bla dengan suara sedih, mereka akan mengatakan jangan dipaksa, semoga rezeki ke depan lebih baik. Anda tidak berani mengatakan ya ketika ditanya apakah lebih mikir ibu ketimbang dirinya, Anda akan buru buru menjemput dirinya yang sudah menunggu ketimbang menelepon ibu di kampung halaman. Dan semuanya lalu untuk dirinya.
Saya sekarang tahu hidup seperti apa. Bayangan masa lalu tidak semuanya benar. Ada beberapa bagian yang kenyataannya lebih buruk, ada juga yang lebih baik. Semuanya sudah digariskan, dan saya tinggal menjalaninya. Tentu saja setelah doa dan usaha saya lakukan. Bahkan kini saya paham mengapa dulu bapak dan ibu marah ketika saya melakukan sesuatu yang menurut mereka tidak baik tetapi menurut saya waktu itu sangat elok. Karena kini saya punya anak seusia SMP, kadang dibuat terpingkal dengan ulahnya, lain kali ingin marah sejadi jadinya.
Saya belajar mengatakan tidak ketika hati juga mengatakan tidak, saya belajar mengatakan iya ketika hati juga iya. Awalnya anak saya protes, bahkan beberapa kali sempat merasa jauh dengan saya. Namun saya terus menanamkan kebenaran agar ke depan ia bisa lebih "waras" berperilaku. Apalagi ia ingin SMA masuk ke sebuah SMK negeri di Yogyakarta jurusan seni musik. Ia akan hidup sendiri di sana. Karena saya bukan termasuk ayah yang kolot hahahaha, dan saya lihat bakatnya memang di musik, ya sudah tugas saya mencari uang untuk sekolahnya kelak. Semoga Allah memberikan jalan dan kemudahan bagi saya juga anak saya.
Begitulah, saat jawaban saya ekstrem baginya, ia akan bertindak agak aneh terhadap saya. Kadang ditanya, jawabnya seolah ogah ogahan. Biasanya kalau sudah seperti itu saya ajak bicara dari hati ke hati. Saya posisikan sebagai kawan dan sahabatnya. Dan alhamdulillah anak saya pun paham. Mendidik ternyata butuh kejujuran, kalau hanya mengandalkan rasa kasihan dan sebagainya, akan salah didik atau salah asuhan. Dan di usia saya yang nanti beranjak tua, saya tak ingin direpotkan dengan hal hal remeh yang seharusnya tidak perlu terjadi karena ketegasan saya sebelumnya.
Nah, Anda berani mengatakan yang sebenarnya demi kebaikan? Atau manut saja karena takut apa apa akan terjadi sementara sesuatu itu hanya bayangan ketakutan Anda semata?
Post a Comment for "Sulitnya Mengatakan Kebenaran Hati"