Aku dan Mantan Wartawanku
![]() |
Foto: www.clipartpanda.com |
Sekian tahun berlalu, diam diam beberapa teman sekantor ingin mencoba usaha. Tak apalah, siapa tahu mereka juga menemukan dunia yang membuat hidup mereka lebih nyaman. Diantara mereka ada satu yang sangat rajin mengajak diskusi. Mantan wartawanku ini ingin membuka distro. Ia bertanya seputar modal dan alat alat yang dibutuhkan. Aku memberikan masukan serta motivasi agar ia benar-benar memiliki pandangan sebelum terjun.
Awalnya ia mengirimi aku beberapa file, minta tolong untuk dibuatkan desain vektornya. Meski tak jago, apa salahnya memberikan motivasi buat orang lain. Oke, jadi. Ia bertanya di mana belanja material untuk sablon. Bla bla bla, aku kasih tahu nomor orang orang yang bisa dihubungi dan memang menyediakan alat alat yang dibutuhkan. Sampai teknik pengerjaannya pun coba aku kirimkan melalui BBM, email bahkan menelepon.
Sebulan kemudian, mantan wartawanku ini kembali menghubungi aku lewat BBM. Ia khawatir apakah usahanya bakal langgeng atau hanya sementara. Kali ini aku minta ia banyak membaca pengalaman sukses orang orang yang kini dikenal sebagai pengusaha sukses. Atau jika malas, bisa nongkrong di toko penjual nasi pecel, pisang goreng, rujak dan sebagainya. tentu saja bukan sekadar nongkrong, harus mengamati dan mencermati aktivitas yang terjadi di lokasi pengamatan. Ok... selesai tugasku.
Lama tak ada kabar, ada bayangan mantan wartawanku ini sudah menikmati usahanya distronya, meski masih disambi bekerja sebagai wartawan.
Nah, semalam ia mengirimiku BBM. Isinya, minta desain yang dulu aku buatkan masih ada atau tidak. Lah sudah. Lalu kami berbincang cukup lama. Ia berencana membuat satu biji kaos, dipakai sendiri, lalu sambil promosi. Rupanya, ia pun belum memiliki satu pun alat yang dibutuhkan untuk membuka distro. Kutanya apakah sudah belajar membuat desain? Belum. Rencananya buka di rumah atau sewa kios? Pakai sendiri dulu, sambil pamer ke orang lain sekaligus promosi.
Dan aku memutuskan membalas BBM terakhirnya dengan kalimat: Bro masih perlu belajar banyak untuk usaha. Mengelola usaha bukan sekadar itung itungan di kepala, namun ketelitian di dunia nyata.
Sudah.... ia kembali membalas: Terima kasih (dengan huruf yang penuh dengan simbol dan karakter huruf beraneka warna)
Post a Comment for "Aku dan Mantan Wartawanku"