Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Aku dan Kacamata

foto www.akmaomar.com
Tiga belas tahun bekerja berhadapan dengan layar komputer tentu ada efeknya di mataku. Memang, kadang terasa gatal. Bukannya memeriksakan diri ke dokter mata, malah pelan pelan mengusap usapnya dengan jari tangan. Cuci tangan dulu lho hehe, bukan asal gosok gosok. Hilang deh itu gatal. Lain kali terasa agak perih, bukannya ke dokter mata untuk periksa.

Aku belikan obat tetas mata di apotek, pulang kerja kuteteskan di kedua bola mata dan istirahat. Paginya biasanya normal, kalau belum normal, besok malamnya kutetes lagi. Hahahaha mudah banget ya mengobati sakit mata. Pikirku. Tetapi kalau mau jujur, ada satu penyebab cuek bebek dengan kondisi mata yang jelas jelas butuh perhatian bu dokter tadi. Yakni..... malu jika harus mengenakan kacamata.

Pemikiran yang bodoh tentunya, lha wong obatnya itu kok malah malu. Daripada harus mengenakan penutup mata seperti simbol bajak laut itu? Seharusnya lebih asyik mengenakan kacamata dong. Rasa gatal dan perih itu tentu muncul sebelum 13 tahun bekerja, lima atau delapan tahun sudah mulai terasa. Dan saat aku keluar dari pekerjaanku yang rutinitasnya berada di depan komputer, lagi lagi usaha yang kujalani tak bisa lepas dari layar komputer.


Piye maneh, usahanya saja stiker cutting. Seting desain pun harus pakai komputer. Sayangnya belum ada mesin cutting yang bisa merespon desain dari gambar tangan. Kalau bisa, wah uasyik dong. Lagian aku mungkin juga masih sombong mengakui mataku sehat dan tak butuh kacamata. Tetapi manusia pun ada batasnya, bahkan di teknologi. Hingga hari ini, di Indonesia (belum tahu kalau di Amerika sono sudah ada mesin cutting cuanggih) para pebisnis stiker yang mengandalkan komputer untuk mendesain.

Oke, kembali ke laptop. Suatu hari mata kiriku benar benar berair. Oleh pegawaiku, aku justru disarankan segera ke optik terdekat. Wah, malu rasane. Tetapi bagaimana lagi, butuh obat segera atau kehilangan pelanggan stiker. Di optik, karyawannya pun aku buat sibuk. Dari awal sudah tak tertarik dengan benda bernama kacamata, sebagus apa modelnya juga tak terasa indah. Apalagi wajah sungguh pas pasan. Alamak, gimana nanti mau dipakai kacamata?

But the show must go on, mesin stiker harus tetap on. Pulang dari optik, menunggu dua hari untuk pembuatan lensa kacamatanya. Sebelumnya sudah dipastikan mata saya min. Dan sampai sekarang aku juga tak tahu min berapa hahahaha. Dua hari kemudian, orang optik menelepon bahwa kacamata bisa diambil. Kuambil. Sampai kios langsung kupakai, kebetulan ada pelanggan metrostiker datang dan minta dibuatkan stiker agak cepat.

Hehehehe.... untung ada kacamata. Dengan alat bantu ini, aku bisa dengan jelas membaca artikel di internet. Juga masih jelas membaca resep obat di kemasannya. Coba saja tanpa kacamata, bisa bisa salah dosis obat lalu fatal. Aku suka kacamata. Bukan urusan ganteng atau tampan, membuatku bisa tetap bekerja dan mencari uang dengan halalan toyyiban.....

Post a Comment for "Aku dan Kacamata"