Yang Original, Yang Dipertanyakan
Dua bulan sudah keponakanku jualan rujak serut es puterdi Tanjungpinang. Sebulan berguru di Semarang, akhirnya dara lulusan sebuah SMK Farmasi ini ingin merasakan pengalaman sebagai perantau, sekaligus menunggu musim masuk perguruan tinggi kembali dibuka, setelah musim sebelumnya gagal diterima. Dua bulan lalu, rujak memang sudah ada, seperti kebanyakan berupa rujak potong tanpa tambahan es di atasnya.
Baru seminggu ponakanku jualan, ada kabar sudah ada orang yang juga membuat rujsk es puter. Bermaksud tester, suatu hari ponakanku membeli rujak serut es puter tersebut. Beda. Buahnya tidak diserut, melainkan dipotong potong kecil. Lantas bumbu dibuat dan potongan buah tadi diuleg. Baru dimasukkan ke gelas plastik, ditaburi butiran kacang sebagai topping dan bagian atasnya baru tumpukan es puter.
Sementara rujak serut es puter yang dijual ponakanku, buah diserut. Istilah Jawa digobet, sehingga daging buah berbentuk memanjang kecil kecil seperti lidi namun tidak panjang. Yang diserut khusus buah berdaging keras seperti bengkoang, ubi ungu, pepaya. Sementara buah berdaging lebih lembut seperti nanas dirajang atau dipotong kecil kecil. Aneka campuran buah tersebut dicampur dalam satu wadah, kemudian disiram bumbu rujak yang sudah dipersiapkan.
Yang paling ribet ialah membuat es puternya. Bukan es krim. Kebanyakan pembeli bertanya kok es krimnya ada rasa agak asin dan lezat. Ya dijelaskan, es puter adalah es krim buatan wong Indonesia yang sudah ada sejak zaman perjuangan kemerdekaan. Jika penjajah bisa menyantap es krim yang bahan bakunya susu, penduduk asli Indonesia pun bisa membuatnya. Bahkan rasanya lebih gurih dan lezat.
Yang original tak selalu dipercaya. Buktinya beberapa calon pembeli membandingkan dengan penjual lain yang justru berjualan belakangan ketimbang ponakanku. Gapapa, namanya juga pembeli. Siapa tahu setelah merasakan lezatnya es putar buatan sendiri lain hari akan kembali lagi. Dan menjadi langganan.
Nah, sebulan jualan sudah ada orang lain lagi yang juga jualan rujak es krim. Nah yang ini benarbenar es krim, bukan es puter. Entah mengapa dia memakai es krim, apa karena tak tahu caranya membuat es puter atau memang tak mau ribet. Kompetisi pun dimulai. Lambat laun langganan pun menjadi sumber informasi. Ada yang bilang di sana es krimnya cepat mencair dan bla bla bla. Ada juga yang bilang buahnya dipotong potong seperti rujak biasa. Pokoknya beragam informasi.
Pesan yang aku sampaikan ke ponakanku sebagai "pengusaha" baru ialah: percaya dengan ilmu yang diperolehnya di Semarang. Jaga rasa, jaga harga dan jaga pelayanan. Begitu saja masih saja ada yang bertanya dan mempertanyakan, dan itulah cara Tuhan untuk membuat ponakanku akan bertahan atau tidak....
Baru seminggu ponakanku jualan, ada kabar sudah ada orang yang juga membuat rujsk es puter. Bermaksud tester, suatu hari ponakanku membeli rujak serut es puter tersebut. Beda. Buahnya tidak diserut, melainkan dipotong potong kecil. Lantas bumbu dibuat dan potongan buah tadi diuleg. Baru dimasukkan ke gelas plastik, ditaburi butiran kacang sebagai topping dan bagian atasnya baru tumpukan es puter.
Sementara rujak serut es puter yang dijual ponakanku, buah diserut. Istilah Jawa digobet, sehingga daging buah berbentuk memanjang kecil kecil seperti lidi namun tidak panjang. Yang diserut khusus buah berdaging keras seperti bengkoang, ubi ungu, pepaya. Sementara buah berdaging lebih lembut seperti nanas dirajang atau dipotong kecil kecil. Aneka campuran buah tersebut dicampur dalam satu wadah, kemudian disiram bumbu rujak yang sudah dipersiapkan.
Yang paling ribet ialah membuat es puternya. Bukan es krim. Kebanyakan pembeli bertanya kok es krimnya ada rasa agak asin dan lezat. Ya dijelaskan, es puter adalah es krim buatan wong Indonesia yang sudah ada sejak zaman perjuangan kemerdekaan. Jika penjajah bisa menyantap es krim yang bahan bakunya susu, penduduk asli Indonesia pun bisa membuatnya. Bahkan rasanya lebih gurih dan lezat.
Karena zaman dahulu susu susah didapatkan, akhirnya orang orang kita zaman dahulu menggunakan santan dan bumbu lain untuk membuat es krim rasa lokal. Jika ingin rasa durian, ya dicampur durian, ditambah gula dan garam. Biar mengkristal, adonan cair tadi dimasukkan ke dalam tabung dari staninless. Tabung ini dimasukkan tabung yang lebih lebar dan di antara kedua dindingnya diberi es balok yang sudah dipecah pecah. Ditaburi garam dan mulailah olahraga hehehe.... memutar tabung dalamnya.
Yang original tak selalu dipercaya. Buktinya beberapa calon pembeli membandingkan dengan penjual lain yang justru berjualan belakangan ketimbang ponakanku. Gapapa, namanya juga pembeli. Siapa tahu setelah merasakan lezatnya es putar buatan sendiri lain hari akan kembali lagi. Dan menjadi langganan.
Nah, sebulan jualan sudah ada orang lain lagi yang juga jualan rujak es krim. Nah yang ini benarbenar es krim, bukan es puter. Entah mengapa dia memakai es krim, apa karena tak tahu caranya membuat es puter atau memang tak mau ribet. Kompetisi pun dimulai. Lambat laun langganan pun menjadi sumber informasi. Ada yang bilang di sana es krimnya cepat mencair dan bla bla bla. Ada juga yang bilang buahnya dipotong potong seperti rujak biasa. Pokoknya beragam informasi.
Pesan yang aku sampaikan ke ponakanku sebagai "pengusaha" baru ialah: percaya dengan ilmu yang diperolehnya di Semarang. Jaga rasa, jaga harga dan jaga pelayanan. Begitu saja masih saja ada yang bertanya dan mempertanyakan, dan itulah cara Tuhan untuk membuat ponakanku akan bertahan atau tidak....
Post a Comment for "Yang Original, Yang Dipertanyakan"