Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Lebaran dan Liburan

Senin, 27 Juli 2014 pagi. Warga muslim Tanjungpinang dan juga di tempat lain yang memiliki waktu sama menunaikan salat id di masjid atau lapangan. Setelah itu mendengarkan khutbah yang memang menjadi rangkaian dari pentingnya salat ied.

Toh tak sedikit yang memilih meninggalkan shaff karena mungkin ada kepentingan yang penting. Begitu khutbah selesai... selesai sudah. Hanya masjid yang kembali sepi. Dan lapangan yang dipenuhi sampah kertas koran yang menjadi alas sajadah, bahkan berfungsi sebagai sajadah. Giliran pemulung kertas bekas tersenyum.

Tak ada garis manusia yang mengular. Terbentuk dari deretan jamaah yang saling berjabat tangan namun formulanya ditentukan. Yang paling belakang menyalami barisan terdepan yang biasanya ditempati tokoh atau pejabat dan imam. Namun warga biasa juga boleh ikut sakat di shaff pertama ini karena saat salat tak ada bedanya yang pejabat atau warga melarat.

Berjabat tangan dengan sistem itu bisa memberikan kesempatan semua jamaah untuk saling memaafkan. Namun tadi pagi aku hanya menemukan jabat tangan dengan jamaah sebelah kiri dan kanan. Aku jadi teringat saat kecil. Biasanya mencari tempat yang akan memberikan kesempatan untuk memulai menjabat tangan seluruh jamaah di masjid kampungku. Baris pertama, dilanjutkan menjabat tangan baris kedua dst. Setiba di baris terakhir pun tak langsung pulang. Tetap berdiri di samping jamaah terakhir.

Dengan demikian aku bisa tetap saling berjabat tangan saling memaafkan dengan orang di belakangku yang ikut berjalan memutar. Dan semua bisa saling memaafkan. Jika siangnya tak sempat berkunjung ke rumah tetangga A atau B juga nggak apa apa karena sudah saling memaafkan di masjid.

Di rumah, tetangga sibuk mempersiapkan diri pergi ke rumah saudaranya yang lebih tua. Waduuuh.... beginikah lebaran di kampung yang warganya kebanyakan pendatang. Dan aku teringat saat kecil di kampung. Usai salat id semua warga keluar rumah untuk saling berkunjung. Tinggal seberapa kuat kaki bisa diajak jalan. Mau semua rumah disambangi juga okeh okeh saja. Sambil mencicipi senua abeka kue yang berbeda di tiap rumah warga.

Bersama anakku, kami mengunjungi teman. Di tengah jalan kulihat ada banyak kendaraan menuju lokasi wisata seperti pantai. Bahkan ada beberapa yang membawa peralatan memancing. Sejumlah pedagang masih tetap buka.

Keramaian yang paling menonjol ialah seminggu sebelum lebaran. Hampir semua pusat belanja penuh sesak. Makanan kaleng dan pakaian menjadi barang yang benar benar diburu. Tak heran mal terkenal buka sampai jam 24 malam. Dan ramai.

Di tengah jalan anakku bertanya, "Jadi lebaran itu liburan ya, Yah?"

Karena ia menemaniku salat id, jalan jalan ke mal sebelum lebaran yang penuh sesak, melihat banyak orang justru pelesir menikmati liburannya. Dan begitulah ia mengambil kesimpulan...

Post a Comment for "Lebaran dan Liburan"