Karena Banyak Omong
Banyak omong bisa berarti orang yang kerjaannya mengomentari orang lain. Yang seperti ini biasanya tak disukai. Kalau ada yang tetap dekat bisa saja karena memiliki kepentingan khusus.
Namun banyak omong bisa dimanfaatkan sebagai fitur berjualan. Mbak Siti sebut saja begitu adalah seorang pedagang nasi lemak yang membuka kedai di depan Perumahan Taman Lembah Hijau Batu IX Tanjungpinang. Wanita perantau yang baru pindah dari Batam ini nekat menyewa sebuah kios permanen yang sebelumnya juga dipakai berjualan nasi lemak.
Pedagang sebelumnya gulung tikar. Ketika membuka nasi lemak, Mbak Siti sudah memamerkan kelebihannya. Ia akan banyak bicara kepada setiap pembeli kedainya. Meski yang datang bapak, ibu dan anak, semuanya akan diajak bicara. Ia tak peduli yang makan hanya bapak, sementara istri dan anaknya menemani.
Apa saja bisa menjadi topik di bibir wanita bertubuh subur ini. Acara televisi, hujan, bahkan hal lain yang oleh orang kebanyakan hanya habis disampaikan dalam dua kalimat, di mulut Mbak Siti bisa menjadi obrolan menarik.
Begitulah Mbak Siti. Kepadaku ia mengakui kedai kecilnya harus ramai. Ramai pembeli itu sudah menjadi keinginan setiap pedagang, namun ramai hubungan kedekatan itu menjadi utama. Bagi dia semua orang bisa menjadi saudara asalkan diajak komunikasi. Yang diam-diam saja tak akan mengikatkan diri dengan orang lain.
Mbak Siti memang hanya lulusan SMP. Namun pola pikir bisnisnya luar biasa hebat. Dengan menganggap semua orang saudara ia menciptakan brand bahwa kedai nasi lemaknya paling menyenangkan. Ia mau bertanya apakah suara televisi di ruang makan terlalu besar atau kecil, ia tak malu mengakui bumbu masakan jualannya masih belum sempurna dan selalu dengan senang hati menerima masukan pembeli.
Dan kini kedai nasi lemaknya pun tak hanya bertahan, melainkan cukup ramai untuk ukuran kedai di kawasan yang dari pusat kota harus masuk sekitar 1,2 kilometer lagi.
"Nggak banyak duit asalkan bisa banyak bicara ya harus saya syukuri," tutupnya.
Post a Comment for "Karena Banyak Omong"