Galilah Satu Sumur Itu, Nak (2)
![]() |
Begini kalau barangku datang sekarang |
Video tutorial di Youtube serta artikel tentang mesin cutting stiker menjadi menu utama setiap malam sehabis pulang kerja. Memiliki mesin cutting mau tak mau kami harus menyediakan bahan untuk dibuat stiker. Namanya juga baru mengenal bahan stiker cutting kami membelinya di Tanjungpinang, di sebuah toko helm yang juga ada reflective.
Ternyata yang dijual kepada kami kualitasnya rendah. Saat usai dikopek, lapisan kertasnya gampang basah oleh air. Padahal air kami butuhkan untuk melekatkan bahan stiker agar tidak bergeser dari pemukaan meja kaca saat lapisan plastik masking tape diletakkan. Perburuan bahan dengan kualitas lebih baik pun kami lakukan. Promosi di internet banyak yang sudah kami hubungi sehingga mulai mengenal kelebihan dan kelemahan bahan stiker.
Mulailah kami menerima pesanan. Meski aku tinggal di kota kecamatan yang masuk wilayah Kabupaten Bintan, yakni Kijang, ternyata anak anak motor mulai berdatangan untuk memesan. Stiker bukan pesanan pun dibuat untuk melengkapi koleksi.
Lalu kakakku pulang kampung membawa serta mesin cutting dengan lebar area potong 60 cm itu. Sebagai gantinya aku membeli Craftrobo, mesin cutting mini dengan lebar area potong 20 cm dan panjang maksimal 1 meter. Alhamdulillah cukup membantu dibandingkan saat aku haru memotong bahan stiker secara manual. Desain kucetak di kertas, kutempelkan di atas bahan stiker lalu kuikuti garis desain di kertas dengan mata cutter.
Saat perkembangan stiker menunjukkan peningkatan, salah satu sahabat yang dari awal turut membangun usaha ini minta izin keluar membuka kios sendiri. Ia memberi nama kiosnya Kunam Cutting Sticker dan alhamdulillah sampai hari ini masih eksis. Temanku yang lulus kuliah jurusan perpajakan di Surabaya ini pun melabuhkan pekerjaannya di stiker. Sementara kakak saya saat ini bersiap membuka cabang lagi. Awalnya di rumah, pindah ke kota kecamatan di Gembong, dan saat ini memperluas kiosnya ke kota kabupaten di Pati Jawa Tengah.
![]() |
Menjadi grosiran para pedagang kakilima |
Memiliki mesin harus kuimbangi dengan menerima pesanan. Karena mesinku kecil aku masih menggunakan cara tradisional jika membuat pesanan stiker yang ukurannya lebih besar dibandingkan mesin cuttingku. Bekerja keras dan menyempitkan waktu luang bisa menjadi kunci keberhasilan. Meski mengurus dua pekerjaan aku masih sempat juga membuahkan karya jurnalistik tingkat regional grup dan tingkat nasional di grup.
Untuk memperkenalkan usaha aku buat blog di sini. Aku update berbagai hal dengan artikel seputar cutting sticker. Alhamdulillah pelanggan mulai masuk dari berbagai daerah di Indonesia. Aku punya banyak teman yang bisa aku kunjungi, bahkan beberapa seperti saudara. Selain itu di kotaku tempat aku tinggal sekarang juga ada kebahagiaan di hati ketika beberapa warga yang awalnya terdesak ekonomi lambat laun terbantu. Mereka adalah para pedagang kakilima yang tersebar di beberapa lokasi strstegis. Untuk mendekatkan diri dengan mereka, saya kerap menemaninya berjualan.
Itulah rumah bisnisku, rumah yang selalu kujaga setiap saat. Setiap hari kupantau pengunjungnya. Namanya juga nyantol di webhosting gratisan, fitur yang disediakan juga terbatas. Namun wordpress memang membantu saya, sangat banyak. Seandainya saya bertemu salah satu penggagasnya betapa aku ingin mengucapkan terima kasih. Bagi yang selama ini meremehkan kekuatan bisnis online, aku orang yang akan meyakinkan betapa menyenangkan berjualan di dunia maya. Bagi yang tak memiliki toko fisik tak usah repot, pajang aja barang di halaman blogshop. Jika tak punya barang sendiri bagaimana? Gampang, pinjam barang teman yang kesulitan pemasaran, foto, upload lalu kasih keterangan seperlunya.
Zaman semakin canggih kawan, sosial media seperti facebook, twitter, path, instagram, fupei juga bbm bukan lagi hal aneh. Bahkan android dan iPhone pun kini bisa menikmati fasilitas yang awalnya hanya dimiliki BlackBerry ini. Jika tak tertarik menurutku hanya tak mau. Tak bisa? Banyak jalan menuju bisa. Apalagi program tersebut bisa dilihat, dicoba, dipraktikkan dan rajin bertanya....... bersambung bagian ke-3
Post a Comment for "Galilah Satu Sumur Itu, Nak (2)"