Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Coastal Area Namanya

 
Setibanya di pelabuhan tanjungbalai karimun aku dijemput kawan lama. Mungkin empat tahun lebih kami tak berjumpa. Gaya rambutnya masih seperti saat kami bersama, meski sekarang ia sudah menjadi ayah dari seorang anak berusia 3 tahun.

Mobil yang kami tumpangi segera melaju menembus jalan raya kota yang dijuluki bumi berazam ini. Zaman dulu, balai lebih dikenal sebagai texasnya indonesia. Bukan lantaran banyak ranger, melainkan suasana hiburan malam sangat kental waktu itu. Tak heran warga malaysia dan singapura pun rela menghabiskan uangnya di kota ini untuk mendapatkan kepuasan sesaat.

Kata temanku tadi, hidup di balai harus kuat menahan iman. Pemerintah daerah memang gencar mengubah imej kota prostitusi sebagai kota religi. Slogan daerah yang pertama pun meningkatkan iman dan takwa. Namun aku tak melihat sisa texas itu. Yang aku lihat hanya jalan kota yang kecil. Kanan kiri jalan disesaki dengan ruko dan hotel dan penginapan. Tarifnya bervariasi, ada yang bisa dipilih meski dengan rp50 ribu semalam. 

Hanya butuh waktu sekian menit untul menyantap suasana kota ini. Di sebuah tempat makan seorang teman lama ikut bergabung. Lalu kami melanjutkan jalan jalan ke coastal area. Konon proyek ini dibangun dengan biaya setara dengan anggaran mega proyek hambalang. Coastal area adalah tepi kota bersentuhan langsung dengan laut yang ditata sedemikian rupa. Menikmati jalan lebar di tempat ini akhirnya akan mengitari kota balai dari sisi pantai. Sudah pasti angin laut menemani perjalanan.

Di sini ada foodcourt dengan beragam menu. Bangunan ini dibuat menjorok ke laut. Beberapa warga asyik memancing dari teras foodcourt sambil menikmati sajian yang dengan mudah bisa dipesan. Di sisi kiri kalau kita berada di foodcourt menghadap laut lepas ada gerobak para pedagang kakilima yang ditata rapi. Mereka akan melengkapi jajanan di malam hari. Belasan becak hias lampu warna warni diparkir di bagian depan. Lalu ada panggung pertunjukan yang bisa digunakan untuk pesta rakyat. Wali, Dewa adalah sejumlah grup band yang pernah tampil di coastal area.

Keindahan kawasan ini sudah mulai tampak dari saat aku masuk. Di sebelah kiri adalah tebing tinggi yang teduh. Segerombol pelajar pacaran di pagar beton. Sebelah kanan adalah taman yang dibangun di pantai.

Jalan yang bisa dinikmati baru sepanjang sekitar 5 kilometer. Ujungnya masih jalan tanah. Sepanjang jalan puluhan pedagang membuka kedainya. Calon kemegahan coastal area juga tampak dari sejumlah bangunan yang belum ketahuan bentuk fisiknya. Para buruh bangunan bekerja mengejar tenggat waktu yang diberikan pengusaha. Kata teman bakal ada pub mewah juga hiburan yang lain.

Di sini juga ada jembatan yang disebut jembatan miring. Aku pikir memang sengaja dibuat begitu biar unik. Ternyata jembatan yang dikerjakan dengan perhitungan yang kurang matang. Jadi badan jembatan ini miring di salah satu sisinya. Kami tertawa saat melintasinya.
Coastal area akan menjadi pusat perekonomian baru di balai. Tentu saja asalkan pembangunannya untuk kesejahteraan warga, bukan sekadar lahan bagi para penguasa menumpuk pundi kekayaan dari anggaran proyek ini.

Post a Comment for "Coastal Area Namanya"