Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Semua ada batasnya

Aku suka nonton acara tekevisi yang berkaitan dengan menambah wawasan, dari chanel lokal hingga natgeo, natgeo adventure atau wild hingga discovery chanel. Bagiku setiap tayangan adalah ilmu. Juga buku bacaan masih suka kukunyah untuk mengenyangkan perut pengetahuanku. Namun semua ada batasny.

Dua jam lalu, di sebuah warung kakilima tepi jakan aku benar benar butuh seorang petani tradisional yang transmigrasi dari pacitan, jawa timur ke sebuah daerah di lampung. Jika selama ini aku hanya memahami apa itu transmigrasi serta wilayah yang dipetakan pemerintah untuk menerima para transmigran, dari petani ini aku dilucuti minimnya pengetahuan tentang program pemerintah yang kini tak lagi dibuka. Aku merasa sebagai secangkir kopi yang terlalu sedikit untuk menghangatkan tubuh di malam hari.

Intinya petani ini bercerita soal transmigrasi. Apa saja yang disediakan pemerintah untuknya, bagaimana wujud lahan yang harus diolah, cara mereka bertahan dan sebagainya. Dari lelaki yang usianya hampir 70 tahun ini aku semakin merasa bahwa tak semua sudah aku ketahui. Aku hanya tahu sedikit tentang banyak hal, bahkan tak tahu sedikit pun akan beberapa hal.

Aku lantas mengulang memori di otakku. Selama hampir 13 tahun bekerja di sebuah grup koran terbesar di negeri ini, betapa seringnya mengetahui betapa banyak sumber berita yang hanya tahu secuil hal namun bicaranya menghabiskan space kolom di koran. Kadangkala harus dipangkas redaktur agar beritanya tak terlalu panjang. Kemarin bilang apa tak lama kemudian bilang apa. Saat dikonfirmasi mengapa berbeda ucapannya, jawabanyya malah melantur tak karuan. Ah, mengapa selalu tak mengakui bahwa manusia memiliki keterbatasan. Suka memaksakan dirinya.

Lihatlah wakil rakyat yang lupa bahwa mereka mewakili rakyat yang sudah memilihnya. Duduk di kursi dewan adalah kepongahan yang membuat mereka suka menunjukkan taring yang mau tak mau harus diikuti. Acara hearing pun akhirnya menjadi lelucon karena tak jarang para anggota dewan yang terpilih berbekal ijazah sma serta serangan fajar harus memintai klarifikasi seseorang yang sangat mungkin lebih pintar dari tuan wakil rakyat. Atau pejabat tinggi yang merasa wawasannya selangit justru menjadikan masyarakat bingung akibat ucapannya.

Ah, aku ingat yang disampaikan ibuku saat smp: kalau tak ada elang, kata burung pipit, akulah elang.....

Selamat malam semua...

Post a Comment for "Semua ada batasnya"