Mudik Lebaran
![]() |
Mudik mudik. F-net |
Yang memiliki paspor lebih suka menyeberang ke Singapura lalu naik pesawat dari Pelabuhan Changi ke berbagai tujuan di Indonesia. Biayanya lebih ngirit. Jadi ketika liburan tiba atau hari besar lain banyak yang memadati pelabuhan laut antre kapal feri menuju Singapura untuk pulang kampung, belum tentu akan berbelanja untuk oleh-oleh, melainkan biar ngirit ongkos transportasi hehehehe.
Yang tak punya tetapi kebelet naik pesawat pun sudah mengantongi tiketnya beberapa bulan sebelumnya. Aku hanya membayangkan seandainya tiket yang disimpan itu basah atau hilang di rumah, betapa semrawutnya acara mudik lebaran. Yang naik kapal laut pun demikian. Bahkan beragam rencana sudah disusun. Ada yang bayar tiket ekonomi begitu di atas kapal nambah sekian ratus kepada petugas biar bisa mendapatkan layanan kelas.
Untung tak ada terminal bus hehe. Jadi tak pernah terlihat keremaian terminal di Tanjungpinang oleh pemudik dari berbagai daerah di Indonesia. Ada juga terminal bus dan angkota yang sampai sekarang tak pernah sukses. Sopir angkutan kota lebih suka tak masuk terminal. Jadilah terminal yang dibangun dengan dana besar sebagai tempat cuci mata atau silakan pacaran malam-malam asal berani menghadapi intaian mata polisi Satpol PP.
Untuk mudik, sebagian rela melakukan apa saja untuk mendapatkan uang. Tablet terbaru pun rela ditukar dengan phone biasa agar memiliki sedikit uang saku untuk saudara-saudara di kampung. Yang tak kalah banyak ialah lobi-lobi karyawan kepada atasannya agar bisa nambah hari di kampung. Yang bos-bos pun tentu tak kalah pusing, apalagi jika kondisi perusahaan lagi tak enak badan. Yang jelas: ada aturan harus membayarkan THR seminggu sebelum hari H tiba.
Persiapan oleh-oleh pun mulai dilakukan. Nyaris setiap hari tampak sibuknya warga membeli oleh-oleh khas Kepri untuk dibawa pulang. Dari handycraft sampai kaos khas Kepri. Namun tak semua merasakan kegembiraan untuk mudik lebaran.
Malam itu ia tampak menyendiri. Wajahnya tersembunyi di balik topinya. Ia duduk di kursi plastik sebuah warung kakilima. Ia tak pulang karena uang hasil pekerjaannya selama ini memang tak mampu disisakan untuk menabung, apalagi membeli tiket labaran. Ia lalu bercerita uang bensinnya juga harus ditambah setelah kenaikan BBM, belum lagi cicilan motor yang kini dipakainya untuk bekerja.
Meski tak semuram sosok tadi, dua lelaki dewasa yang menyantap bebek goreng juga berbincang seputar mudik. Satu diantaranya mengetakan baru saja mengisi pulsa untuk kuota internetnya hanya untuk mengecek ketersediaan tiket kapal dan pesawat untuk beberapa karyawannya yang akan mudik lebaran awal Agustus nanti. Melihat harga tiket pesawat melambung tinggi, ia berinisiatif membeli tiket kapal laut. Namun ketika website resmi pelayaran nasional ini dibuka, tak ada kapal berangkat dari Kijang menuju Tanjungpriok, Jakarta di tanggal-tanggal yang dipilih para karyawannya.
Selalu begini diperantauan. Selalu sibuk merancang acara lebaran. Yang paling sering yaitu reuni. Hahahaha, reuni dengan teman-teman SMP-lah, SMA-lah, perguruan tinggi-lah, dan sebagainya. Biasanya nih, kalau baru merencanakan ramainya luar biasa. Berkicau di twitterlah, berpanjang-panjang menulis di wall facebook dan Google +. Padahal ketika sudah lebaran di kampung, yang datang biasanya ya segelintir orang. Sibuk dengan keluarga dan kegiatan internal.
Lalu aku bertanya: apakah kamu menungguku lebaran kali ini?
Post a Comment for "Mudik Lebaran"