pedagang stiker dan gorengan
![]() |
F-ilustrasi. ervakurniawan.wordpress.com |
Suara kendaraan, klakson, derit rem, musik dangdut dari lapak pedagang VCD bajakan, teriakan penjaja koran, teriakan pemilik toko memanggil pembantunya yang diam-diam pacaran sama pengojek sebelah rumah, pokoknya komplit. Suara yang halus, kasar, biasa, semuanya ada.
Lalu ada seorang pedagang stiker yang tampaknya sedang dinasihati saudaranya yang lebih tua. Duduk di samping lepak stiker, aku dengan jelas bisa mendengar percakapan dua lelaki yang berselisih umur cukup jauh itu. Intinya, si lelaki lebih tua menginginkan lelaki yang lebih muda agar fokus dengan jualannya. Rupanya si lelaki yang lebih muda merasa begitu enaknya berjualan gorengan. Kebetulan ia dengan bebas bisa menyaksikan bagaimana penjual gorengan sibuk sekali melayani pembeli.
Cukup sederhana bagi lelaki yang lebih tua memberikan pemahaman soal rezeki kepada adiknya. Ia menceritakan, sewaktu kecil ayahnya menginginkan ia mendapatkan rezeki yang cukup saat dewasa. Namun ia menyisipkan pesan bijaksana tadi. Waktu kecil, ia melihat tetangganya bisa dengan mudah membangun dan memperbaiki rumahnya di kampung setiap kali pulang merantau. Waktu itu sang ayah berpesan, jika ingin mendapatkan hasil seperti tetangganya itu, tentu ia tak usah sekolah jauh-jauh dan tinggi, memakan banyak biaya.
"Ayah kita mengatakan, rezeki yang kita peroleh sesuai dengan keringat yang kita keluarkan. Pantas tetangga kita dulu di kampung uangnya banyak karena ia bekerja sebagai pemanggul kayu di hutan. Uangnya banyak tetapi tulangnya dipaksa mengangkat beban setiap hari," cerita sang kakak.
Lantas ia menunjuk penjual gorengan yang menjadi topik hangat malam itu. Ia bertanya kepada adiknya, penjual gorengan itu sudah lebih dahulu datang ke lokasi jualan jauh sebelum penjual stiker yang tak lain adiknya itu datang. Adiknya datang hanya menyiapkan tenda lalu memajang stiker, sementara penjual gorengan begitu datang harus menyalakan gas, menuangkan minyak goreng, mengupas pisang, membuat adonan dan mulai menggoreng.
"Kamu tinggal mengambil stiker lalu minta uangnya, tak perlu menggoreng."
"Kamu juga tak harus mengupas, kalau rezekimu semalam Rp100 sampai 150 ribu bersih itu harus kamu syukuri....
Aku menyeruput kopi yang tak kunjung dingin di cangkir porselen putih kecil....
Post a Comment for "pedagang stiker dan gorengan"