Menyadari yang Harus Disadari
![]() |
Salah satu ikon kemajuan, terminal Sei Carang. f-tpi pos |
Hasan, iatu nama yang diberikan orang tuanya sejak lahir. Bapak dua anak ini bercerita, ia baru saja pindah jualan dari sebuah ruko megah ke kedai tepi jalan. Jangan dibayangkan kedainya luas, lebarnya hanya dua setengah meter, ke belakang lumayanlah, ada sekitar lima meter. Dengan sepatu proyek bekas memenuhi dinding, meja, serta pajangan kayu di depan kedai, nyaris tak ada ruangan tersisa di kedai Hasan ini.
Sebelumnya, aku memang mendengar kabar ia keluar dari perusahaan tempatnya bekerja. Rumahnya disewakan dan ia mengambil sebuah ruko untuk tempat jualan sekaligus tempat tinggal untuk keluarganya. Akhirnya keinginannya itu terwujud. Tentu saja Hasan berpikir matang sebelum pindah dan menyewa ruko selama setahun. Saat masih ada di kedai tepi jalan di Batu 7, ia menikmati penghasilan yang menyenangkan. Hitungan-hitungan di atas kertas, bisalah ia mendapatkan hasil jika pindah ke ruko. Ruko tentu memiliki luas yang tak bisa disamakan dengan kedai tepi jalan. Hasan juga tak harus bolak-balik rumah - kedai, karena ia tinggal di ruko sekaligus. Biaya transportasi untuk bahan bakar pun bisa dipangkas. Belum lagi kebahagiaannya bisa bekerja sambil mengawasi anak-anaknya yang masih kecil.
Namun keinginan manusia selalu tak bisa diterka ujungnya. Sejak pindah ke ruko penghasilannya merosot tajam. Padahal ia sudah melengkapi konten jualannya. Tak hanya sepatu bekas, ada juga pakaian, sepatu baru, bahkan sempat mendatangkan abang kandungnya dari Jakarta untuk berjualan makanan di halaman ruko yang disewanya.
Sepi, itulah pengakuan Hasan. Sang abang pun akhirnya memilih berjualan es dawet keliling, menjualkan dagangan orang lain ketimbang berjualan makanan di depan ruko yang disewa adiknya. Bukan lantaran tak rukun, melainkan hasilnya sangat tak sebanding.
Hasan pusing tujuh keliling. Lalu ia kembali ke tepi jalan, meski berbeda lokasi. Ya di Batu 6 tadi. Ia menemuiku dengan muka yang bahagia. Untuk mendapatkan Rp500 ribu sehari, ia mengaku mampu. Banyaknya pekerja proyek di kota yang tengah berkembang ini membuat dagangannya laku keras. Namun ia masih harus diuji kesabarannya.
![]() |
Pusat bisnis Bintan Centre. F-dinir |
Hasan harus kembali lagi ke ruko dan ia sudah tahu akan seperti apa hasilnya. Tak ingin lama-lama menunggu dagangan yang jarang dibeli, ia menyusuri jalan dan akhirnya menemukan sebuah kios bekas warung mie ayam di simpang Batu 8 Atas. Tiga hari menempati kedai barunya, ia mengajakku bertemu. Ya sekadar share soal usaha. Wajahnya bersinar. Kebetulan di sampingnya sedang ada proyek pengaspalan dan pelebaran jalan menuju pusat pemerintahan Provinsi Kepri.
Di akhir perbincangan, ia akhirnya mengatakan, "Mungkin tempat saya di tepi jalan. Tak terlalu rakus dengan bayangan keuntungan dan tempat yang bagus."
Lalu dua gelas kopi yang sudah dingin itu menjadi salam perpisahan kami malam itu. Rembulan meski tak bulat sempurna masih menunjukkan tanda baru saja melepaskan purnamanya.
Post a Comment for "Menyadari yang Harus Disadari"