Yang Pernah Merasakan
Puluhan tahun, bukan lagi belasan tahun akhirnya aku menemukan teman SMP. Masih terbayang gayanya yang kocak, dengan tubuh tambun dan kulit putihnya. Berpisah selepas SMP di Gembong, Pati, Jawa Tengah, kami berpisah dan sejak itu pula kami tak saling tahu keberadaan masing-masing.
Dua hari lalu tiba-tiba aku mendapatkan telepon dari teman SMP juga. Entah dari mana dia mendapatkan nomor ponselku. Ah itu tak penting, yang terpenting aku sudah bisa berkomunikasi lagi. Dari dialah kami kemudian melakukan panggilan konferensi. Ramai. Ada yang bisnis, ada yang menjadi mantri, ada yang Sekcam dan teman yang ingin kuceritakan di bawah ini meneruskan usaha orangtuanya, perdagangan.
Rupanya begitu lulus kuliah dia berangkat ke Amerika untuk sesuatu yang ditulis dalam BBM-nya sebagai "nguli". Dalam bahasa Jawa, nguli berarti menjadi kuli. Entah kuli apa aku tak begitu paham. Pulang dari negeri Paman Sam, dia membuka usaha perdagangan di Papua. Kepulangannya dari Papua bukan lantaran kondisi alamnya, melainkan gempa yang pernah melanda kawasan ini bebarapa waktu lalu.
Ia pun pulang kampung dan masih terbayang di kepalanya bagaimana ia merasakan gempa. Nasib kurang beruntung rupanya masih mengikuti teman dekatku waktu SMP ini. Sewaktu mengunjungi rumah mertuanya di Cilacap, Jawa Tengah, di sana juga kebetulan terjadi gempa. Begitu trauma temanku ini mengisahkan pengalamannya menghadapi gempa.
"Di tempatmu gempa tak?" tanya dia.
Sampai seperti itu. Dan bagiku begitulah ia memiliki pengalaman dengan gempa. Dan selalu ada kelebihan seseorang yang memiliki pengetahuan, meski sedikit, akan sesuatu yang tak dialami semua orang. Temanku ini pasti lebih berhati-hati, misalnya ada tanda peringatan gempa ia mungkin lebih waspada dibandingkan orang lain yang baru sekali merasakan tanah bergoyang.
Bahkan ada beberapa orang yang pasti dengan mudahnya memikirkan, ah begitu saja kok takut. Dan menurut apa yang selalu kutanam di jiwaku, pesan ibuku, janganlah pernah meremehkan sesuatu yang belum aku kuasai secara sungguh-sungguh. Dan temanku ini sekarang ngurus bisnis orangtuanya di sebuah kota kecil yang semoga tak pernah terjadi gempa.
![]() |
Korban gempa. Foto:serba-sepuluh.blogspot.com |
Rupanya begitu lulus kuliah dia berangkat ke Amerika untuk sesuatu yang ditulis dalam BBM-nya sebagai "nguli". Dalam bahasa Jawa, nguli berarti menjadi kuli. Entah kuli apa aku tak begitu paham. Pulang dari negeri Paman Sam, dia membuka usaha perdagangan di Papua. Kepulangannya dari Papua bukan lantaran kondisi alamnya, melainkan gempa yang pernah melanda kawasan ini bebarapa waktu lalu.
Ia pun pulang kampung dan masih terbayang di kepalanya bagaimana ia merasakan gempa. Nasib kurang beruntung rupanya masih mengikuti teman dekatku waktu SMP ini. Sewaktu mengunjungi rumah mertuanya di Cilacap, Jawa Tengah, di sana juga kebetulan terjadi gempa. Begitu trauma temanku ini mengisahkan pengalamannya menghadapi gempa.
Mungkin bagi yang belum pernah merasakan akan banyak berpikir. Siapa tahu bisa lari, siapa tahu bisa masuk bunker, siapa tahu bisa ini dan itu. Dan itu wajar bagi seseorang yang belum pernah mengalamninya dengan mata kepala sendiri. Temanku ini benar-benar kapok. Sampai ia sempatnya bertanya kepadaku di awal PIN BB kami tersambung.
"Di tempatmu gempa tak?" tanya dia.
Sampai seperti itu. Dan bagiku begitulah ia memiliki pengalaman dengan gempa. Dan selalu ada kelebihan seseorang yang memiliki pengetahuan, meski sedikit, akan sesuatu yang tak dialami semua orang. Temanku ini pasti lebih berhati-hati, misalnya ada tanda peringatan gempa ia mungkin lebih waspada dibandingkan orang lain yang baru sekali merasakan tanah bergoyang.
Bahkan ada beberapa orang yang pasti dengan mudahnya memikirkan, ah begitu saja kok takut. Dan menurut apa yang selalu kutanam di jiwaku, pesan ibuku, janganlah pernah meremehkan sesuatu yang belum aku kuasai secara sungguh-sungguh. Dan temanku ini sekarang ngurus bisnis orangtuanya di sebuah kota kecil yang semoga tak pernah terjadi gempa.
Post a Comment for "Yang Pernah Merasakan"