Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Anak-anak Pelantar

Bocah-bocah Pelantar KUD, Tanjungpinang, bermain-main
di atas titian kayu dekat rumah mereka. (F-adly hanani)
Tak harus merogoh kocek membeli tiket untuk bisa berjalan di titian kayu, seperti anak-anak kota yang memasuki arena permainan modern. Untuk datang ke lokasi permainan, anak-anak pelantar juga tak butuh naik bus atau diantar. Ya, anak-anak pelantar cukup bermain di dekat rumah mereka. Mungkin membosankan bagi mereka, setiap hari melihat papan kayu yang menutup permukaan jembatan bolong-bolong. Begitu banyaknya pelantar di Tanjungpinang, tak semua bagus kondisinya. Bersyukurlah warga yang pelantarnya bagus.

Menikmati permainan anak-anak pelantar adalah kepolosan bocah. Mereka tak takut jika seandainya papan yang dipijak rapuh dan tubuh mereka masuk ke lumpur. Jika sekadar lumpur mungkin tak masalah, jika yang berada di bawah kolong pelantar adalah genangan air laut saat pasang? Sekali lagi, tak ada permainan lain yang bisa dilakukan.

Tetapi pemilik kaki-kaki nan lincah yang menari di atas pelantar pasti punya cita-cita. Tuhan tidak menciptakan otak-otak pintar di kota atau di gunung atau di pelantar. Jika semua mendapatkan kesempatan dan fasilitas yang sama, siapa saja bisa menjadi pemimpin. Pemimpin yang sadar bukan hanya jembatan penyeberangan orang (JPU) yang harus diperbaiki setiap kali rusak, melainkan ada juga fasilitas umum namanya pelantar yang harus diperhatikan. Biar anak-anak pelantar tersenyum lebar menitinya saat berangkat sekolah.

Post a Comment for "Anak-anak Pelantar"