yang terpinggirkan karena pembangunan
Aku yakin, kamu juga berpikir sama. Maijan, ya lelaki berusia 28 tahun warga Dompak Lama ini hanya seorang penarik sampan kotak. Sebelum kamu bertanya mengapa sampan kotak, aku deskripsikan dulu benda ini. Saat Pemprov Kepri mulai membangun jembatan yang mempersingkat jarak dari Kota Tanjungpinang ke pusat pemerintahan yang baru, di Dompak, Maijan meninggalkan pekerjaannya sebagai pencari gonggong. Karena ditangani sendiri, prinsipnya yang penting benda ini dapat dimanfaatkan untuk menyeberangkan warga dari daratan satu ke daratan di seberang. Sampan kotak memang bentuknya kotak, hanya diberi pembatas di empat sisinya agar penumpang bisa memgatasi kakinya.
Dan Maijan menikmati hasil sebagai penambang sampan kotak sejak tahun 2006. Dari pekerjaan ini ia bisa mengantongi uang untuk membeli beras dan kebutuhan hidup lainnya. Kini, beberapa bulan lagi jembatan yang melintas di atas rumahnya yang sangat sederhana akan segera rampung. Peresmian yang bakal dilakukan pejabat dengan seremonial meriah tentu akan didengar juga oleh Maijan.
Maijan mengeluh, begitu jembatan rampung ia akan kehilangan pekerjaannya. Satu hal yang membuatku ingin menulis bapak satu anak yang sederhana ini. Saat menikmati rezeki sampan kotak, setiap menjelang Idul Fitri ia senantiasa menyantuni tetangganya sebagai bentuk ungkapan rasa syukur. Toh uang sewa sampan kotaknya kadang juga dari dalam saku tetangganya yang ingin menyeberang. Dan ketika belakangan ini hanya satu dua penumpang, Maijan tetap ingin bisa berbagi rezeki.
Aku menganggapnya lelaki hebat. Dalam kesusahan, masih saja ingin berbagi dengan orang lain. Meski jumlahnya tak sebanyak saat sampan kotaknya mencapai kejayaannya, hatinya tetap ingin bersyukur dengan caranya sendiri. Saat aku menjumpainya, sang istri tengah meindahkan isi beras dari zak ke beberapa plastik. Maijan melihat ke bawah, bukan ke atas, apalagi mendongak. Ia masih bersyukur diberikan jalan lain oleh Allah sebagai pencari gonggong. Ya, pekerjaan lama yang sempat ditinggalkannya beberapa tahun.
Semoga gonggong masih bisa mengisi dompet keluarganya.
Dan Maijan menikmati hasil sebagai penambang sampan kotak sejak tahun 2006. Dari pekerjaan ini ia bisa mengantongi uang untuk membeli beras dan kebutuhan hidup lainnya. Kini, beberapa bulan lagi jembatan yang melintas di atas rumahnya yang sangat sederhana akan segera rampung. Peresmian yang bakal dilakukan pejabat dengan seremonial meriah tentu akan didengar juga oleh Maijan.
Maijan mengeluh, begitu jembatan rampung ia akan kehilangan pekerjaannya. Satu hal yang membuatku ingin menulis bapak satu anak yang sederhana ini. Saat menikmati rezeki sampan kotak, setiap menjelang Idul Fitri ia senantiasa menyantuni tetangganya sebagai bentuk ungkapan rasa syukur. Toh uang sewa sampan kotaknya kadang juga dari dalam saku tetangganya yang ingin menyeberang. Dan ketika belakangan ini hanya satu dua penumpang, Maijan tetap ingin bisa berbagi rezeki.
Aku menganggapnya lelaki hebat. Dalam kesusahan, masih saja ingin berbagi dengan orang lain. Meski jumlahnya tak sebanyak saat sampan kotaknya mencapai kejayaannya, hatinya tetap ingin bersyukur dengan caranya sendiri. Saat aku menjumpainya, sang istri tengah meindahkan isi beras dari zak ke beberapa plastik. Maijan melihat ke bawah, bukan ke atas, apalagi mendongak. Ia masih bersyukur diberikan jalan lain oleh Allah sebagai pencari gonggong. Ya, pekerjaan lama yang sempat ditinggalkannya beberapa tahun.
Semoga gonggong masih bisa mengisi dompet keluarganya.
Post a Comment for "yang terpinggirkan karena pembangunan"