Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Belajar Lebih Baik dari Facebook

Punya akun facebook? Zaman gini tak punya facebook? Hadeew, bahkan yang gaptek pun dipermudah untuk bisa memiliki akun facebook. Buktinya untuk membuatnya tak harus menggunakan email, melainkan nomor ponsel. Punya ponsel tak punya nomor? Maaf, memang bisa diisi koin lalu Anda bisa melakukan panggilan? Yang pasti ponsel dan kartu atau SIM card itu sepasang, sejodoh.

Soal jodohnya dengan operator seluler apa ya itu kesukaan, tiap orang boleh berbeda. Karena banyak alasan untuk menjodohkan ponselnya dengan kartunya, ada yang memilih lantaran bonus kuota internetnya banyak. Ada yang kepincut lantaran murah nelelpon ke luar negeri, kebetulan gebetan sedang bekerja di luar negeri sebagai TKW hehe. Atau alasan lain seperti dapat bonus SMS gratis beratus ratus pengiriman. Ah, tinggal pilih mana yang sesuai kebutuhan.

Jika sudah punya akun facebook, pasti gatal untuk menuliskan status. Entah itu status pribadi di dinding pribadi atau mengomentari status orang lain yang berteman. Sadarkah Anda ada satu kalimat menarik yang selalu disampaikan facebook kepada siapa pun penggunanya yang sedang online. 

Saya baru saja men-screenshot halaman facebook anakku, Muhammad Farand Ilalang. Kebetulan saat aku menyalakan komputer, mengetikkan facebook di url address, rupanya anakku lupa logout. Sekalian saja kutekan tombol alt + print screen, jadilah seperti foto yang ada dalam artikel ini. Ya, kalimat itu berbunyi, Apa yang Anda Pikirkan, Muhammad? Bagi Anda mungkin itu biasa, bahkan tak pernah terlintas untuk sekadar merenungkannya. Buat apa mikirin yang seperti itu ya? Hehehe. Mungkin aku saja yang memang melihat sesuatu lantas menuliskannya asal njeplak. 

Bagi yang kurang paham dengan asal njeplak, itu kata dari Bahasa Jawa yang artinya asal buka. Maksudku memang begitu, apa yang kulihat dan keluar ide, kubuat tulisan asal buka mulut, asal nulis, tak perlu ribet mikir berhari hari untuk sekadar menulis. Gampangnya begini, setiap apa yang kutulis itu harapanku bisa dipahami oleh semua orang karena saking sederhananya tulisanku.

Kembali ke Apa yang Anda Pikirkan, Muhammad? tadi. Menurut pemikiranku yang asal asalan, betapa hebatnya Mas Marc Zuckerberg menyapa setiap pengguna aplikasi buatan mereka dengan nama masing masing. Aku kok belum pernah ada yang komplain ke facebook seseorang mendaftarkan nama akunnya dengan, misalnya Namaku Lelaki Tulen lalu dalam kotak penuliskan status disapa Apa yang Anda Pikirkan, Budiman? atau Apa yang Anda Pikirkan, Nurali? 

Kalau Anda termasuk orang yang suka ngeyel, ngotot sampai urat leher keluar semua saat mempertahankan pendapat, dan mengatakan alasan mengapa facebook sepintar itu ya karena nama sapaan tadi sesuai dengan salah satu kata yang dimasukkan saat membuat nama akun. Zaman sekarang dengan program program andal bahkan bisa lebih dari itu, misalnya menjawab pertanyaan otomatis. Oke oke, kalau Apa yang Anda Pikirkan, Muhammad? Anda anggap biasa saja. terlalu biasa saja.

Kalimat itu sungguh dalam. Pernahkan kita memikirkan orang lain sampai seperti itu? Janganlah dalam lingkup satu RT atau RW, pada teman satu kantor, satu instansi, satu perkumpulan pun mungkin sangat jarang. Padahal sudah jelas, ada teman, kerabat, saudara yang tengah gundah gulana karena tengah mengalami musibah atau masalah. Kalau hanya sebab yang menyebabkan manusia sedih, gundah, lara, pasti banyak banget. Dari persoalan keluarga, ekonomi, sosial kemasyarakatan, hingga asmara.

Ditagih bank karena terlambat membayar cicilan rumah pasti sedih, ditinggal istri atau suami atau pacar atau kekasih walah sedihnya bikin mendung di langit. Dan Anda dengan kesungguhan menyampaikan kalimat pertama, Apa yang Anda Pikirkan, Sahabat? Hehe, malah kadang sebaliknya. Lihat seseorang tengah sedih yang ada dalam hati kita adalah: cengeng, cemen, gitu aja sedih. Masih ada yang lebih tragis dari lo, kalee. Begitu, ya? Kalau pas ngumpul bareng, dijadikan topik pembicaraan yang hangat.

Lihat tuh Si Siti, ditinggal pacar aja kayak gitu sedihnya. Gaya betul Si Anton itu, kehilangan sandal saja sampe segitunya. Memang Anda tahu Si Siti sedih bingits lantaran keluarganya dan keluarga pacarnya sudah menentukan tanggal pernikahan namun tiba tiba pacarnya kabur? Memang Anda paham jika sandal Si Anton itu warisan kakeknya, turun temurun? Makanya jangan sok paham, sok tahu isi hati seseorang. 

Kembali ke Apa yang Anda Pikirkan, Muhammad? di facebook. Ketika pemilik akun mencurahkan statusnya, biasanya ada komentar untuknya. Jika statusnya sedih, ada yang menghibur dengan tulisan menyejukkan, menghibur dengan gaya kocak dan tentu saja ada yang mencibirnya. Lah, namanya dunia maya, bukan dunia mala, menuliskan status itu semudah membalik tepalak tangan. Namun, yang kadang tak dipahami adalah akibatnya. Dari kehilangan teman sampai urusan hukum.

Kita, aku, Anda, adalah manusia. Seyogyanya bisa lebih baik dari Apa yang Anda Pikirkan, Muhammad?-nya facebook. Karena manusia punya pikiran dan akal. Facebook tidak. Nyatanya berita berita hoax itu malah sempat menjadi primadona. Karena facebook mesin, bukan otak manusia. Mau otak dikalahkan mesin untuk soal perasaan dan memperhatikan orang lain?

Aku memilih ingin lebih baik dari facebook, entah Anda.

Post a Comment for "Belajar Lebih Baik dari Facebook"