Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ketika Eko Berlebaran dengan Rencana yang Berantakan

Foto: resepdanmasakandotcom


Ini kisah tentang Eko, seorang remaja lulusan sebuah SMA di Tanjungpinang yang tak lama lagi menjadi mahasiswa sebuah perguruan tinggi swasta. Sebulan lalu, ia mengiyakan ketika kutawari untuk berjualan rujak serut es puter di halaman rumah orang tuanya, Jalan Sidorejo. Salah satu alasan yang menguatkannya untuk mencoba ialah: sebulan lagi lebaran, dan ia membayangkan bisa membeli pakain baru untuk merayakannnya.

Empat hari sebelum puasa, akhirnya rujak serut es krim itu buka. Alhamdulillah, hasilnya tidak mengecewakan. Hati Eko berbunga. Hari hari berikutnya porsi yang laku bertambah. Hanya saat bulan Ramadan mengalami penurunan. Hujan, jam waktu berjualan yang hanya tiga jam mungkin menjadi penyebabnya. Kalau aku sendiri percaya memang jatah rezeki per hari seperti itu, sudah digarikan oleh Tuhan yang maha tahu segala hati umat-Nya. Baik yang tinggal di negara manapun, di pelosok manapun, karena Tuhan maha tahu. Sembunyi pun kalau dijatah rezeki oleh-Nya, tak akan lari kemana.


Tetapi dari hasil keseluruhan hasilnya hingga empat hari sebelum lebaran cukup untuk membeli pakaian baru untuk Eko. Namun ia mendapatkan kabar bahwa jualan ayahnya agak sepi. Uang untuk membayar biaya Ospek (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus), yang rencananya dibayarkan dari hasil penjualan ayam crispy ternyata harus dipakai kebutuhan lain yang memang sangat mendesak. Aku lihat kesedihan di hati anak muda itu.


Sebagai orang yang lebih tua, hanya satu yang kuberitahu kepadanya. Hidup sudah ada yang mengatur, termasuk rezeki tentu saja. Keinginan seseorang pasti semua menyenangkan, hasil jualan menguntungkan, persiapan untuk kuliah berjalan tanpa halangan. Padahal Tuhan bisa saja memberikan kenyataan, ada yang hilang ada yang pergi. Sayangnya kadangkala manusia tak pernah memikirkan hal itu. Rencana yang gagal dianggap membuyarkan semuanya.

Sebuah kepasrahan akhirnya dilakukan Eko. Ia harus menggunakan uang hasil penjualan rujak serut es puternya untuk membayar biaya Ospek. Sementara temannya, yang dari awal membantunya berjualan bisa membeli pakaian baru. Selama berjualan Eko memang dibantu Owen, teman sepermainan yang rumah orang tuanya persis di sebelah orang tua Eko. Bahkan saat merencanakan akan membeli apa saat lebaran juga dibicarakan keduanya. Aku merasa, saat uangnya harus dipakai untuk membayar biaya Ospek, Eko menilai lebarannya berantakan. Yah namanya anak muda, penampilan fisik masih menjadi hal penting saat mereka keluar rumah. Apalagi lebaran dan di Tanjungpinang segala sesuatu yang baru sepertinya wajib.

Sore tadi aku ke rumah orang tua Eko. Kulihat remaja bertubuh kurus itu asyik menyaksikan tayangan langsung pertandingan MotoGP di layar televisi. Ada senyuman yang menghiasi bibirnya. Sesaat kemudian ia masuk ke kamar dan begitu keluar ia sudah mengenakan jam tangan. Aku tahu itu jam tangan baru.

"Baru jam tangannya," tanyaku.

Eko tersenyum sambil mengiyakan. Lalu meneruskan menonton televisi. Kutanyakan bagaimana lebarannya?

"Alhamdulillah, Om, ada yang ngasih rezeki. Bisa beli jam sama sepatu," tuturnya serius.

Aku hanya terdiam. Tuhan sudah menunjukkan kebesaran-Nya. Dan Eko pun berlabaran dengan suka cita. Ia mengatakan, rezeki sudah diatur dan ia berjanji akan semangat berjualan kembali setelah seminggu libur. Ia percaya entah rencana apalagi yang akan diberikan Tuhan kepadanya.


Post a Comment for "Ketika Eko Berlebaran dengan Rencana yang Berantakan"